Sukses

Dikira Skizofrenia, Remaja Ini Ternyata Dicakar Kucing

Seorang remaja yang dikira skizofrenia ternyata hanya dicakar kucing. Bagaimana itu bisa membuatnya terkena halusinasi?

Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja 14 tahun dari Midwestern, Amerika Serikat mengalami berbagai gejala psikosis yang muncul dengan cepat. Dia mengalami halusinasi, depresi, hingga pemikiran untuk bunuh diri. Dua psikiater mendiagnosisnya dengan skizofrenia.

Namun, beberapa tahun kemudian, remaja ini mendatangi dokter dan mendapati diagnosis yang berbeda. Bukan skizofrenia yang menimpa dirinya, tetapi gangguan mental akibat dicakar kucing peliharaannya.

Kejadian ini terungkap dalam sebuah lapora di Journal of Nervous System Disease terbaru. Melansir New York Post pada Senin (25/3/2019), remaja itu sudah keluar masuk rumah sakit dan pusat perawatan dari Oktober 2015 hingga Januari 2017. Jurnal itu menyatakan bahwa dia merasa bingung, depresi, dan gelisah.

Bahkan, dia sempat ditempatkan di rumah sakit jiwa selama seminggu. Hal ini diakibatkan karena remaja itu menyatakan bahwa dirinya adalah anak iblis yang jahat dan terkutuk. Dokter segera menggali catatan medis dari anak tersebut.

"Secara historis, sebelum timbulnya gejala kejiwaan, anak ini aktif secara sosial, atletik, dan akademis, sebagaimana dibuktikan dengan partisipasi dalam kompetisi geografi dan sejarah nasional serta aktor utama dalam drama sekolah," tulis para peneliti. Dia bahkan memiliki nilai akademis yang baik.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ternyata, Dicakar Kucing

Namun, petugas medis juga menemukan adanya riwayat depresi, penyalahgunaan alkohol, serta kemungkinan gangguan bipolar dalam sejarah keluarganya.

Setelah didiagnosis terkena skizofrenia pada awal 2016, anak ini mendapatkan berbagai obat psikotropika. Namun, gejala seperti kelelahan, sakit kepala setiap hari, nyeri dada, sesak napas, dan sering buang air kecil menjadi muncul.

Hingga suatu hari, setelah dirawat 11 minggu di RSJ, orangtuanya melihat sebuah bekas luka di sekitar paha dan ketiaknya. Awalnya, mereka mengira itu dikarenakan fluktuasi berat badan. Namun, dokter menyatakan bahwa kemungkinan itu adalah goresan atau cakaran kucing.

Dokter menyatakan bahwa ada kecurigaan bahwa sindrom yang dialami pasien dikarenakan infeksi bakteri Bartonella henselae. Centers for Disease Control and Prevention menyatakan, jenis ini banyak ditemukan dalam darah sekitar sepertiga kucing yang sehat.

Infeksi semacam ini sendiri cukup sering terjadi. Namun, dalam kasus yang umum, mereka akan hilang sendiri. Sementara dalam kejadian serius seperti yang dialami anak tersebut, dibutuhkan perawatan medis untuk mengobatinya.

CDC sendiri menyarankan para pemelihara kucing untuk menghindari cakaran. Selain itu, Anda juga diminta mencuci tangan setelah menyentuh seekor kucing.

Anak ini sendiri dikabarkan sudah sembuh setelah mendapatkan perawatan antibiotik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.