Sukses

Awas, Serangan Jantung Mengintai Saat Perjalanan Panjang Naik Pesawat

Lantas mengapa serangan jantung rentan mengintai saat naik pesawat dengan durasi perjalanan panjang?

Liputan6.com, Jakarta Terkadang kita mendengar kabar seseorang terkena serangan jantung saat berada di dalam pesawat. Seperti halnya beberapa waktu lalu politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu mengalami serangan jantung dalam penerbangan Jakarta - Palangkaraya terkait tugas DPR Komisi I.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A Damay menerangkan, ada penanganan saat penumpang mengalami serangan jantung di pesawat. 

"Sebenarnya, kru pesawat terlatih untuk melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) bila ada henti jantung. Enggak cuma serangan jantung saja sih tapi hal emergensi lain (misal pesawat mendarat darurat)," terang Vito melalui pesan singkatnya kepada Health Liputan6.com, ditulis Kamis (26/12/2019).

CPR merupakan teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk orang-orang yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. CPR membuka jalan pernapasan sehingga orang yang bersangkutan kembali bernapas.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembuluh Darah Tersumbat

Lantas mengapa serangan jantung mengintai saat naik pesawat?

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), perjalanan panjang di dalam pesawat lebih dari empat jam akan meningkatkan pembentukan clot (sumbatan pada pembuluh darah) dua kali lipat. 

Pembentukan clot paling sering terjadi pada pembuluh darah tungkai bawah atau kaki, tulis dokter Valda Garcia dari KlikDokter. Kondisi itu disebut deep vein thrombosis (DVT).

"Istilah ini muncul karena sempitnya ruang kaki di kelas ekonomi pesawat. Akibatnya, mobilitas penumpang terbatas sehingga terjadi hambatan aliran pembuluh darah vena di kaki. Nah, ini terbentuk clot,"  jelas Valda, dikutip KlikDokter.

Ketika terjadi pembentukan clot di pembuluh darah vena, clot punya risiko untuk lepas dan mengalir melalui aliran darah. Akhirnya, menyumbat pembuluh darah jantung hingga terjadi serangan jantung. 

"Sebaiknya, rutin lakukan pergerakan peregangan pada daerah kaki. Tentunya, dapat membantu melancarkan aliran pembuluh darah vena," saran Valda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.