Sukses

Rekatkan Hubungan, Ini 3 Tips Mendengarkan Cerita Anak

Anak senang bercerita tapi ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar anak merasa ceritanya benar-benar didengar.

Liputan6.com, Jakarta Anak biasanya bakal menceritakan hal-hal seru menurut versinya. Entah mainan baru, tontonan seru yang baru saja dilihatnya, juga hubungan pertemanannya.

Namun, kesibukan mulai dari pekerjaan kantor sampai rumah tangga membuat orangtua tidak terlalu memperhatikan cerita anak. Padahal, bagi anak hal yang diceritakan adalah sangat bagus dan ia hanya ingin didengar.

"Mendengarkan dengan baik adalah cara menyampaikan empati. Ini membuat anak-anak tahu bahwa pikiran dan perasaan mereka penting, dan bahwa mereka dapat dimengerti dan diterima sebagai manusia," kami," kata Michael Nichols, Ph.D., penulis The Lost Art of Listening.

Sayangnya, mendengarkan dengan fokus bukanlah hal mudah. Butuh usaha dan konsistensi orangtua. Mendengarkan mereka berarti memperkuat harga dirinya. Jika dilakukan secara terus-menerus akan membangun kepercayaan, kedekatan emosi dan saling mengerti, itulah yang paling penting.

Lalu harus mulai dari mana untuk jadi pendengar yang baik bagi anak? Berikut seperti dikutip dari Parents.

- Duduk dan Fokus

Jika anak memberi tahu sesuatu, hentikan dulu yang sedang dilakukan. Bisa juga minta anak menunggu sebentar, sementara kita bersiap untuk mendengarkannya. Misalnya, tunggu mama matikan laptop ya, baru dengar cerita kakak/adik.

Setelah itu, fokuslah dengarkan apa yang diceritakannya. Bukan hanya di telinga, tapi juga otak, pikiran dan tubuh. Akan lebih baik dalam kondisi duduk dengan mensejajarkan mata dengan anak.

”Ini tidak hanya membuat anak merasa sangat didengar, tetapi juga mencontohkan kebiasaan mendengarkan yang baik: berkonsentrasi, menyingkirkan hal lain, dan menghargai hubungan," kata Nichols.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

- Tenangkan Pikiran

Tenangkan pikiranIngatkan diri untuk memperhatikan. Jika kedengarannya seperti semacam latihan meditasi Zen, memang demikian dan itu membutuhkan latihan.

"Saya bahkan memiliki mantra yang saya gunakan untuk memfokuskan kembali pikiran saat anak mengajak berbicara sementara sedang melakukan sesuatu," kata Nichols.

Saat anak bercerita, kita tidak perlu merencanakan respons secara mental atau langsung beralih ke pemecahan masalah. Justru fokuslah pada apa yang diungkapkan anak, bukan respons diri.

- Ajukan Pertanyaan

Mereka hanya butuh didengarkan. Bisa juga mengajukan pertanyaan tapi pastikan tidak malah menyudutkannya.

Misalnya, dengan memvalidasi apa yang dirasakan anak. Seperti 'kakak/adik senang yang dengan mainan baru?' atau 'ceritanya kurang semangat, apa kamu sedang kesal/ sedih?'. Dengan begitu anak merasa didengarkan dan ada orang yang mengerti dirinya.

Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini