Sukses

Hadapi Pandemi Masa Depan, Menkes Budi Siapkan Nakes Cadangan

Tenaga kesehatan (nakes) cadangan dipersiapkan untuk menghadapi pandemi di masa depan.

Liputan6.com, Jakarta - Demi menghadapi pandemi yang sewaktu-waktu bisa terjadi di masa depan, tenaga kesehatan (nakes) cadangan menjadi salah satu kebutuhan yang harus disiapkan. Hal ini belajar dari pandemi COVID-19, bahwa dibutuhkan nakes yang cukup besar dalam penanganan kedaruratan kesehatan, seperti vaksinator dan pelacak kontak (tracer).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, nakes cadangan yang akan dipersiapkan juga berasal dari lintas generasi, seperti Pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR). Mahasiswa kedokteran dalam jenjang semester yang lebih tinggi juga dipersiapkan untuk tenaga penyuntikan.

“Kita siapkan juga tenaga cadangan, kemarin (awal-awal pandemi COVID-19) kita kan vaksinator kurang, tracer kurang testing kurang, kita siapkan tentara cadangan ya nakes cadangan,” jelasnya saat berdiskusi dengan wartawan beberapa waktu lalu di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, ditulis Senin (29/8/2022).

“Pakai (pengerahan) dari Poltekkes (Politeknik Kesehatan) juga. Intinya, bagaimana (upaya pengerahan tenaga cadangan) tidak memberatkan pemerintah nanti suatu saat kalau ada pandemi. Kita minta juga Pramuka, lumayan kan 5 juta penggalang, belum mahasiswa kedokteran tingkat 4 dan 5 bisa suntik-suntik.”

Adanya rencana memberdayakan sejumlah calon tenaga kesehatan yang berasal dari unsur mahasiswa di program studi kesehatan, Pramuka hingga PMR juga bertujuan lebih menghemat dana. Sebab, penyiapan tenaga cadangan demi menghadapi pandemi di masa depan sebenarnya membutuhkan dana besar untuk dianggarkan.

Pemanfaatan Pramuka dan PMR sebagai tenaga kesehatan cadangan akan jauh lebih mudah. Terlebih mayoritas dari mereka memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan sehingga tak sulit untuk memberikan instruksi terkait proses penanganan pasien nantinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tekan Dana Agar Lebih Irit

Pada kesempatan berbeda, Budi Gunadi Sadikin juga mengungkapkan, pemberdayaan Pramuka dan PMR demi mengirit pembiayaan agar tidak mengeluarkan biaya yang besar. 

Bagaimana caranya supaya nggak mahal? saya mau berdayakan Pramuka, saya baru sadar Pramuka ada 25 juta itu, ya. Saya mau ke berdayakan yang namanya mahasiswa kedokteran dan Poltekkes perawat,” ucapnya dalam acara ‘Peluncuran Aplikasi SatuSehat’ di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (26/7/2022).

“Kita bina aja, jadi nggak usah keluar biaya banyak-banyak tapi ada syarat-syarat minimum skill-skill minimum terkait dengan pandemi yang kita masukkan ke Poltekkes.Ke kedokteran, ke Pramuka ya mereka suka memiliki kecakapan khusus kan saya baru tahu ada Pramuka Saka Bakti Husada Pramuka khusus kesehatan ini kita pakai. UKS, PMR itu kita pakai.”

Jika rencana pemberdayaan Pramuka dan PMR dapat berjalan lancar, maka akan dapat meminimalisasi pemanfaatan tenaga dari unsur Polri hingga TNI dalam membantu kerja tenaga kesehatan, khususnya dalam menghadapi masalah darurat kesehatan.

"Sehingga nanti kalau ada lagi kita ndak ada datang ke polisi sama TNI, kita bisa pakai memberdayakan masyarakat karena mereka lebih banyak yang paham karena sudah dikasih skill sebagai tenaga cadangan kesehatan ke depan," sambung Menkes Budi Gunadi.

