Sukses

Proning, Teknik Tingkatkan Kadar Oksigen yang Merosot Saat Isolasi Mandiri di Rumah

Proning dapat dilakukan pasien COVID-19 yang kadar oksigen merosot saat isolasi mandiri di rumah

Liputan6.com, Jakarta Proning atau prone position, menjadi salah satu teknik yang banyak dianjurkan dalam penanganan pasien COVID-19. Cara sederhana ini disebut-sebut mampu meningkatkan level oksigen hingga membantu pasien yang mendapatkan bantuan ventilator di rumah sakit.

Mengutip Indian Express, Kamis (1/7/2021), posisi tengkurap dengan dada dan perut di bawah, atau menyamping, memang dianggap membantu tubuh mendapatkan oksigen atau udara ke seluruh arena paru-paru dibandingkan telentang.

Sebuah studi di European Respiratory Journal tahun 2002 melaporkan, teknik ini terbukti sebagai langkah efektif dalam waktu yang lama, pada pengobatan pasien sindrom penyakit pernapasan akut (acute respiratory disease syndrome/ARDS).

Selain itu, penelitian tersebut juga menyatakan bahwa teknik itu dianggap sebagai 'metode sederhana dan aman untuk meningkatkan oksigenasi'.

Mengutip Klikdokter, dokter spesialis penyakit dalam Alvin Nursalim, mengatakan, posisi tidur tengkurap tidak khusus untuk pasien COVID-19 saja.

"Benar adanya bahwa posisi tidur tengkurap dapat menurunkan angka kematian pada pasien gangguan paru berat. Melalui mekanisme keterlibatan paru dorsal dalam, pernapasan pasien virus Corona jadi lebih baik dan meningkatkan volume parunya," kata Nursalim.

Dia, menjelaskan, membuat posisi tubuh pasien tidur tengkurap selama beberapa jam juga bertujuan untuk memindahkan cairan yang mungkin terkumpul di paru-paru dan mengganggu pernapasan mereka.

Dikutip dari Health, proning membutuhkan sedikit atau tanpa peralatan. Teknik ini juga mungkin membantu pasien yang sakit kritis, untuk menghindari pemasangan ventilator sebagai bantuan pernapasan.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Manfaat Proning

Jack Stewart, ahli paru dari St. Joseph Hospital in Orange County, California, Amerika Serikat mengatakan, membalikkan perut pasien membantu pernapasan karena oksigenasi lebih mudah dalam posisi tengkurap.

Menurut Stewart, ini adalah fungsi anatomi karena tubuh manusia memiliki lebih banyak jaringan paru-paru di bagian belakang tubuh daripada di depan.

Virus SARS-CoV-2, menyebabkan cairan dan sekresi abnormal berkumpul ke arah belakang, di mana terdapat lebih banyak jaringan paru, dan menyebabkan gangguan yang lebih besar pada fungsi paru-paru.

Tidak hanya pada pasien kritis, sebuah panduan dari UK Intensive Care Society juga mengatakan, teknik ini dapat mengurangi kebutuhan akan ventilasi invasif, dan kemungkinan meninggal bagi pasien COVID-19, yang sadar sebelum mereka mencapai perawatan intensif.

"Posisi ini membantu dalam meningkatkan aliran oksigen pada pasien yang kritis, yang pada gilirannya memastikan bahwa mereka cenderung tidak memerlukan dukungan ventilator," kata Praveen Gupta, Direktur dan Kepala Departemen Neurologi, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, India.

Studi Awake Proning: A Necessary Evil During the COVID-19 Pandemic yang dilakukan National Center for Biotechnology Information (NCBI) di Cureus Journal Juli 2020 juga mengatakan, awake proning menunda penggunaan ventilasi mekanis dan memudahkan pasien ARDS berat atau pneumonia berat dalam menjaga suplai oksigen ke jaringan tubuh

"Karena lembaga medis terbebani dan terbatasnya ventilator yang tersedia, awake proning dapat mengurangi tidak hanya beban di rumah sakit tetapi juga mengurangi kebutuhan akan ventilator," tulis para peneliti.

