Sukses

Curhat Penderita Penyakit Tak Terlihat yang Terabaikan

Meskipun penyakitnya tak terlihat dan gejalanya berbeda tiap orang, orang-orang ini memiliki kesamaan pengalaman, diskriminasi dan salah sangka.

Liputan6.com, Jakarta Invisible illness atau "penyakit tak terlihat" adalah istilah umum untuk berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit mental, diabetes, fibromyalgia, epilepsi, gangguan autoimun, dan banyak lagi. Disebut penyakit tak terlihat karena memang penyakit-penyakit tersebut tak nampak secara fisik oleh orang lain dan biasanya jenis penyakit kronis.

Meskipun penyakitnya tak terlihat dan gejalanya berbeda tiap orang, orang-orang ini memiliki kesamaan pengalaman, diskriminasi dan salah sangka. Berikut ini merupakan curhatan hal-hal yang terjadi pada pasien penyakit tak terlihat, dilansir dari HuffPost.

1. Penyakit tidak terlihat separah yang terlihat

Meskipun tak nampak, penyakit ini juga berdampak serius sebagaimana penyakit yang nampak.

Megan McLaws (22 tahun) seorang manajer media sosial yang menderita penyakit terlihat dan tak terlihat. Ia menceritakan pengalamannya ketika ia mengemukakan penyakitnya yang terlihat, orang akan mengasihani, merasa tertarik dan sangat peduli. Tapi ketika ia menceritakan penyakitnya yang tidak terlihat, orang menganggapnya skeptis, meragukannya dan banyak penilaian buruk lainnya yang ia terima.

2. Kesulitan mendapat transportasi

Tidak seperti penyandang disabilitas, penderita penyakit tak terlihat sebenarnya kesulitan mendapat akomodasi. Karena sebagian besar orang hanya membantu yang terlihat benar-benar sakit. Padahal, meski sangat jarang kambuh, tetap saja penderita penyakit tak terlihat juga membutuhkan akomodasi, minimal tongkat sebagai penopang tubuh misalnya, ketika penyakitnya kambuh.

3. Penyakit tak terlihat membuat penderitanya kesulitan hidup untuk sesaat

Penderita penyakit tak terlihat sering dilabeli 'pemalas', namun kenyataanya hidup dengan penyakit kronis dapat sangat melelahkan. Siapa pula yang ingin memiliki penyakit kronis sepanjang hidupnya.

Kenyataannya, setiap penyakitnya kambuh, para pasien hanya ingin mendapat pengertian dari orang sekitarnya tanpa menilai. Karena beberapa hari tidak kesakitan bukan berarti ia sembuh. Seseorang bisa menutupi kesakitannya dengan riasan wajah, pakaian yang cantik dan pasang senyuman.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

4. Stigma mempersulit mendapat perawatan yang tepat

Penelitian menunjukkan stigma dapat memberikan efek negatif bagi kualitas kesehatan beberapa penderita penyakit kronis. Sebagaimana menurut 144 studi tahun 2015 yang mengemukakan stigma sebagai 5 teratas rintangan mendapatkan perawatan bagi penderita masalah kesehatan mental.

5. Mengecek kondisi penderita akan sangat membantu

Penderita penyakit mental biasanya kesulitan atau malu membuka diri tentang penyakitnya. Dan memiliki seseorang yang perhatian akan kondisinya akan sangat membantunya.

6. Mengajukan saran tanpa diminta sama sekali tidak membantu

Kebanyakan penderita penyakit tak terlihat mempelajari mengatur kondisinya sendiri dari waktu ke waktu, biasanya dengan bantuan spesialis, obat dan dukungan. Jadi, ketika seseorang yang tidak pernah merasakan hal yang sama yang diderita pasien, memberi saran tanpa diminta akan dianggap tidak sopan dan sama sekali tidak membantu mengembalikan kondisi - bahkan terdengar menginfantilisasi (cara membuat seseorang seperti anak-anak).

Ketimbang memberi saran tak diinginkan yang penderitanya sendiri sudah tahu, akan lebih baik jika menanyakan bantuan apa yang dibutuhkannya.

7. Penyakit tak terlihat juga tidak dapat diprediksi

Penderita penyakit tak terlihat ini biasanya menghindari lingkungan yang memicu memburuknya kondisi kesehatan mereka. Namun sering kali penyakitnya tetap kambuh secara tak terduga. Bisa bulan depan, minggu depan, besok atau bahkan detik berikutnya.

8. Penderita penyakit tak terlihat dapat hidup seperti biasa

Penyakit tak terlihat masih bisa dikendalikan dengan bantuan sistem kesehatan, dokter yang terpercaya dan jadwal perawatan yang efektif. Mereka jyga masih bisa berkeluarga, memiliki karir dan sebagainya jika bantuan kesehatan sudah semudah itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.