Sukses

Cerita Pasien Demensia di Singapura Ikut Paduan Suara, Bantu Munculkan Harapan Raih Kebahagiaan

Singapura akan menampilkan paduan suara yang terdiri dari para penderita demensia dan pengasuh mereka. Benarkah bernyanyi bisa bantu jaga kesehatan memori mereka?

Liputan6.com, Singapura - Para pasien demensia dan pengasuhnya di Singapura akan tampil bernyanyi di Orchard Road tiga bulan lagi.

Series paduan suara Sing to Remember digelar untuk mencari tahu apakah bernyanyi akan memberikan dampak positif bagi kondisi para penderita demensia. 

Salah satu pasien demensia yang terlibat dalam konser ini adalah Jacqueline Sim. Ia mengakui bahwa dirinya akhir-akhir ini sering kali menjadi pemarah, meski bagi orang lain mungkin tidak terlihat demikian seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (8/3/2023).

Putri kembar Jacqueline, Charmaine dan Cheryl Tan mengatakan ibu mereka yang berusia 72 tahun masih menjadi wanita cerdas seperti yang mereka kenal sejak kecil.

Cheryl bercerita bahwa Jacqueline terlihat lemas dan tak berdaya saat duduk di atas kursi rodanya. Ia kehilangan sebagian besar mobilitasnya. Ini merupakan dampak yang paling terlihat dari penyakit yang dideritanya sejak 2015.

Bahkan, kepercayaan diri Jacqueline turun. Ia takut ditertawakan oleh orang-orang atas kondisinya.

Paduan Suara Pasien Demensia

Hingga saat ini, belum ada obat untuk para pasien demensia. Terkait ini, konduktor utama Orkestra Konservatorium Yong Siew Toh, Jason Lai, bertanya-tanya apakah ada hal yang dapat dilakukan untuk membuat mereka merasa lebih baik

Jason Lai membentuk kelompok paduan suara yang terdiri dari pasien demensia. Ia berharap dapat membantu kesejahteraan kognitif dan psikososial mereka.

Kelompok paduan suara yang dibentuk Jason berisi sembilan orang penderita demensia dan pengasuh mereka.

Jason bertugas mempersiapkan kelompok paduan suara itu untuk tampil di konser yang akan diselenggarakan di Orchard Road, Singapura, dalam waktu 3 bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terkena Demensia, Kehidupan Jacqueline Naik Turun

Ide Jason untuk mengajak pasien demensia terlibat dalam paduan suara memberikan harapan sebuah kebahagiaan.

Bagi Jacqueline, menyanyi bukan hanya sesuatu yang dia suka, tetapi juga sesuatu yang dia lakukan ketika dulu dia bekerja.

“Dia dulu bekerja di penitipan anak. Ia suka bernyanyi untuk mereka,” jelas Charmaine.

Selang 2 tahun setelah pensiun, Jacqueline mulai mengalami gejala demensia. Charmaine menggambarkan diagnosis itu merupakan peristiwa yang mengejutkan dirinya dan tentu juga untuk Jacqueline sendiri.

“Dia bilang untuk tidak menceritakan ini (penyakit demensia) ke siapa-siapa. Akan tetapi, setelah beberapa saat, dia mulai bisa menerimanya dan menunjukkan keberanian. Dia tidak lari dari kenyataan itu lagi,” lanjut Charmaine.

3 dari 4 halaman

Kembalikan Rasa Bangga

Jacqueline menceritakan bahwa kedua putrinya terlalu peduli kepadanya. "Mereka peduli sampai (ditahap) membuatku kesal."

Ditanya mengenai kemampuan bernyanyi, Jacqueline mengatakan dirinya sudah tidak bisa menyanyi lagi.

“Saya parau. Saya tidak bisa menyanyi,” katanya.

Jason mengaku memang dibutuhkan sedikit perjuangan, khususnya secara fisik, bagi Jacqueline untuk bernyanyi. Namun, karena dia melihat semangat dan dedikasi yang Jacqueline dan penderita demensia lainnya miliki, Jason akan terus berusaha.

“Saya ingin mereka kembali memiliki rasa bangga dan harga diri karena suatu pencapaian. Saya ingin mereka mendorong batas mereka. Saya ingin mereka bermimpi besar,” papar Jason.

“Ada stigma bahwa penderita demensia tidak dapat berbuat banyak. Namun, saya telah melihat bahwa mereka dapat melakukan lebih dari yang kita pikirkan,” lanjut Jason.

4 dari 4 halaman

Mengurangi Gejala Depresi dan Demensia

Masih dilansir dari Channel News Asia, sekitar satu dari 10 orang berusia 60 tahun ke atas di Singapura menderita demensia.

Asisten Peneliti di Yong Loo Lin School of Medicine Universitas Nasional Singapura (NUS), Feng Lei, mengungkapkan studi pertama tentang bagaimana musik dapat dimanfaatkan untuk mencegah demensia, dimulai di kegiatan yang diinisiasi Jason.

Paduan suara penelitian pencegahan demensia dibentuk pada 2015 sebagai bagian dari studi berkelanjutan yang bertujuan mencegah dan mengurangi gejala depresi dan demensia.

Feng menjelaskan bahwa suara manusia semacam aktivitas kognitif yang sangat kompleks.

“Mendengarkan musik itu pasif. Namun, untuk] bernyanyi di paduan suara, Anda perlu menyelaraskan dengan grup Anda. Anda perlu tahu kapan harus menyanyikan bagian Anda, dan perlu berkoordinasi dengan pengarah, dengan anggota paduan suara Anda,”

Menurut Feng, orang yang hidup dengan demensia kehilangan fungsi dan ingatan.

“Obat hanya dapat memperlambat perkembangan demensia, tetapi nyanyian paduan suara itu seperti latihan,” ujarnya.

Sejauh ini, paduan suara terbukti dapat membantu meningkatkan konsentrasi, ingatan, kesejahteraan psikologis lanjut usia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.