Sukses

5 Tahap Transmisi Virus dari Hewan ke Manusia

Penularan virus dari hewan ke manusia tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa proses yang dilalui. Ada lima tahap patogen bertransmisi atau pindah dari hewan ke manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Meski pandemi COVID-19 belum usai, tapi saat ini sudah timbul beberapa penyakit misterius contohnya gangguan ginjal akut. Ada pula penyakit yang dulu sempat muncul, kemudian kini muncul kembali seperti cacar monyet atau monkeypox.

Dokter spesialis penyakit dalam Jeremia Immanuel Siregar menjelaskan, penyakit dibagi menjadi dua yakni emerging disease dan re-emerging disease.

Emerging disease adalah penyakit yang belum pernah diketahui atau pernah ada dalam jumlah kecil tapi akhirnya menimbulkan masalah besar di masyarakat.

Sedangkan, re-emerging disease adalah penyakit yang sebelumnya pernah menjadi pandemi atau muncul dalam skala besar kemudian kasus turun dan bahkan hilang. Namun, muncul kembali dengan dampak besar di masyarakat atau bahkan bisa melumpuhkan sistem kesehatan.

“Virus, bakteri, atau patogen yang saat ini muncul kembali kita ketahui bahwa sebenarnya mereka itu bermula dari hewan atau inang. Hewan mengalami penyakit dan menginfeksi manusia atau zoonosis,” ujar Jeremia dalam video yang diunggah DRV Channel, dikutip Selasa (18/10/2022).

Penularan dari hewan ke manusia tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa proses yang dilalui. Ada lima tahap patogen bertransmisi atau pindah dari hewan ke manusia.

“Tahapan yang pertama adalah hewan terinfeksi tapi belum ada bukti kalau dia (hewan) bisa menginfeksi manusia. Kedua adalah tahapan di mana patogen tersebut bisa berpindah dari hewan ke manusia, tapi belum bisa menginfeksi dari manusia ke manusia seperti rabies atau tetanus.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tahap Ketiga

Tahap transmisi patogen dari hewan ke manusia yang ketiga yakni inang atau hewan menginfeksi atau menularkan ke manusia. Kemudian manusia tersebut bisa menularkan juga ke manusia.

“Tapi dalam siklus yang singkat atau sedikit. Infeksi dari hewan ke manusia disebut infeksi primer. Sedangkan infeksi dari manusia ke manusia disebut infeksi sekunder.”

“Nah (dalam tahap ini) infeksi sekunder berlangsung dalam waktu yang sebentar. Kenapa bisa begitu? Karena memang penularannya harus dalam kontak dekat dan erat dan inang perlu menginfeksi terus.”

Maka, jika inang sudah tidak berkontak maka jumlah patogennya menurun sehingga kasusnya pun turun. Seperti pada kasus cacar monyet yang memerlukan kontak erat untuk bisa menularkan, jelas Jeremia.

3 dari 4 halaman

Tahap Keempat dan Kelima

Tahapan keempat adalah ketika patogen dari hewan inangnya menginfeksi manusia tapi dalam siklus yang panjang.

“Jadi dia (patogen) bisa bertahan dalam waktu yang lama. Bisa saja menjadi endemi. Maksudnya, sebentar dia bisa turun tapi bisa naik lagi.”

Ini bisa terjadi karena ada vektor atau pembawa yang bisa menularkan dari manusia ke manusia lagi. Misalnya, demam berdarah yang penyebarannya dibawa oleh nyamuk.

Sedangkan, pada tahap kelima, inang menginfeksi manusia tapi patogennya berevolusi sehingga bisa menular ke manusia lain tanpa memerlukan inang atau vektor. Bisa pula memerlukan vektor tapi memiliki ketahanan hidup lebih lama.

“Contohnya yang sekarang sudah berevolusi ya hepatitis dan sifilis. Jadi manusianya sendiri bisa menjadi inang yang menularkan ke manusia lain.”

4 dari 4 halaman

Faktor Penyebaran Penyakit

Jeremia juga menjelaskan soal faktor-faktor yang menyebabkan suatu penyakit bisa menyebar luas dan berevolusi.

“Yang pertama global travelling atau urbanisasi. Seperti kita ketahui, travelling sekarang lebih mudah. Dengan pesawat, orang bisa berpindah dari satu negara ke negara lain.”

Dengan perpindahan orang yang semakin mudah dan semakin cepat, akhirnya juga bisa menyebabkan perubahan pada virus sehingga penyakit bisa sangat mudah menular.

Hal kedua yang menyebabkan hal tersebut adalah perubahan iklim. Sekarang iklim sangat cepat berubah dan sudah tidak seperti dulu.

“Kita ingat, dulu di Indonesia kalau musim hujan itu ya Oktober sampai April dan musim kemarau April sampai Oktober. Sekarang, sudah lewat bulannya pun masih bisa ditemui hujan yang sangat deras hingga banjir atau panas yang terik.”

Hal ini dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan. Jika banjir terjadi, maka potensi munculnya patogen-patogen yang bisa menginfeksi semakin tinggi. Bisa pula memicu perkembangan vektor-vektor seperti nyamuk yang bisa sebabkan demam berdarah.

“Sehingga, perubahan iklim ini dapat menyebabkan munculnya penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada atau penyakit yang pernah ada tapi skala kecil kemudian muncul kembali dalam skala besar.”  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.