Sukses

BPOM: Jamu Bukan untuk Bunuh Virus tapi Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

BPOM mengatakan bahwa pasien COVID-19 dengan gejala yang parah tak bisa hanya diberikan obat herbal atau jamu saja

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan bahwa kegunaan produk herbal seperti jamu yang ada saat ini bukan untuk menyembuhkan COVID-19 tetapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Pernyataan ini disampaikan oleh Mayagustina Andarini, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM dalam sebuah seminar daring pada Senin kemarin.

"Jamu itu hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Itu imunomodulator, jadi badan kita itu kan perlu tentara untuk menghadapi musuh, herbal ini tugasnya adalah membentuk badan kita menyiapkan tentaranya. Bukan mematikan virusnya," kata Maya, ditulis Selasa (11/8/2020).

"Harapannya dengan 'tentara' yang cukup di badan kita, si musuh itu akan kalah," tambahnya.

Maya mengatakan, apabila kondisi pasien COVID-19 sudah parah seperti telah menggunakan respirator, tentu saja ia tidak bisa hanya menggunakan obat herbal saja dalam perawatannya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Herbal Tak Bisa Menyembuhkan

"Ada fase-fase tertentu yang masih bisa kita bantu dengan herbal maupun suplemen yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh kita. Kalau kondisinya sudah berat tentu saja akan berat penanganannya," Maya menambahkan.

Ia juga menjelaskan, dalam penanganan pasien COVID-19 pun, produk herbal pun digunakan berdampingan dengan obat-obatan lainnya untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang.

Maya menilai bahwa saat ini, anggapan bahwa obat herbal atau jamu tertentu bisa menyembuhkan dan mencegah COVID-19 dalam waktu singkat, dikhawatirkan membuat masyarakat abai akan protokol kesehatan.

Tak jarang, ia masih mendapatkan pertanyaan dari beberapa orang dengan latar pendidikan yang baik soal isu-isu yang beredar.

"Kita mesti bahu membahu untuk mencerdaskan konsumen, mencerdaskan masyarakat, supaya mereka tidak mudah untuk termakan hoaks-hoaks ini atau suatu propaganda yang berlebihan," ujarnya.

Adapun, BPOM mengungkapkan bahwa mereka tengah mendampingi 11 penelitian terkait uji klinik produk herbal sebagai imunomodulator dalam penanggulangan COVID-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.