3 dari 5 halaman

Proning Mandiri

Selain itu, sebuah studi yang dilakukan di New York tentang efektivitas proning mandiri juga menemukan potensi manfaat dari teknik ini.

Penelitian ini didasarkan pada kecenderungan cepatnya pasien yang mengalami ARDS sedang hingga berat setelah insiden COVID-19. Para pasien ditempatkan dalam posisi tengkurap selama sekitar 18 jam sehari, sementara siklus pernapasan mulai menunjukkan perbaikan setelah lima menit mengambil posisi tengkurap.

Para pakar di Kementerian Kesehatan India juga beberapa waktu lalu mengeluarkan panduan melakukan proning bagi pasien isolasi mandiri, yang mengalami saturasi oksigen di bawah 94 persen.

Sebelum melakukan proning, Anda memerlukan bantal sebanyak satu di bawah leher, satu atau dua di bawah dada hingga melalui paha atas, serta dua di bawah tulang kering.

Lalu, lakukan setiap posisi yang direkomendasikan ini, masing-masing sekitar 30 menit dan disarankan tidak lebih:

  • mulailah dengan berbaring tengkurap,
  • berbaring miring ke kanan,
  • duduk dengan kaki terentang di depan Anda,
  • berbaring di sisi kiri,
  • lalu kembalilah berbaring tengkurap.

Ada juga beberapa anjuran dan larangan dalam melakukan proning:

  • hindari tengkurap selama satu jam setelah makan
  • pertahankan proning hanya sebanyak yang bisa ditoleransi dengan mudah
  • seseorang mungkin bisa tengkurap hingga 16 jam sehari, dalam beberapa siklus, selama merasa nyaman
  • bantal dapat disesuaikan sedikit untuk mengubah area tekanan dan untuk kenyamanan
  • pantau setiap luka tekan atau cedera, terutama di sekitar tonjolang tulang

Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan India, proning juga harus dihindari pada mereka yang berada dalam kondisi:

  • hamil
  • trombosis vena dalam (ditangani dalam waktu kurang dari 48 jam)
  • kondisi jantung mayor
  • fraktur tulang belakang, tulang paha, atau panggul yang tidak stabil

 

4 dari 5 halaman

Kondisi Pasien di Rumah Sakit

Pada pasien COVID-19 di rumah sakit pun, Alvin Nursalim mengatakan bahwa teknik menengkurapkan tersebut bukannya tanpa risiko.

"Salah satu risikonya adalah ulkus atau luka tekan, jika mobilisasi pasien tidak optimal," ujarnya. Selain itu, teknik ini juga perlu waktu dan harus dilakukan oleh tenaga profesional yang berpengalaman.

Kesulitan lain akan bertambah apabila pasien memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Petugas medis harus sangat hati-hati karena proning dapat menimbulkan cedera pada dada pasien, apalagi jika mereka telah dipasang tabung kateter.

Selain itu, apabila dilakukan oleh tenaga yang belum berpengalaman dalam mengubah posisi pasien, yang ada malah menimbulkan risiko menyebabkan komplikasi.

Dalam studinya, NCBI menyebutkan, beberapa kontraindikasi untuk posisi ini termasuk orang dengan:

  • riwayat ketidakstabilan tulang belakang seperti spondylolisthesis, scoliosis, cedera, atau trauma pada tulang belakang
  • peningkatan tekanan intrakranial
  • kehamilan
  • kondisi hemodinamik yang tidak stabil seperti hipertensi dan penyakit kardiopulmoner
  • Luka perut terbuka

"Disarankan agar pasien yang menderita ARDS disarankan untuk mendapatkan posisi tengkurap saat mereka sadar tetapi saat tertidur, posisi netral harus disarankan," tulis NCBI.

5 dari 5 halaman

Infografis Pedoman Isolasi Mandiri Pasien Tanpa Gejala Covid-19