Sukses

Pewarna Makanan Pengaruhi Perilaku Sebagian Anak

Food and Drug Administration (FDA) mengakui pewarna makanan cenderung berhubungan dengan hiperaktif pada anak-anak. Namun tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan hubungan pewarna dengan ADHD pada anak-anak.

Liputan6.com, London: Makanan yang menggunakan pewarna sintetik disebut-sebut menyebabkan hiperaktif. Alhasil, panel Food and Drug Administration (FDA) menggelar rapat. FDA memang mengakui pewarna makanan cenderung berhubungan dengan hiperaktif pada anak-anak. Namun tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan hubungan antara pewarna dengan ADHD pada anak-anak.

Itulah pernyataan dari panel penasihat FDA yang menghabiskan waktu selama dua hari sejak Kamis (31/3) untuk mencari bukti hubungan antara pewarna dan hiperaktif.

Panel tersebut terdiri dari dokter, ilmuwan, dan perwakilan konsumen dan merekomendasikan bahwa lembaga penelitian menghubungkan pewarna makanan dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), tetapi 6-8 suara menyebutkan peringatan tidak diperlukan pada saat ini. Namun dalam paket makanan saat ini hendaknya mencantumkan daftar makanan.

Mereka juga sepakat bahwa diet menghilangkan pewarna makanan tampaknya bekerja untuk beberapa anak-anak dengan masalah perilaku.

Pendukung kesehatan masyarakat dan akademisi mempelajari masalah ini dan setuju bahwa pewarna tidak menjadi penyebab ADHD, namun mereka mengatakan bahwa efek dari zat warna tertentu pada beberapa anak-anak cukup beralasan untuk melarang aditif.

Sebelumnya FDA mengadakan rapat dalam menanggapi sebuah petisi 2008 yang diajukan oleh kelompok advokasi Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum yang melarang Yellow 5, Red 40, dan enam pewarna lainnya [baca:Pewarna Makanan Picu Hiperaktif pada Anak?]

Dr Michael Jacobson, direktur kelompok itu, mengatakan setelah pemungutan suara, ia kecewa bahwa anggota panel mencari bukti ilmiah yang sempurna yang ada hubungannya dengan ADHD pada anak-anak. Tapi dia mengatakan senang FDA mengakui bahwa pewarna makanan dapat mempengaruhi hiperaktivitas pada beberapa anak.

"Ini merupakan perubahan besar dari tahun lalu," katanya. "Setidaknya mendengar ini memberikan pengakuan pada kenyataan ada masalah nyata di sini dan saya berharap banyak orangtua membeli makanan tanpa pewarna".(CBSNews/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.