Sukses

Penyintas Kanker Anak Rentan Alami Malanutrisi, Haruskah Makannya Dipantang?

Nutrisi optimal bantu penyintas kanker anak dan remaja terhindar dari malanutrisi

Liputan6.com, Jakarta - Anak penyintas kanker berisiko mengalami malanutrisi dan kekambuhan dalam jangka panjang. Sehingga pemberian nutrisi yang baik sangat penting dalam menjaga kesehatan penyintas kanker.

Hal tersebut disampaikan dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM), dr Yoga Devaera dalam Serial Webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) pada Sabtu, 7 Januari 2022.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa dibandingkan dengan anak yang tidak punya penyakit kanker, penyintas kanker anak memiliki risiko mengalami penyakit tidak menular dan risiko kambuh (relaps), yaitu munculnya kanker sekunder yang jenisnya berbeda dari yang sebelumnya.

Misalnya saja penyintas kanker leukemia memiliki risiko mengalami kanker kulit, kanker otak, dan lain-lain

"Kanker menyebabkan anak rentan mengalami malanutrisi, baik gizi lebih atau gizi buruk. Kanker dan efek pengobatannya dapat menekan nafsu makan, atau nafsu makannya meningkat," kata Yoga.

Selain itu, lanjut Yoga, kanker dan pengobatan menyebabkan gangguan hormonal terutama tiroid yang berkaitan dengan pertumbuhan.

Lantas, apakah ada pantangan makanan bagi penyintas kanker anak? Menurut Yoga faktor genetik dan gaya hidup seperti status gizi, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik ikut memengaruhi terjadinya kanker sekunder.

Sehingga, lanjut Yoga, beberapa makanan memang perlu dibatasi. Sebut saja ultra prosessed food atau makanan yang sudah mengalami proses pengolahan yang panjang.

"Makanan ini umumnya memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hati-Hati Penuaan Dini

Makanan lain yang harus dibatasi adalah gula tambahan. Konsumsinya tidak boleh lebih dari lima persen dari kebutuhan kalori dalam sehari.

Yoga menyebut bahwa ada alasan penyintas kanker perlu mengurangi gula. Hasil dari sebuah penelitian yang melibatkan penyintas kanker anak sampai umur 30 tahun, diketahui mereka yang mengonsumsi gula hingga 10 persen dari kebutuhan kalori, justru mengalami risiko penuaaan dini.

Menurut Yoga, penuaan dini meningkatkan risio penyakit tidak menular seperti obesitas dan osteoporosis dapat datang lebih cepat.

Selain gula, garam juga perlu dibatasi hanya 5 gram sehari atau 2 gram dalam bentuk natrium.

Dijelaskannya bahwa konsumsi garam meningkatkan risiko penyakit hipertensi. Garam banyak terkandung dalam pangan olahan atau ultra prossesed food.

 

3 dari 4 halaman

Bagaimana dengan Daging Merah?

Yoga mengatakan bahwa daging merah harus dibatasi terutama dalam bentuk pangan olahan seperti sosis atau nuget.

Pada penyintas kanker anak perlu dilakukan pemantauan status gizi terus menerus dengan mengukur berat dan tinggi badan anak menggunakan grafik pertumbuhan dari WHO maupun CDC.

Kebanyakan anak penyintas kanker memiliki berat badan dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan anak tanpa kanker.

Diharapkan penyintas kanker anak memiliki pertumbuhan yang normal. Nutrisi yang baik akan menunjang tumbuh kembangnya.

 

4 dari 4 halaman

Anjuran Diet untuk Penyintas Kanker Anak

Anjuran diet yang disarankan adalah memberikan gizi seimbang yang disesuaikan dengan status gizi dan usia anak. Empat jenis makanan yang wajib ada dalah karbohidrat, protein, sayur, buah dan susu.

"Susu menjadi penting karena ada risiko osteoporosis meningkat sehingga susu bisa menjadi sumber kalsium yang baik. Jika pertumbuhan anak normal dan makannya bagus, cukup diberikan fresh milk atau susu pasteurisasi," ujarnya.

Komponen nutrisi susu ini disebut Yoga paling bagus, tapi harus disimpan di suhu rendah.

Nah, untuk pasien penyintas kanker anak dengan berat badan kurang, Yoga menyarankan mengonsumsi susu formula tinggi kalori.

"Susu formula bukan termasuk ultra prossesed food meskipun mengalami proses pengolahan makanan yang panjang," pungkasnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.