Sukses

Penyebab Dibalik Masa Inkubasi Virus Cacar Monyet Makan Waktu 1 hingga 4 Minggu

Masa inkubasi virus cacar monyet memakan waktu cukup lama yakni satu hingga empat minggu.

Liputan6.com, Jakarta Monkeypox atau cacar monyet merupakan infeksi dari virus yang ditandai dengan munculnya bintil berisi nanah atau lesi pada kulit. Virus ini diketahui memakan masa inkubasi mulai dari satu hingga empat minggu.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Cacar Monyet Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Hanny Nilasari, SpKK mengungkapkan bahwa masa inkubasi merupakan masa dimana virus masuk ke dalam tubuh manusia hingga menimbulkan gejala.

"Memang masa inkubasinya (cacar monyet) bisa satu sampai empat minggu. Mengapa lama? Ini tergantung dari daya tahan tubuh manusia. Kalau misalnya daya tahan tubuhnya kuat, biasanya dia hanya dalam beberapa minggu sudah ada respons," ujar Hanny dalam acara virtual media group interview, Jumat (5/8/2022).

"Tapi kalau misalnya dia daya tahan tubuhnya lemah, dia justru menimbulkan waktu masa inkubasi yang agak panjang," tambahnya.

Di Indonesia sendiri sudah terdapat satu pasien suspek cacar monyet di Pati, Jawa Tengah. Hanny mengungkapkan bahwa kasus terduga atau suspek tersebut juga masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Sejauh ini berdasarkan hasil tes swab orofaring, hasil menunjukkan pasien negatif cacar monyet. Sehingga masih menunggu pemeriksaan kedua dari lesi dengan pemeriksaan lab PCR.

"Belum ada kasus yang terkonfirmasi di Indonesia, alhamdulillah sekali. Meskipun sudah ada beberapa yang memberikan informasi-informasi bahwa ada kasus yang terduga atau suspek yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Masih menunggu hasil laboratorium untuk pemeriksaan apakah terkonfirmasi atau tidak," kata Hanny.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Monkeypox Paling Banyak

Lebih lanjut Hanny mengungkapkan bahwa gejala yang paling banyak dilaporkan pada pasien cacar monyet adalah demam, sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, dan kelainan di kulit.

"Jadi ada lima yang paling dominan kalau misalnya kita ingin menduga bahwa ini monkeypox. Bagaimana membedakannya dengan infeksi virus lainnya seperti varicella atau cacar air? Kalau cacar air umumnya menjelang anak-anak," ujar Hanny.

Hanny menjelaskan, gejala demam yang muncul pada cacar air juga biasanya tidak terlalu tinggi dan lesi pada kulit dalam bentuk yang berbeda-beda dapat ditemukan dalam satu periode waktu yang sama. Sedangkan pada cacar monyet, lesi biasanya akan muncul dengan bentuk yang sama sepanjang pasien terinfeksi.

Menurut Hanny, cacar monyet juga umumnya menyerang bagian wajah pasien, diikuti dengan munculnya gejala di batang tubuh seperti lengan, perut, badan, punggung, dan telapak tangan.

"Jadi bisa jadi ada di telapak tangan dan mukosa, di sekitar mata, mulut, atau bahkan di dalam mulut, dan di sekitar anus atau area genital lain. Masih mungkin ada di area-area tertentu," kata Hanny.

3 dari 4 halaman

Vaksin Cacar Monyet

Dalam kesempatan berbeda, Hanny mengungkapkan bahwa permintaan terkait vaksin cacar monyet sebenarnya sudah sempat diterima olehnya. Namun persetujuan terkait vaksin cacar monyet belum mendapatkan persetujuan.

"Sudah ada dua orang yang japri saya, karena memang saya juga dibidang infeksi menular seksual. Ada yang menanyakan vaksinasi. Jadi mereka inginya secara preventif untuk melakukan vaksinasi, karena mereka merasa bahwa mereka adalah populasi sangat berisiko," ujar Hanny dalam virtual media briefing Monkeypox bersama PB IDI pada Selasa, 2 Agustus 2022.

Hanny menjelaskan, vaksin untuk cacar monyet di Indonesia belum disetujui oleh pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Meskipun sudah ada dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat maupun WHO.

"Vaksin untuk monkeypox ini memang belum di approve oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi CDC atau WHO," kata Hanny.

Sehingga menurut Hanny, upaya yang bisa dilakukan saat ini hanyalah dengan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada masyarakat terkait cacar monyet. Terutama pada populasi khusus yang masuk kategori berisiko.

4 dari 4 halaman

Upayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Selain itu menurut Hanny, upaya yang bisa dilakukan saat ini hanyalah dengan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada masyarakat terkait cacar monyet. Terutama pada populasi khusus yang masuk kategori berisiko.

"Menjaga juga supaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tetap dan menjaga imunitas karena virus ini tidak mudah menular. Tapi kalau kita mempunyai imunitas yang rendah tentunya daya penularan menjadi lebih tinggi," ujar Hanny.

Populasi khusus yang banyak melaporkan kasus cacar monyet adalah gay, biseksual, lesbian, dan pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV).

"Konsentrasinya memang banyak sekali dilaporkan banyak kasus ini pada populasi khusus gay, lesbian, dan juga HIV. Itu dilaporkan sebagai populasi yang cukup banyak terkena dampak dari monkeypox," ujar Hanny.

"Meskipun begitu, masih secara teori bahwa dilaporkan penularannya bukan hanya sexual contact. Sexual contact tentunya melakukan kontak yang sangat erat dari kulit ke kulit. Tapi yang menjadi concern kita bersama adalah kontak erat," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.