Sukses

Jagung Bantu Petani Sigi Lanjutkan Hidup Usai Gempa Melanda

Para petani di Sigi mengungkapkan bahwa jagung membantu mereka melanjutkan hidup usai gempa di Sulawesi Tengah

Liputan6.com, Sigi Selama lebih dari seminggu, Krispian (45) harus meninggalkan rumahnya di Desa Kalawara, Kecamatan Gumbasa, Sigi, Sulawesi Tengah. Tempat bernaungnya itu mengalami kerusakan akibat gempa yang melanda wilayah Palu dan sekitarnya.

Gempa juga menyebabkan jaringan irigasi yang mengairi lahan padinya rusak sehingga membuat perekonomian mereka terganggu.

"Waktu gempa itu saya juga trauma, Pak. Saya sempat satu minggu lebih tidak di rumah karena rumah saya retak-retak," kata Krispian pada Health Liputan6.com di Sigi pada hari Jumat pekan lalu, ditulis Senin (27/1/2020).

Ketika kembali ke rumahnya, dia harus memperbaiki semua yang rusak akibat gempa. Mulai dari rumahnya dan lahan padinya. Pemulihan ini membutuhkan waktu hingga tiga bulan.

Rusaknya jaringan irigasi membuat para Krispian dan teman-temannya sesama petani menjadi lebih sulit untuk menanam padi. Mereka pun mencoba menanam jagung.

"Sebelum gempa kami menanam padi, setelah gempa kami berpindah alih ke jagung disebabkan jaringan irigasi semua rusak," kata Krispian. Saat itu, panen mereka hanya mendapat empat sampai lima ton per hektar.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan Emosional para Petani

Krispian dan para petani di desanya beruntung. Mereka mendapatkan bantuan dari PT Bayer Indonesia dan Yayasan Mercy Corps berupa instalasi fasilitas pengairan dan pendampingan teknis agronomi.

Bantuan ini membantu Krispian dan rekan-rekannya untuk mendapatkan hasil panen jagung yang lebih besar hingga 7,9 ton per hektar.

Selain kerusakan jaringan irigasi, Mohan Babu, Direktur Bayer Indonesia mengatakan bahwa gempa yang terjadi membuat perubahan struktur dan tekstur tanah di desa tersebut.

"Apalagi para petani di Sigi ini bertani padi," kata Mohan ditemui dalam kesempatan yang sama. Jagung dipilih karena tanaman tersebut lebih cocok di wilayah yang sedikit air.

Mohan mengatakan, mereka menemukan bahwa tantangan pertama dalam membantu para petani adalah terkait emosional.

"Saat awal gempa terjadi, semua orang hanya bisa menerima bantuan dalam bentuk uang. Namun kami harus bisa memberikan perspektif kepada mereka bahwa bantuan itu dalam bentuk jangka panjang dan berkelanjutan," kata Mohan.

3 dari 3 halaman

Harapan ke Depan

Selain itu, tantangan kedua adalah mengajak dan meyakinkan komunitas petani untuk bertanam jagung serta komoditas lainnya. Di sini, mereka harus diyakinkan bahwa tanaman-tanaman tersebut juga punya nilai ekonomi yang tinggi.

Pekerjaan belum selesai, masih ada harapan yang dibutuhkan oleh para petani. Bupati Sigi Mohammad Irwan berharap agar nantinya juga ada pasar yang bisa digunakan para warga. Hal ini juga terkait dengan keberlanjutan dari program tersebut.

"Harapan saya di sini ada pasar, biar bisa membeli dan menjual alat-alat pertanian dan pupuk yang murah," kata Irwan. Selain itu, pemerintah daerah juga berusaha untuk membentuk koperasi yang bisa menjadi jembatan memperkuat ekonomi warga.

"Itu semua harapan-harapan saya untuk meningkatkan ekonomi petani pasca bencana satu tahun lebih," kata Irwan.

Sementara itu, Krispian berharap agar nantinya selain jagung, lahan mereka tetap bisa ditanami padi kembali.

"Jadi kalau sudah mengalir air, (ditanami) padi lagi. Otomatis jagung (ditanam) ke atas. Yang di atas itu lahan lain, itu lahan kering. Karena kalau sudah mengalir air, lembab sudah," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.