Sukses

Ibu dari Anak Kanker Mata Bersyukur Kini Sang Buah Hati Bisa Sekolah

Seorang ibu dari anak kanker mata bersyukur. Sebab, sang anak dapat bantuan sekolah formal dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya pada usia dewasa, kanker juga bisa diderita oleh anak-anak. Sama seperti orang dewasa, pasien kanker anak juga harus melewati banyak rangkaian pengobatan. Tak terkecuali kemoterapi yang merenggut banyak waktu dan tenaga anak.

Hal ini dialami oleh Khorim, seorang anak penderita kanker mata berusia 6 tahun. Karena diagnosis kanker dan keharusan untuk melakukan kemoterapi, mimpi Khorim untuk mengenyam pendidikan harus tertunda.Namun, setelah melewati operasi pengangkatan bola mata dan kemoterapi, bocah laki-laki itu kini bisa bersekolah dengan teman-teman seusianya.

Ibu Khorim, Desi, turut mengungkapkan rasa syukur. Sebab, kesempatan berharga itu Khorim dapatkan secara cuma-cuma dari bantuan donasi Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).

“Anak saya ‘kan 2 tahun nggak sekolah karena pengobatan. Baru karena YKAKI inilah dia bisa sekolah setelah dia operasi,” tuturnya dalam acara Roche Children's Walk oleh Roche Indonesia dan YKAKI di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (27/6/2023).

Kini, Khorim masih duduk dibangku taman kanak-kanak (TK). Desi mengungkap, Khorim kini sudah bisa membaca.

“Tadinya dia nggak mengenal huruf, nggak mengenal warna, hewan. Nggak tau baca juga. Alhamdulillah, sekarang sudah tahu baca, karena ada guru-guru yang mengajari dia dengan sabar,” ungkap Desi dengan senyuman.

Mendapatkan Layanan yang Optimal di Jakarta

Desi mengatakan, ia dan Khorim merupakan penduduk asal Medan. Kemudian, Khorim dirujuk ke Jakarta untuk mendapatkan layanan yang optimal, tepatnya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Minimnya pengobatan kemoterapi di tempat asal Desi dan keadaan finansial keluarga kecilnya menjadi alasan rujukan ke ibukota itu sangat dibutuhkan.

“Awalnya, kita dibantu dari Dinas Sosial untuk berobat di sini karena kita nggak mampu," kata Desi. "Sama, kalau di kota kami kan pengobatan seperti kemo-kemo belum banyak."

Desi juga menjelaskan, bantuan yang ia terima dari yayasan termasuk tempat tinggal, keperluan Khorim, uang, dan makanan sehari-hari.

“Baik dari makanan, uang, keperluan anak seperti pampers, minyak kayu putih, bedak, dan lain-lain. Sampai pengobatan semuanya dari YKAKI. Di sini, kita BPJS juga diurus,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi Khorim Setelah Operasi

Desi menjelaskan, kondisi Khorim kini sudah baik-baik saja dan bisa bermain dengan teman-temannya di yayasan, terutama setelah operasi pengangkatan bola mata.

“Udah nggak ada lagi sakitnya. Alhamdulillah sudah selesai. Tapi kita baru akan pulang setelah dokter bilang kita boleh pulang (ke Medan),” katanya.

“Karena, dia selama 3 bulan ini masih dipantau. Meski pengobatannya alhamdulillah sudah, cuma masih kontrol sebulan sekali untuk ditengok gejala dia apa, lalu efek kemo gimana kan kita juga tidak tahu efeknya,” Desi melanjutkan.

Mengenang waktu ketika diagnosis Khorim belum diketahui, Desi sempat kilas balik. Ia sedikit bercerita mengenai masa ketika kondisi Khorim baru menunjukkan gejala awal.

“Dari 2021 dia merasa sakit, posisi sakitnya sih dia lemas, sakit, makan nggak mau, bawaannya menangis terus. Lalu, diagnosisnya kanker mata,” tuturnya.

3 dari 4 halaman

Merawat Khorim Sendirian

Perjuangan anak melawan kanker tampaknya hampir selalu beriringan dengan pengorbanan orang sekitarnya, terutama orangtua.

Namun, Desi tak pernah putus asa dalam merawat Khorim selama dua tahun ke belakang. Apalagi, Desi mengungkap, ia merawat Khorim sendirian sebagai orangtua.

"Ayahnya nggak ada, jadi selama ini menghidupi keluarga dari saya dan orangtua saya saja," kata Desi.

Masih Khawatir dengan Pandangan Orang Lain

Sebagai seorang ibu, rasanya mustahil untuk tidak khawatir dengan anak. Terutama, jika Si Kecil memiliki kondisi yang mungkin tak bisa diterima oleh semua orang.

Oleh sebab itu, kini satu mata Khorim masih ditutupi dengan perban.

"Takutnya ada anak yang seumur dia itu, takut nanti diejek. Anak-anak yang seumuran dia kan belum ngerti, nanti bisa bertanya, kenapa matanya cuma satu? Saya juga jadi nggak enak, jadi saat ini pun masih belum saya buka," Desi sempat mencurahkan isi hati.

 

4 dari 4 halaman

Harapan Sang Ibu, Ingin Buah Hati Hidup seperti Anak Lain

Telah menjalankan pengobatan, Desi berharap buah hatinya dapat hidup seperti anak lain meski dengan keterbatasan yang dimiliki.

“Harapan saya sebenarnya ingin anak saya seperti anak-anak yang lain. Tapi sebenarnya nggak apa-apa karena manusia kan memang nggak ada yang sempurna,” tuturnya.

Kemudian, Desi juga menuturkan harapan agar bisa kembali ke tempat asal dan berkumpul lagi dengan keluarga.

“Harapan saya juga, semoga kita bisa berkumpul dengan keluarga lagi,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.