Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Kasus Cacar Monyet Isolasi di Rumah atau Rumah Sakit

Kasus pertama cacar monyet di Indonesia, pria 27 tahun asal DKI Jakarta tengah menjalani isolasi

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pertama cacar monyet di Indonesia, seorang pria berumur 27 tahun asal DKI Jakarta yang baru saja pulang dari luar negeri, menjalani isolasi mandiri di rumah, tidak di rumah sakit.

Sebenarnya setidaknya ada tiga pertimbangan apakah pasien dengan monkeypox perlu diisolasi di rumah sakit atau dapat di rumah saja, yaitu:

1. Seberapa beratnya keluhan dan gejala yang dialami.

2. Apakah pasien memiliki keadaan kesehatan atau faktor risko yang memungkinkan penyakitnya menjadi lebih berat.

3. Apakah pasien memang dapat menjamin meminimalisir kemungkinan penularan ke orang lain kalau dia diisolasi di rumah.

Kalau keputusan akhirnya adalah untuk dilakukan isolasi di rumah, seperti juga kasus pertama kita ini, maka WHO menganjurkan enam hal:

1. Gunakan kamar mandi terpisah, atau bersihkan kamar mandi dan toilet setiap kali habis dipakai.

2. Bersihkan benda-benda yang dipegang pasien dengan air dan sabun atau desinfektan. Disebutkan agar jangan gunakan alat penghisap (vacuum) untuk membersihkan karena partikel virus cacar monyet malah dapat menyebar dan menimbulkan penularan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

3. Gunakan alat makan, handuk, seperai dll. yang terpisah, jangan digunakan bersama orang sehat di rumah.

4. Pasien sebaiknya mencuci sendiri pakaian, seperei, handuk, dan lain-lain yang dia gunakan. Mencucinya jangan terlalu banyak dikucek dan cuci dengan air hangat di atas 60 derajat Celsius.

Kalau terpaksa yang mencuci adalah orang lain maka si pencuci dianjurkan harus memakai masker dan sarung tangan.

5. Bukalah jendela kamar agar terjadi pertukan udara dengan baik.

6. Anjurkan semua orang di rumah untuk selalalu mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.

WHO juga menyebutkan bahwa isolasi perlu dilakukan sampai seluruh kelainan kulit sudah lepas dan baik, serta lapisan kulit baru di bawahnya sudah mulai terbentuk.

Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara serta Mantan Dirjen P2P dan Ka Balitbangkes

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.