Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Sejak Kelas 2 SD, 3 Kali Seminggu Noval Disiksa sang Paman

Bermula dari kelahirannya yang tak diharapkan pihak keluarga ibu dan ayah, Noval pun menerima tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

 

Liputan6.com, Depok, Jawa Barat Hingga sekarang, Noval masih trauma mengingat tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialaminya. Nyaris seluruh tubuhnya memar karena sering dipukul habis-habisan oleh sang paman. Bercak biru-hitam khas memar pun cukup lama hilang, bahkan sekitar dua minggu baru hilang dari tubuhnya.

Pemuda berusia 20 tahun ini menuturkan kisah hidupnya yang pilu kepada Health Liputan6.com. Tanpa malu-malu, cerita pun mengalir. Awal mula cerita dimulai saat sang ibu sedang hamil Noval.

Kelahiran Noval sebenarnya tidak direstui pihak keluarga ibu dan ayahnya. Hal inilah yang kemudian membuat Noval menerima KDRT. Ibu dan ayahnya bertemu saat keduanya kuliah. Hubungan asmara terjalin, yang akhirnya membuat ibu hamil Noval. Kehamilan di luar nikah ini membuat ibu dan ayah Noval harus berhenti kuliah. 

"Mereka (Mama dan Papa) harus keluar dari kuliah karena hamil aku. Kejadiannya kira-kira awal tahun 1997. Karena aku lahir bulan November 1997. Sebelum aku lahir, mereka udah nikah," tutur Noval saat berbincang di lokasi tempat tinggalnya di Depok, Jawa Barat.

Keduanya menikah tanpa diketahui pihak keluarga dari ayah. Pernikahan hanya diketahui dari keluarga ibu. Bahkan saat Noval di dalam kandungan, sang ibu disarankan untuk menggugurkan kandungan oleh pihak keluarga ayah. Kehadiran Noval tidak terlalu disambut baik.  

Setelah lahir, Noval tinggal di rumah kakek-nenek (orangtua dari ayah) di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Rupanya sang paman, adiknya ayah tidak menyukai keluarga pihak ibu Noval.

Ia menilai kemungkinan pamannya berpikir, hubungan ibu dengan ayah Noval sudah menghancurkan keharmonisan keluarga besar ayah. 

"Jadi, dia (paman) juga enggak suka banget sama aku. Mama pernah cerita, pas aku lahir, Paman malah hampir mau melempar batu ke arah aku. Kayaknya pengen matiin aku (mencelakakan)," cerita pemuda, yang punya dua adik ini.

Akibat kehamilan yang tak direstui keluarga masing-masing, orangtua Noval sempat kabur dari rumah. Tak beberapa lama, pulang lagi ke rumah.

Beberapa hari setelah lahir, Noval, yang masih bayi diboyong ke rumah kakek-nenek di Cengkareng, Jakarta. Momen itulah pertama kaliny Noval mengalami KDRT . Dia hampir dilempar batu pamannya. 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dipukul dan dibekap

Jika biasanya rumah menjadi tempat berlindung nyaman dan menenangkan, lain halnya dengan Noval. Tinggal di rumah kakek-nenek justru membuat tubuhnya penuh memar. Sang paman, yang juga tinggal di rumah tersebut memukuli Noval secara tiba-tiba. Kejadian ini dimulai sejak Noval kira-kira duduk di kelas 2 SD.

"Sebelumnya, (sebelum kelas 2 SD) aku enggak inget, apakah pernah dipukul atau enggak. Tapi pas kelas 2 SD itu yang paling aku ingat. Dia awalnya memukul biasa. Yah, nampar gitu," Noval sambil mengenang.

Tiap kali melakukan pemukulan terhadap Noval, kerap tidak ada orang di rumah. Rumah dalam keadaan kosong. Di rumah, lebih sering hanya Noval dan adiknya yang biasa pulang dari sekolah.

Menurut Noval, pamannya selalu melampiaskan emosi kepadanya. Kebencian terhadap Noval berujung tindak KDRT.

"Pas aku kelas 3 SD, dia tiba-tiba datang ke kamar aku. Lagi enggak ada orang di rumah. Cuma ada pembantu aja. Dia buka pintu kamar, lalu membekap aku. Sambil maki-maki, kalau dia ingin aku meninggal. Ini udah kayak percobaan pembunuhan. Aku teriak-teriak, minta tolong gitu," jelas Noval dengan wajah sedih.

Teriakan Noval didengar asisten rumah tangga (ART). Ia pun datang, lalu mencoba menghentikan tindakan paman Noval, yang membekap. ART memukul paman memakai suatu benda.

Paman melepaskan bekapannya. Lantas ia hanya tertawa saat keluar dari kamar. Rasa haru menyelimuti Noval dan ART. Keduanya berpelukan sambil menangis.

Sang paman tidak hanya memukul Noval saat rumah dalam keadaan kosong. Ia pernah memukul Noval di depan keluarga besar. 

"Pernah suatu hari, kami ke rumah nenek. Nenek kan punya rumah di Sukabumi. Tiap bulan kami ke sana. Tiba-tiba aku dipukul di depan keluarga besar. Waktu itu, pernah ditegur sama kakak ayah. Tapi ya apa gitu alasannya, dia tetap lolos (tak merasa bersalah)," Noval melanjutkan.

3 dari 3 halaman

Tak seorang pun percaya

Kejadian pembekapan pun disampaikan kepada kakek-nenek. Mereka tidak percaya. Bahkan setelah ditendang dan dipukuli paman, Noval juga sudah bilang ke ayahnya. Ayahnya pun hanya bilang untuk sabar. Tanpa melakukan apapun untuk mencegah hal itu terjadi lagi.

"Papa itu awalnya enggak kerja. Kerja baru sekarang ini aja. Dia kayak dimanja sama kakek-nenek aku. Ya, kakek-nenek percaya juga sama Papa. Tinggal di rumah pun semua kebutuhan udah dibayarin sama kakek-nenek," kata Noval. 

Di rumah, tidak ada yang percaya, kalau Noval diperlakukan buruk oleh pamannya. Inilah yang membuat Noval tidak nyaman di rumah. Tidak tahan dengan perlakuan pamannya, Noval pernah bilang, ke guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah saat SMP.

Ia melakukan hal tersebut karena tidak tahu harus berbicara ke siapa lagi. Noval  ketakutan tiap pulang ke rumah. Segala perlakuan pamannya, yang memukul dirinya, ia sampaikan ke guru BK. Sayangnya, guru BK tidak merespons baik, apa yang dialami Noval.

"Guru BK cuma bilang, 'Coba kamu introspeksi diri. Mungkin kamu yang salah.' Padahal, badan aku udah biru-biru (memar)," pilu Noval, yang kini tinggal di Depok, Jawa Barat.

Ia pernah menceritakan ke teman-teman SMP. Mereka hanya tertawa. Banyak dari mereka yang tidak percaya. Noval pun harus berjuang sendiri menghadapi perlakuan buruk pamannya. Dari SD-SMP, ia mungkin 2-3 kali seminggu dipukul pamannya.

Kini, Noval sudah hidup sendiri sejak satu setengah tahun lalu. Orangtuanya akhirnya cerai sejak dirinya kelas 5 SD.

Ia tidak lagi tinggal di rumah kakek-nenek juga pamannya. Ia mengaku lega karena sekarang tidak lagi bertemu pamannya dan tidak menerima pukulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.