Sukses

Peringati Hari Bakti Dokter Indonesia ke-115, IDI Kenang Jasa Para Nakes dan Lakukan Baksos

Sejak 2008 Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI).

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2008 Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI).

Tanggal ini sama dengan peringatan hari penting lain yakni Hari Kebangkitan Nasional. HBDI sendiri memiliki latar belakang perjuangan organisasi Boedi Oetomo pada 1908.

Guna mengenang perjuangan Boedi Oetomo, maka perayaan HBDI tahun ini dihitung sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia ke-115. Dalam peringatan kali ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengusung tema Dokter Indonesia untuk Rakyat Indonesia. Tema ini memiliki makna adanya wujud nyata bakti dokter Indonesia untuk rakyat Indonesia dalam partisipasi mendampingi masyarakat menuju Indonesia Sehat yang berdaulat.

Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi mengajak seluruh dokter Indonesia tidak hanya menjadi agent of treatment. Namun, juga harus mampu menularkan nilai profesi dan kecendikiawanannya sebagai agent of change di tengah gempuran narasi yang nirfakta.

“Edukasi yang konsisten dan pelayanan yang berkesinambungan akan menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, sehat dan sejahtera. Sehingga mampu bersama memecahkan berbagai masalah,” kata Adib dalam keterangan pers, Minggu (21/5/2023).

“Pun sebagai agent of development, dokter Indonesia dapat terus berkarya sesuai kemajuan teknologi dan sumber daya. Yang akhirnya akan bermuara pada kebijakan programatik untuk masyarakat.”

Dengan semangat yang sama, lanjut Adib, niscaya dokter dan rakyat kembali dalam barisan yang tidak berbeda dalam memperjuangkan kemajuan bangsa. Seiring, seirama, setumpah darah Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenang Jasa Para Dokter

Adib pun menjelaskan bahwa sejak seabad yang lalu, dokter Indonesia sudah menjalankan peran kompleks dalam pembangunan manusia Indonesia.

Bahkan jauh sebelum adanya rekomendasi WHO dan berbagai organisasi dunia tentang 3 peran utama dokter yakni agent of treatment, agent of change, dan agent of development.

Dokter hadir sebagai barisan terdepan yang mengawal keberlangsungan sebuah bangsa. Golongan yang semula berkutat dalam pengobatan, aktif sebagai garda pergerakan. Sebut saja Dr Wahidin Sudirohusodo, Dr Soetomo, Dr Cipto Mangunkusumo dan dokter pribumi lainnya yang mengawali semangat kebangkitan nasional.

Melalui pendidikan kepada masyarakat, para dokter mampu mengobarkan jiwa nasionalisme sehingga perjuangan menuju Indonesia merdeka dapat tercapai. Ini merupakan wujud nyata dan catatan sejarah bahwa dokter Indonesia lahir dari permasalahan rakyat dan tumbuh bersama rakyat itu sendiri.

3 dari 4 halaman

Isi HBDI 2023 dengan Bakti Sosial

Sementara, Ketua Panitia Nasional HBDI ke-115, Astronias B. Awusi menyampaikan perayaan tahun ini diisi dengan bakti sosial.

Kegiatan dilakukan oleh 34 IDI wilayah dan 460 IDI Cabang dalam berbagai bentuk di lebih dari 500 area di seluruh Indonesia.

Beberapa bentuk kegiatan bakti sosial yang dilakukan adalah:

  • Kampanye dan upaya promosi kesehatan dengan pemanfaatan budaya dan kearifan lokal
  • Kampanye kesehatan anak dan remaja
  • Kampanye ketahanan gizi dan pangan serta peningkatan edukasi kesehatan masyarakat sebagai upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
  • Melakukan pelayanan langsung sebagai wujud bakti dokter kepada rakyat Indonesia yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis, layanan homecare yang berkesinambungan, pengobatan gratis dan gerakan lingkungan sehat madani.
4 dari 4 halaman

Peran Dokter di Masa Pandemi COVID-19

Dalam keterangan yang sama, presiden dokter seluruh dunia (World Medical Association/ WMA) David Barbe menyatakan bahwa pandemi ini membuat para dokter merasa kecewa dan kehilangan semangat dalam perjuangan mereka melawan COVID-19.  

“Ada banyak dokter di seluruh dunia yang tidak merasa dihargai atau didukung atas risiko yang telah mereka ambil atau pengorbanan yang telah mereka lakukan dalam merawat pasien dengan COVID.”

“Banyak yang mengalami demoralisasi. Banyak yang merasa pemerintah mereka, dan, dalam beberapa kasus, rumah sakit mereka mengecewakan mereka. Beberapa merasa diterima begitu saja atau bahkan dimanfaatkan,” kata David.

Seharusnya, lanjut David, para dokter mendengar bahwa mereka dihargai dan diakui atas semua yang telah dilakukan. Serta mendapat ucapan terima kasih atas pengorbanan yang telah dilakukan. 

“Dokter perlu mendengar itu dan tugas kita sebagai pemimpin organisasi profesi untuk memastikan dokter kita tahu bahwa kita bangga dan menghargai semua upaya yang sudah dilakukan dalam penanganan COVID,” ujar David Barbe.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.