Tenaga cadangan juga diibaratkan mantan Wakil Menteri BUMN ini sebagai ‘tentara cadangan.’ Tujuannya, agar lebih siap berperang saat situasi kedaruratan terjadi seperti pandemi COVID-19.

"Kita mau bikin tenaga cadangan kesehatan. Kalau perang itu ada tenaga tentara cadangan, tentara itu sudah lebih forward looking udah tahu nih suatu saat perang pasti akan terjadi," pungkasnya.

"Kita lupa bahwa perang itu bukan hanya dengan sesama manusia, perang dengan virus terjadi juga 100 tahun sekali, kek, 50 tahun sekali. Ya, kita harus siap.”

3 dari 4 halaman

Tenaga Cadangan untuk Kesiapsiagaan

Secara rinci, Menkes Budi Gunadi Sadikin memaparkan tenaga cadangan untuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan. Tenaga cadangan berasal dari partisipasi masyarakat aktif yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan ketika terjadi krisis.

Tenaga cadangan terbagi menjadi dua periode persiapan. Pertama, dipersiapkan sebelum krisis kesehatan. Kedua, tenaga yang dipersiapkan ketika krisis kesehatan.

Masa sebelum krisis kesehatan terjadi, persiapan dilakukan dengan membuka pendaftaran dan melakukan pelatihan tenaga cadangan. Registrasi dilakukan bagi masyarakat yang bersedia menjadi tenaga cadangan, misalnya Pramuka dan Palang Merah Remaja.

Untuk pelatihan diberikan untuk dapat memperlengkapi para tenaga cadangan dengan keterampilan yang diperlukan saat terjadi krisis kesehatan, salah satunya memberikan bantuan dasar hidup dan melakukan triase.

Triase adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memeroleh penanganan medis terlebih dulu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya.

Masa saat krisis kesehatan terjadi perlu adanya persiapan koordinasi dan mobilisasi tenaga cadangan. Koordinasi dan mobilisasi pada skala kabupaten/kota, provinsi maupun nasional harus dapat dilakukan dengan cepat ketika terjadi krisis kesehatan.

4 dari 4 halaman

Pilar Ketahanan Nasional

Berkaitan dengan tenaga cadangan kesehatan, hal tersebut masuk dalam pilar ketiga transformasi kesehatan yang digencarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pilar ketiga adalah sistem ketahanan nasional. 

Pada pilar ini, Menkes Budi Gunadi Sadikin memastikan seluruh obat, vaksin dan alat diagnostik di produksi dalam negeri. Kemenkes juga akan membangun sistem tenaga kesehatan cadangan dengan melibatkan Pramuka, Poltekkes dan fakultas kedokteran. 

Mereka akan dilatih, dibina dan dibekali pengetahuan terkait bidang kesehatan sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan saat bencana ataupun keadaan darurat lainnya sudah siap.

“Saya minta dinas kesehatan (dinkes) daerah bantu untuk melakukan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas mereka terkait kesehatan,” tuturnya di sela acara “Rembuk Aksi Kolaborasi untuk Imunisasi” di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (21/7/2022) malam.

Di sisi lain, dinkes provinsi/kabupaten dan seluruh direktur rumah sakit juga diminta untuk menjamin keberadaan tenaga kesehatan di tempat pelayanan kesehatan di daerahnya. Belajar dari pandemi COVID-19, semakin meningkatnya kasus seperti varian Omicron dengan tingkat penularan lebih tinggi dari varian sebelumnya, berdampak pada positivity rate yang kian tinggi pada tenaga kesehatan. 

Artinya, banyaknya tenaga kesehatan yang tertular dapat menyebabkan kondisi kontigensi sampai krisis tenaga kesehatan. Kondisi kontigensi tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan SDM sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan. 

Strategi pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada kondisi kontigensi dan krisis tenaga kesehatan dapat dilakukan melalui internal rumah sakit dan eksternal rumah sakit. Strategi internal rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal shift, mobilisasi tenaga kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan di layanan COVID-19. 

Penyediaan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi/menunda layanan non emergensi, dan meningkatkan layanan telemedisin dapat dilakukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.