Sukses

Ini yang Terjadi Pada Otak Ketika Seseorang Melakukan Diet

Berikut ini penjelasan dari para ahli apa yang terjadi pada otak jika seseorang melakukan diet.

Liputan6.com, Jakarta Tubuh dan otak mengharapkan stasis (berhentinya aliran darah atau cairan tubuh lain di suatu bagian tubuh) dan secara alami melawan penurunan berat badan. Namun, itu bukan berarti kamu tidak dapat melakukan diet secara sehat dan berkelanjutan.

Dilansir dari The Healthy pada Senin (10/2/2020), berikut inilah yang terjadi dalam otak ketika sedang melakukan diet.

Ada banyak tips diet, resep makanan diet, dan semua cara untuk menurunkan berat badan. 

Namun, di luar tips itu semua apa yang kamu makan dan jumlah makananmu dipengaruhi oleh lebih dari sekadar tingkat motivasi dan keinginan agar terlihat lebih baik.

Bahkan jika kamu menjalankan rencana diet yang dimaksudkan untuk membantu berat badan dengan cepat, kadang-kadang itu masih sulit karena dorongan alami dari tubuhmu.

Profesor Departemen Kesehatan di West Chester University of Pennsylvania, Dara Dirhan EdD, MPH, RDN, LDN mengatakan bahwa jumlah lemak yang ingin dihilangkan juga menjadi apa yang telah ditentukan oleh otak untuk menjadi yang terbaik untuk fungsi optimalnya.

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hormon yang dilepaskan saat lapar

"Dua hormon saat lapar bertanggung jawab untuk mengatur titik setel tubuh," kata Dirhan.

Hormon itu ialah ghrelin dan leptin. Ghrelin dikenal sebagai hormon kelaparan karena ia dikeluarkan ketika energi di otak rendah. Hormon ini menciptakan perasaan lapar yang meyakinkan seseornag untuk mengonsumsi glukosa (sumber energi pilihan otak).

Sedangkan leptin dikenal sebagai hormon kenyang karena memberi sinyal ke otak ketika seseorang merasa sudah cukup untuk makan dan tingkat energinya terpenuhi.

Menurut dokter ahli obesitas dan ahli radiologi di Atlanta, David Prologo, MD mengatakan bahwa sinyal-sinyal iut memiliki tiga fungsi utama.

Mereka memberitahu tubuh kapan harus mencari makan, kapan harus memperlambat dan menghemat energi, dan kapan harus menyimpan energi untuk rasa lapar nantinya.

"Otak tidak peduli dengan terlihat langsing dan cantik. Ini berkaitan dengan mempertahankan hidup. Tubuh dan otak diprogram untuk tetap stabil pada titik setel tubuhmu," kata Prologo.

Maka, ketika kamu pertama kali memulai diet atau tidak mengonsumsi energi yang cukup untuk kebutuhan otak, kamu dapat mengalami gejala-gejala seperti kelelahan, kelaparan, sakit kepala, hingga depresi.

Baiknya, kata Prologo, setelah beberapa minggu otak dapat mereda pada sinyal-sinyal tersebut, seseorang akan menemukan titik setel yang baru.

Ahli saraf dan CEO Modius Health, Jason McKeown, mengatakan bahwa begitu tubuhmu mencapai titik setel yang baru, kamu akan secara spesifik melihat berkurangnya selera dan keinginan untuk makan.

3 dari 3 halaman

Diet dalam jangka panjang

"Untuk mempertahankan hasil, diet dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kisaran ini, membuat otakmu beradaptasi dan merasa nyaman dengan berat badan yang lebih kecil," kata Dr. McKeown.

Sebaliknya, terlalu banyak makan makanan tinggi gula dan lemak jenuh dalam jangka panjang bisa menggeser titik setel yang sudah ditetapkan. Menurut McKeown, mengubah cara kerja otak membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, sehingga tujuan diet harus dipertimbangkan dalam jangka panjang.

"Dalam jangka panjang kamu dapat mengatur ulang kisaran berat badan yang telah ditetapkan oleh otak dan akan menyebabkan tubuh mempercepat metabolisme dan mengurangi nafsu makan," kata McKeown.

Untuk kesehatan dan kesejahteraan otak, Dirhan merekomendasikan untuk memilih diet whole-food sebanyak mungkin. Itu berarti menjauh dari makanan yang telah diproses atau disuling dan memasukkan lebih banyak makanan rendah kalori (buah, sayur, biji-bijian, ikan, dan unggas).

Berlatih makan dengan kesadaran penuh pasti akan membuat otak bahagia sambil membantu penurunan berat badan.

Psikolog spesialis manajemen berat badan di Arizona, Farrah Hauke, setuju dan menambahkan bahwa kita lebih mungkin untuk makan berlebihan ketika kita terlalu membatasi apa yang akan kita makan.

Selain itu, ketika kita makan makanan yang tinggi lemak dan gula, otak kita akan melepaskan bahan kimia "enak". Khususnya, ketika kita makan junk food, neuron dopamin diaktifkan.

"Kami tidak melihat stimulasi otak yang sama dengan makanan diet seperti brokoli dan dada ayam panggang," kata Hauke.

Kurangnya dopamin yang dipicu oleh diet ketat itu berarti kita juga cenderung menemukan diet yang kuat. Dengan demikian, kata Hauke, kita perlu menemukan cara untuk menghargai diri kita sendiri, merasa puas, dan menghargai distorsi kognitif (pola berpikir negatif yang berkontribusi pada pendekatan diet).

Pada intinya, fokuslah pada kualitas diet, mendengarkan isyarat lapar pada tubuh, dan menambahkan aktivitas fisik. Itulah yang dapat membantumu menurunkan berat badan.

Penulis : Vina Muthi A.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.