Sukses

Bekas Luka Berupa Keloid dan Skar Hipertrofik, Apa Bedanya?

Ada bekas luka menonjol yang disebut sebagai keloid. Namun, bekas luka menonjol tidak melulu keloid. Bekas luka tersebut bisa juga merupakan skar hipertrofik.

Liputan6.com, Jakarta - Bekas luka kerap kali menimbulkan rasa kurang percaya diri karena cenderung mengganggu penampilan.

Bekas luka bermacam-macam bentuknya. Ada bekas luka menonjol yang disebut sebagai keloid. Namun, bekas luka menonjol tidak melulu keloid. Bekas luka tersebut bisa juga merupakan skar hipertrofik.

Lalu apa bedanya antara keloid dan skar hipertrofik?

Skar hipertrofik yakni tonjolan luka yang menebal sesuai garis luka. Sedangkan keloid adalah daging yang tumbuh pada bekas luka, teksturnya keras dan jinak. Keduanya terbentuk ketika jaringan parut tumbuh secara berlebihan untuk memperbaiki kerusakan kulit.

Ahli dermatologi dr Nadia Wirantari, Sp.KK mengatakan, pada dasarnya tubuh mempunyai waktu alami untuk menyembuhkan luka. Proses tersebut memiliki beberap fase yaitu penghentian pendarahan, peradangan, tumbuh jaringan baru serta luka mengering. Meski luka telah mengering, di dalam kulit masih terjadi proses penyembuhan.

"Nah, dalam fase ini bisa terjadi skar hipertrofik atau terjadi keloid. Keduanya adalah tampilan yang bekas lukanya itu menonjol, serupa tapi tidak sama," kata Nadia, dilansir Antara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Beda Skar Hipertrofik dan Keloid

Skar hipertrofik, kata Nadia, memiliki ciri bekas luka merah yang menonjol dan hanya sepanjang bekas lukanya saja. Biasanya juga terasa sensasi gatal pada awal penyembuhan skar hipertrofik dan akan mengecil atau memudar setelah 1-2 tahun.

"Bekas luka hipertrofik biasanya terjadi di lipatan, seringnya yang bekas operasi caesar," kata Nadia.

Sedangkan keloid memiliki ciri berwarna merah dan memiliki tonjolan yang lebih tinggi, terasa gatal, lebih nyeri dan bekas lukanya melebar atau memanjang dibandingkan dengan luka awal.

"Dia dalam jangka waktu 1-2 tahun itu tidak bisa mengecil sendiri seperti hipertrofik, malah dia bisa makin membesar," jelas Nadia.

3 dari 4 halaman

Jika Keluarga Punya Riwayat Keloid

Individu dengan riwayat keluarga memiliki keloid, akan lebih berisiko mengalaminya dibandingkan dengan yang tidak ada faktor genetik.

Oleh karena itu, ketika terjadi luka, terutama setelah operasi caesar, penting untuk fokus pada proses penyembuhna.

"Nutrisinya harus optimal dari dokternya biasanya juga perawatannya optimal, baru setelah itu digunakan plester luka untuk memperbaiki bekas lukanya sehingga mempercepat lebih kecilnya bekas luka," imbuh Nadia.

4 dari 4 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini