Sukses

Korban Tewas Serangan Israel di Gaza 28.858 Orang, 130 Jurnalis Juga Meninggal

Serangan Israel ke Gaza dilaporkan telah melukai 68.677 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Liputan6.com, Gaza - Setidaknya 83 warga Palestina tewas dan 125 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang terkepung, sehingga menambah jumlah korban tewas sejak 7 Oktober menjadi 28.858 orang, kata Kementerian Kesehatan wilayah tersebut pada hari Sabtu (17/2/2024) seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA).

Serangan Israel juga telah melukai 68.677 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

"Pendudukan Israel selama 24 jam terakhir melakukan sembilan pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 83 orang syahid dan 125 orang terluka,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambah pernyataan itu.

Sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel telah membunuh 12.660 anak-anak dan 8.570 wanita dalam serangannya di Jalur Gaza, menurut Gaza Government Media office (kantor Media Pemerintah Gaza).

Setidaknya 7.000 orang, 70% di antaranya perempuan dan anak-anak, masih tertimbun reruntuhan atau hilang di Gaza, kantor media menambahkan.

Pemboman tentara Israel telah menghancurkan 70.000 rumah sepenuhnya, sementara 290.000 rumah rusak dan kini tidak dapat dihuni, kata pernyataan Gaza Government Media office.

Sementara setidaknya 340 petugas layanan kesehatan dan 46 petugas pertahanan sipil tewas dalam serangan Israel yang menargetkan sektor layanan kesehatan, tambah pernyataan dari Gaza Government Media office.

Sekitar 130 jurnalis juga tewas akibat serangan Israel di daerah kantong tersebut.

Perang Israel Vs Hamas di Gaza telah menyebabkan 85% penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Adapun Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.​

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Serangan Israel ke RS Nasser di Gaza Selatan Picu 5 Pasien Meninggal Karena Kehabisan Oksigen

Sebelumnya, lima pasien dalam perawatan intensif meninggal setelah kehabisan oksigen di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, yang diserbu pasukan Israel. Demikian disampaikan otoritas kesehatan Jalur Gaza, Jumat (16/2/2024)

Militer Israel meyakini sisa sandera yang masih ditawan Hamas berada di kompleks rumah sakit tersebut.

Israel mengatakan pada Jumat mereka telah menahan 20 orang di Rumah Sakit Nasser, termasuk beberapa yang diduga terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Pada Jumat pula, seorang penyerang melepaskan tembakan ke halte bus di persimpangan yang sibuk di Israel selatan, menewaskan dua orang dan melukai empat orang sebelum ditembak mati oleh seorang warga. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Jumat malam, pasukan keamanan Israel dilaporkan tiba di rumah seorang pria Palestina di Yerusalem yang sebelumnya diidentifikasi di media sosial sebagai orang yang terkait dengan serangan itu.

Sementara itu, dua serangan udara Israel di Rafah dilaporkan menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk sembilan anggota keluarga yang sama.

3 dari 4 halaman

Nasib Gencatan Senjata

Sementara itu, perundingan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza diduga mandek dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat menolak keras visi AS setelah perang – khususnya seruannya untuk pembentukan negara Palestina. Setelah berbicara dengan Presiden Joe Biden, Netanyahu menulis di platform X alias Twitter bahwa Israel tidak akan menerima perintah internasional mengenai penyelesaian permanen dengan Palestina.

Dia mengatakan bahwa jika negara-negara lain secara sepihak mengakui negara Palestina, hal itu akan memberikan hadiah bagi terorisme. Sikap Netanyahu tidak terlalu mengagetkan mengingat dia berulang kali menolak pembentukan negara Palestina.

Netanyahu pun berjanji melanjutkan serangan di Jalur Gaza dan memperluasnya ke Rafah, kota yang menjadi perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir, sampai Hamas dihancurkan dan sandera yang tersisa dibebaskan. Dalam panggilan telepon mereka, Gedung Putih mengklaim, Biden kembali memperingatkan Netanyahu agar tidak melanjutkan operasi militer di Rafah sebelum menghasilkan rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk menjamin keselamatan warga sipil Palestina.

Dengan perang yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, risiko konflik yang lebih luas meningkat ketika Israel dan kelompok militan Hizbullah di Lebanon terlibat baku tembak paling mematikan di sepanjang perbatasan sejak dimulainya perang Hamas Vs Israel.

4 dari 4 halaman

Israel Keluhkan Pernyataan Vatikan soal Perang di Jalur Gaza

Sementara itu, Israel secara resmi menyampaikan keluhannya setelah seorang pejabat senior Vatikan berbicara tentang pembantaian di Jalur Gaza dan apa yang dia sebut sebagai operasi militer Israel yang tidak proporsional pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Kedutaan Besar (Kedubes) Israel untuk Takhta Suci Vatikan menyebut komentar Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin sangat disesalkan. Dalam pernyataan pada Rabu (14/2/2023), Kedubes Israel mengatakan Parolin tidak mempertimbangkan apa yang mereka sebut sebagai fakta relevan dalam menilai legitimasi tindakan Israel di Jalur Gaza.

Berbicara pada Selasa (13/2) di sebuah resepsi, Parolin mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan segala bentuk antisemitisme. Namun, dia mempertanyakan klaim Israel yang membela diri dengan melakukan pembantaian di Jalur Gaza.

Berbicara pada Selasa (13/2) di sebuah resepsi, Parolin mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan segala bentuk antisemitisme. Namun, dia mempertanyakan klaim Israel yang membela diri dengan melakukan pembantaian di Jalur Gaza.

"Hak Israel untuk membela diri telah digunakan untuk membenarkan bahwa operasi ini proporsional, namun dengan 30.000 orang tewas, tidak demikian," kata Parolin, seperti dilansir AP, Sabtu (17/2).

Israel sebelumnya keberatan dengan posisi Vatikan mengenai perang di Jalur Gaza, termasuk ketika Paus Fransiskus berbicara tentang terorisme tanpa merujuk langsung pada Hamas.

Paus Fransiskus sendiri dinilai mencoba bersikap lebih seimbang dalam pernyataannya. Baru-baru ini, dia menulis surat kepada orang-orang Yahudi di mana dia menegaskan kembali hubungan khusus antara umat Kristen dan Yahudi.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.