Sukses

Orang Obesitas Berisiko Alami Hal Ini Saat Tertular COVID-19

Obesitas berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan berisiko tinggi mengidap diabetes, sekaligus akan berisiko tinggi mengalami komplikasi jika tertular Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Saat pandemi virus corona (Covid-19) seperti sekarang, orang yang kelebihan berat badan atau obesitas juga menjadi perhatian. Kenapa demikian?

Obesitas didefinisikan sebagai gangguan keseimbangan energi yang menyebabkan gangguan metabolisme sehingga memicu stres dan disfungsi jaringan.

Obesitas juga berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan diabetes. Mereka juga ternyata rentan mengalami komplikasi jika tertular Covid-19. 

Diederik Gommers, ketua asosiasi perawatan intensif Belanda, mengatakan kepada wartawan TV pekan lalu bahwa 66 persen-80 persen pasien Covid-19 di ruang intensif memiliki berat badan berlebih.

Pada program berita TV yang sama, Peter van der Voort, dari rumah sakit pendidikan Universitas Groningen, mengatakan jumlah pasien gemuk yang positif Covid-19 lebih banyak di ICU.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Obesitas VS Covid-19

Saat pandemi virus flu babi (H1N1) pada 2009, penelitian menunjukkan obesitas sebagai faktor risiko independen dalam peningkatan morbiditas dan mortalitas setelah terinfeksi.

Studi tersebut menemukan kalau orang yang indeks massa tubuhnya (BMI) 30 atau lebih, bernasib lebih buruk setelah terinfeksi virus flu daripada orang-orang yang memiliki BMI dalam batas normal, yaitu 24,9 atau lebih rendah.

Dalam penelitian lainnya, salah satunya dari China yang diterbitkan bulan lalu, mengamati sebanyak 112 pasien Covid-19. 15 dari 17 pasien tersebut yang meninggal digolongkan sebagai kelebihan berat badan pada skala BMI. Lalu hanya 18 dari 95 orang yang selamat (19%) tergolong memiliki berat badan berlebih pada skala BMI.

Berdasarkan studi-studi tersebut, membuat para ahli mempertanyakan obesitas sebagai faktor risiko terhadap Covid-19.

"Obesitas tidak hanya soal kelebihan berat badan, tetapi juga berkaitan dengan dampak buruk dari kelebihan berat badan pada tubuh," kata para ahli, seperti dilansir dari Aljazeera.

Salah satu dampak buruknya yaitu gangguan pada garis limfoid dan neutrofil, sistem kekebalan. Keduanya merupakan sel yang dapat memberitahu adanya infeksi dari jaringan normal dan yang perlu dijaga keseimbangannya untuk menjaga kekebalan tubuh.

Obesitas dapat mengganggu keseimbangan ini dan menyebabkan peningkatan peradangan kronis pada jaringan normal. Ketidak-seimbangan dalam sistem kekebalan tubuh dan peradangan kronis pada jaringan normal ini membuat orang yang obesitas berisiko tinggi mengalami komplikasi infeksi dan umumnya meningkatkan penyakit kronis.

Karena sistem kekebalan bekerja keras bahkan saat Anda sedang beristirahat maka tidak heran jika orang yang obesitas rentan tertular Covid-19. Ia juga akan berisiko tinggi mengalami komplikasi, termasuk kesulitan bernapas dan pneumonia.

Selain itu, menurut Dr. Amir Khan, seorang dokter NHS dan dosen senior di Inggris, pasien obesitas lebih sulit untuk diintubasi (prosedur memasukkan tabung saluran napas ke tenggorokan) karena leher mereka cenderung lebih tebal, yang menekan saluran napas, terutama jika pasien dalam posisi kepala rata dengan punggung.

"Ditambah, pasien obesitas lebih sulit diangkut, terkadang tempat tidur sampai tidak muat untuk satu orang saja," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.