Sukses

Kecam Aksi Rasialisme di Sistem Kesehatan, Nakes di New York Ikut Unjuk Rasa

Salah seorang tenaga kesehatan yang ikut unjuk rasa mengatakan bahwa di samping melawan COVID-19, dia juta memerangi "virus rasisme"

Liputan6.com, Jakarta Tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter di New York, Amerika Serikat yang beberapa waktu lalu tengah disibukkan dengan penanganan COVID-19, ikut turun ke jalan dalam aksi mengecam tindakan rasialisme yang dialami mendiang George Floyd.

Dalam kesempatan tersebut, mereka juga mengecam aksi rasialisme yang kerap terjadi dalam sistem kesehatan masyarakat setempat.

Dikutip dari AFP pada Jumat (5/6/2020), para tenaga kesehatan ini mengenakan masker dan alat pelindung diri lengkap. Setidaknya ada seratus pekerja medis yang keluar sebentar dari Manhattan's Bellevue Hospital.

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, para tenaga kesehatan memegang papan bertuliskan "Perawatan kesehatan untuk semua" dan "Rasisme membunuh pasien saya."

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penggunaan Kekuatan Berlebihan adalah Darurat Kesehatan

Selain itu, mereka juga berlutut dalam diam selama delapan menit 46 detik, waktu ini merupakan waktu yang sama saat leher Floyd ditekan oleh seorang polisi sebelum meninggal.

Kamini Doobay, salah seorang tenaga kesehatan mengatakan bahwa mereka telah mengambil sumpah untuk melayani dan melindungi kesehatan masyarakat.

"Saat ini penggunaan kekuatan yang berlebihan kebrutalan polisi adalah darurat kesehatan masyarakat," kata dokter di bagian darurat rumah sakit Bellevue yang juga berperan sebagai salah satu koordinator aksi tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Memerangi Virus Rasisme

Billy Jean, seorang perawat kulit hitam mengatakan bahwa saat ini dia tidak hanya memerangi COVID-19.

"Saya juga terus memerangi virus rasisme," ujarnya.

Damilola Idowu, salah seorang dokter mengatakan bahwa mereka melihat pasien kulit berwarna meninggal secara tidak proporsional karena tindak lanjut yang tak tepat. Dia juga mengatakan seringkali, pria kulit hitam datang dengan luka tembak dari polisi.

Aksi yang dilakukan para tenaga kesehatan ini juga mendapatkan sambutan berupa tepuk tangan bagi mereka dari para pengunjuk rasa. Apresiasi ini sesungguhnya rutin dilakukan selama masa krisis akibat virus corona. Mereka memberikan pujiannya bagi para dokter dan perawat yang bertugas dalam penanganan COVID-19.

"Saat ini, para pengunjuk rasa yang menyerukan masalah-masalah ini, mempertaruhkan tubuh mereka, mengambil risiko ditangkap, mempertaruhkan mengalami kekerasan dari petugas, mereka adalah pahlawan saat ini," kata Idowu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.