Sukses

Bekal Mudik Lebaran Idul Fitri yang Bergizi, Dokter Sebut Telur Rebus Bisa Jadi Pilihan

Selain tahan lama, hal penting lain yang harus diperhatikan saat membawa bekal mudik Lebaran Idul Fitri adalah gizi makanan. Salah satu opsi bekal mudik yang tahan lama dan bergizi adalah telur rebus.

Liputan6.com, Jakarta - Saat melakukan perjalanan mudik Lebaran Idul Fitri 2023, hal yang perlu dibawa adalah bekal makanan. Terlebih bila perjalanan menempuh perjalanan panjang berjam-jam.

Selain tahan lama, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah gizi makanan dari bekal yang dibawa. Salah satu opsi bekal mudik yang mudah dibuat, tahan lama, dan bergizi adalah telur rebus.

Menurut dokter spesialis gizi klinis, Marya Haryono, dibandingkan dengan jenis olahan telur lainnya, telur rebus yang masih utuh di dalam cangkangnya merupakan pilihan terbaik.

“Sebaiknya telur rebus, karena dia masih utuh dalam cangkangnya. Kalau telur sudah diolah, baik diceplok atau didadar, itu sudah terbuka dan terpapar bakteri,” jelas Marya dalam Press Briefing Hero Supermarket Dukung Gerakan Telur Bebas Kandang pada Kamis (13/04/2023).

Marya menjelaskan bahwa batas standar ketahanan gizi telur yang sudah terbuka sangat terbatas, yakni 3 jam. Ini terjadi karena saat telur dibuka, paparan bakteri semakin meluas.

“Tetapi kalau dalam kondisi tertentu seperti mudik, standar kita cuma yang penting nggak basi. Yang paling aman adalah telur rebus yang masih berada di dalam cangkangnya,” jelas Marya. 

Ketahanan telur rebus memang lebih lama dari jenis olahan telur lainnya. Namun, tetap tidak ada patokan pasti untuk menentukan berapa lama makanan tersebut bisa basi.

“Kalau untuk basi atau tidaknya, nggak ada patokan pasti. Yang penting, kalau dibuka aromanya masih layak atau tidak. Umumnya bisa dilihat dari aroma dan rasanya,” Marya menjelaskan.

Di luar basi dan tidaknya makanan, Marya menyimpulkan bahwa standar ketahanan gizi semua jenis makanan yang sudah terbuka adalah 3 jam.

“Semua jenis makanan, bukan hanya telur, jika sudah terbuka dan terpapar bakteri maka standar waktu ketahanan gizinya adalah 3 jam,” jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penuhi Standar Gizi Seimbang dengan Sayur dan Buah

Marya mengingatkan untuk tidak hanya mengonsumsi telur secara terus menerus. Protein dari telur harus dibarengi dengan sumber nutrisi lainnya.

“Kalau makan hanya makan telur terus, keanekaragaman nutrisi jadinya akan monoton. Tubuh kita akan terancam mengalami defisiensi nutrisi tertentu, karena tubuh juga butuh nutrisi yang lain,” jelas Marya.

Baiknya, konsumsi telur dibarengi dengan karbohidrat, sayur, buah, dan sumber protein lainnya. Anda bisa mendapat protein tambahan dari berbagai sumber, seperti ikan, ayam, tahu tempe, dan daging.

“Intinya adalah mengombinasikan olahan makanan yang terbuat dari telur dengan makanan lain. Variasi keanekaragaman bahan makanan alami ini yang harus diperhatikan,” 

“Sayurnya harus cukup, buahnya juga ada, karbohidratnya juga terpenuhi. Yang penting standar gizi seimbangnya terpenuhi,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Berbagai Khasiat Telur, Bisa Hilang Jika Tidak Matang

Telur mengandung nutrisi lengkap seperti protein tinggi, sejumlah vitamin (A, B, D, K), kolin, selenium, yodium, fosfor, besi, dan seng.

Faktanya, kandungan protein dengan kualitas biologi yang tinggi pada telur mudah diolah oleh tubuh. Namun, Marya mengungkap bahwa khasiat telur bisa hilang jika tidak dimasak dengan sempurna.

“Khasiat telur itu justru hilang kalau tidak dimasak secara matang. Kalau tidak matang, proteinnya susah dicerna oleh saluran cerna kita,” kata Marya.

Marya menjelaskan, cara menentukan matang atau tidaknya telur bisa dilihat dari warna.

“Standarnya adalah bagian liquidnya yang bening. Jika itu sudah berubah jadi warna putih, maka sudah matang,” jelasnya.

Ia menambahkan, pengolahan yang menggunakan terlalu banyak tepung dan gula juga bisa menghilangkan khasiat telur itu sendiri. 

4 dari 4 halaman

Hindari Fast Food atau Makanan Vakum

Dalam kesempatan yang sama, Marya menekankan untuk tidak membawa makanan vakum sebagai bekal. Menurutnya, makanan yang sudah divakum tidak lagi tergolong sebagai makanan segar.

Selama di perjalanan mudik mungkin ada banyak restoran yang menjual aneka makanan. Namun, Marya berpesan untuk meminimalisasi mengonsumsi fast food. 

“Boleh saja dikonsumsi, tetapi pilih yang tidak terlalu banyak gula dan minyak,” jelasnya.

Marya juga mengingatkan pentingnya menjaga status hidrasi, baik bagi pemudik yang berpuasa ataupun tidak.

“Baik untuk yang mudiknya saat berpuasa atau tidak, status hidrasinya tetap harus dijaga,” Marya menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.