Sukses

Cacar Monyet Menyebar ke Berbagai Negara Akibat Mutasi Virus? WHO: Tidak Ada Bukti

Liputan6.com, Jakarta Wabah virus cacar monyet atau monkeypox yang telah menyebar ke berbagai negara sejauh ini tidak dapat disebut akibat mutasi lantaran belum ada bukti yang mengarah ke sana.

Hal ini disampaikan eksekutif senior di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin 23 Mei 2022. Ia mencatat penyakit menular yang telah mewabah di Afrika barat dan tengah itu cenderung tidak berubah.

Kepala sekretariat cacar yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO, Rosamund Lewis  mengatakan, mutasi cenderung lebih rendah pada virus ini. Namun, pengurutan genom kasus akan membantu menginformasikan pemahaman tentang wabah saat ini.

Kemungkinan mutasi memang menjadi salah satu perhatian pakar kesehatan. Pasalnya, mutasi bisa membuat virus lebih mudah menular atau parah.

Pemimpin penyakit zoonosis WHO dan pemimpin teknis COVID-19 Maria van Kerkhove mengatakan, lebih dari 100 kasus suspek dan konfirmasi cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara memang bukan kasus yang parah.

"Ini adalah situasi yang dapat dikendalikan," khususnya di Eropa, kata Maria mengutip CNA, Selasa (24/5/2022).

"Tapi kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di Afrika, di negara-negara endemik."

Ia menambahkan, wabah itu tidak biasa karena terjadi di negara-negara yang seharusnya tidak menemukan virus tersebut. Para ilmuwan berusaha memahami asal usul kasus dan apakah ada perubahan tentang virus penyebab monkeypox.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tetap Waspada

WHO meminta klinik dermatologi dan perawatan kesehatan primer, serta klinik kesehatan seksual, untuk waspada terhadap kasus-kasus potensial.

Organisasi tersebut mencatat, banyak - tetapi tidak semua - orang yang telah didiagnosis dalam wabah cacar monyet saat ini adalah pria yang berhubungan seks dengan pria (gay).

Para pejabat mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan alasannya, tetapi demografi ini mungkin akan mencari nasihat medis atau memiliki akses ke pemeriksaan kesehatan seksual.

Cacar monyet biasanya tidak mudah menyebar antar manusia, tetapi dapat ditularkan melalui kontak dekat orang ke orang atau kontak dengan barang-barang yang digunakan oleh penderita cacar monyet, seperti pakaian, tempat tidur, atau peralatan makan.

“Kami tahu bahwa pasangan gay jika mereka menemukan ruam yang tidak biasa, mereka cenderung ingin menyelesaikannya dengan cukup cepat,” kata Andy Seale, penasihat strategi di Departemen Program HIV, Hepatitis dan IMS Global di WHO.

"Fakta bahwa mereka proaktif dalam menanggapi gejala yang tidak biasa mungkin menjadi bagian dari cerita. Ini akan menjadi lebih jelas dalam beberapa minggu dan hari mendatang," kata Seale.

3 dari 4 halaman

Memicu Diskriminasi?

Temuan awal yang menunjukkan bahwa pasien cacar monyet beberapa di antaranya adalah pria yang berhubungan badan dengan pria menimbulkan pertanyaan lain.

Apakah temuan awal dapat menimbulkan diskriminasi pada kaum gay?

Menanggapi pertanyaan tersebut, Seale mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya sudah memiliki pengalaman puluhan tahun untuk menangani stigma dan diskriminasi pada pasien HIV. Pengalaman ini juga akan diterapkan pada penanganan cacar monyet.

"Ada cara kami dapat bekerja dengan masyarakat untuk belajar dari pengalaman puluhan tahun dalam menangani stigma dan diskriminasi dengan HIV. Kami ingin menerapkan pelajaran yang didapat dari pengalaman ini," kata Seale

Pejabat kesehatan AS mengatakan pada konferensi pers hari Senin, satu kasus cacar monyet di Massachusetts telah dikonfirmasi dan mereka telah mengidentifikasi empat kasus tambahan, masing-masing satu di New York City dan Florida, dan dua di Utah.

Semuanya adalah pria dengan riwayat perjalanan internasional yang konsisten dengan jenis paparan yang pernah terlihat di tempat lain, kata mereka.

Di sisi lain, Van Kerkhove mengatakan dia mengharapkan lebih banyak kasus untuk diidentifikasi saat pengawasan meluas.

4 dari 4 halaman

Pencegahan Cacar Monyet

WHO mencatat hingga 21 Mei 2022 ada 92 kasus yang dikonfirmasi sebagai cacar monyet atau monkeypox. Ada pula 28 kasus suspek yang sedang dalam penyelidikan.

Cacar monyet merupakan penyakit infeksi virus yang mulanya ditemukan pada orang-orang yang tinggal di dekat hutan hujan tropis. Namun, baru-baru ini, penyakit endemik tersebut sudah ditemukan di beberapa negara termasuk Inggris, Spanyol, Portugal, dan Amerika Serikat (AS).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) kemudian menyampaikan beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus monkeypox. Cara-cara pencegahan cacar monyet termasuk:

  • Menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
  • Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
  • Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
  • Jaga kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
  • Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.