Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Vaksin COVID-19 AstraZeneca di Negara Tetangga

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti pertemuan internasional pakar kesehatan tentang vaksin COVID-19. Masing-masing kami menyampaikan perkembangan vaksinasi di negara masing-masing.

Liputan6.com, Jakarta Seperti diketahui bahwa pada hari Minggu 16 Mei 2021 Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa penghentian sementara distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca Batch (Kumpulan Produksi) CTMAV547 untuk pengujian toksisitas dan sterilitas oleh BPOM adalah bentuk upaya kehati-hatian pemerintah untuk memastikan keamanan vaksin ini. Hal ini cukup banyak dibicarakan masyarakat, dan banyak yang menghubungkannya dengan kejadian dan kebijakan di beberapa negara Eropa. Untuk itu maka baik kalau kita lihat bagaimana penggunaan vaksin ini di negara tetangga sekitar kita

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti pertemuan internasional pakar kesehatan tentang vaksin COVID-19. Masing-masing kami menyampaikan perkembangan vaksinasi di negara masing-masing.

Pakar dari Malaysia menyampaikan bahwa di negara itu masyarakat dapat menggunakan vaksin AstraZeneca bila mereka menginginkannya, jadi tergantung pilihan sendiri atau “opt in”. Pemerintah Malaysia memang menyediakan beberapa jenis vaksin untuk rakyat negara itu, yaitu vaksin Pfizer, AstraZeneca, Sinovac, CanSinoBio dan Gamaleya.

Sementara itu, pemerintah Singapura pada Maret 2021 menyampaikan bahwa Health Sciences Authority (HSA) mereka sedang dalam komunikasi dengan berbagai perushaan termasuk AstraZeneca tentang kemungkinan penggunaannya di negara itu. Sekerang ini Singapura menggunakan vaksin Pfizer dan juga Moderna, sama seperti yang digunakan di Amerika Serikat.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Thailand

Pada akhir April 2021 “Food and Drug Administration” (BPOM) Thailand telah memberi persetujuan perusahaan Siam Bioscience di negara itu untuk memproduksi vaksin COVID-19 AstraZeneca, dan diharapkan pada bulan Juni 2021 hasil produksi dalam negerinya sudah akan dapat diberikan ke pemerintah Thailand. Seperti diketahui bahwa Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha sudah disuntik vaksin AstraZeneca pada 16 Maret 2021 yang lalu

Pada 8 Mei 2021 Filipina menerima lebih dari 2 juta dosis vaksin AstraZeneca dari COVAX facility, dimana saya adalah salah seorang dari 12 anggota “Independent Allocation Vaccine Group (IAVG)” nya. Ini adalah kiriman ke dua yang diterima Filipina, sebelumnya sekitar setengah juta sudah diterima pada Maret 2021, dimana  data per 2 Mei 2021 menunjukkan dari 525.600 dosis vaksin AstraZeneca yang ada maka 525.337 sudah diberikan pada petugas kesehatan, para lanjut usia dan mereka yang memiliki ko morbid. Filipina rencananya akan menerima total 4,5 juta dosis vaksin AstraZeneca dari COVAX ini.

Korea Selatan pada 11 April 2021 menyatakan bahwa akan menggunakan vaksin AstraZeneca untuk mereka yang berusia di atas 30 tahun, setelah seminggu sebelumnya tadinya menyatakan akan membatasi penggunaan vaksin ini pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun.

Yang menarik, pada awal bulan Mei ini, Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) menyampaikan hasil penelitiannya bahwa vaksin Pfizer vaccine ternyata 89,7% efektif mencegah COVID-19 setidaknya 2 minggu setelah penyuntikan pertama, dan angkanya untuk vaksin AstraZeneca adalah efektif 86,0%. Analisa ini dibuat berdasar data dari lebih dari 3,5 juta masyarakat negara itu yang berusia 60 tahun ke atas, termasuk 521.133 orang yang sudah mendapat dosis pertama vaksin Pfizer atau AstraZeneca.

Rekomendasi “Australian Technical Advisory Group on Immunisation (ATAGI)” menyatakan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer lebih dianjurkan (“preferred”) pada mereka yang berusia di bawah 50 tahun. Untuk yang berusia 50 tahun ke atas maka ATAGI tetap memberi anjuran bahwa manfaat dari vaksin AstraZeneca adalah lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi. Disampaikan juga bahwa vaksin AstraZeneca dapat diberikan pada mereka berusia di bawah 50 tahun bila manfaatnya jelas lebih tinggi dari risikonya dan mereka yang di vaksin sudah memberi persetujuan dan memahami manfaat dan risiko yang ada.

 

 

 

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes. Kini penulis juga merupakan member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

3 dari 3 halaman

Infografis Ramai-Ramai Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ada Apa?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.