Sukses

Anwar Ibrahim Sindir Mahathir: "Bagi Dia Orang Melayu Pemalas, Kecuali Dia"

Ucapan Mahathir yang terkesan rasis mendapatkan respons pedas dari PM Malaysia Anwar Ibrahim.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memberikan komentar pedas terhadap Mahathir Mohamad karena pernyataannya yang bernuansa rasis. Beberapa waktu lalu, Mahathir memberikan sindiran kepada minoritas di Malaysia yang dianggap lebih setia ke "negara asal" mereka. 

Mahathir pun mendapat serangan balik dari Anwar Ibrahim karena Mahathir dinilai berprasangka, padahal ia sendiri punya rekan politik dari etnis minoritas. 

"Melayu bagi dia (Mahathir) malas, kecuali dia. India dan China dianggap kurang setia kecuali beberapa kroni dia," ujar PM Malaysia Anwar Ibrahim ketika ditanya media Malaysia.

Anwar Ibrahim juga berkata ia membantah keras ucapan Mahathir yang tidak bertanggung jawab tersebut. Selain itu, Anwar berkata ucapan Mahathir hanya upaya pengalihan isu dari misi pemerintahan Malaysia untuk melawan korupsi dan sebagainya.

Menurut laporan malaymail,dua etnis yang dimaksud Mahathir adalah etnis China dan India yang berada di Malaysia. 

Apabila melihat formasi kabinet Mahathir sebelum ia lengser pada 2020, politisi senior itu memang mengangkat sejumlah politisi dengan etnis China dan India.

Beberapa di antaranya yakni Anthony Loke Siew Fook (Menteri Transportasi), Dr. Xavier Jayakumar Aruanandam (Menteri Air, Lahan, dan Sumber Daya Alam), Yeo Bee Yin (Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim), hingga Teresa Kok Suh Sim (Menteri Industri Primer).

Ada pula Liew Chin Tong, Teo Nie Ching, Chong Chieng Jen, hingga Ong Kian Ming yang merupakan wakil-wakil menteri di kabinet Mahathir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mantan PM Malaysia Najib Razak Desak Netflix Hapus Film Dokumenter Man on the Run, Dianggap Menghina

Sebelumnya dilaporkan, Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak melalui pengacaranya menyerukan penghapusan film dokumenter Netflix tentang skandal penipuan bernilai miliaran dolar yang terjadi di bawah pemerintahannya. Alasannya, mengutip The Guardian, Kamis (11/1/2024), diketahui karena merasa dipermalukan.

Laporan The Straits Times menyebut mantan anggota parlemen Pekan ini juga berupaya menghapus acara berdurasi 98 menit yang saat ini ditayangkan di Netflix karena kontennya yang "sub yudisial dan menghina".

Penasihat utamanya, Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah, mengajukan pengaduan tentang pertunjukan film dokumenter Man on the Run di Pengadilan Tinggi sebelum persidangan 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dapat dilanjutkan pada 8 Januari.

Acara tersebut, yang pertama kali diputar di bioskop-bioskop di Singapura dan dirilis di Netflix pada tanggal 5 Januari, menampilkan wawancara dengan politikus dan tokoh seperti Thomas dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim.

Film ini juga menampilkan wawancara antara lain dengan mantan anggota parlemen Damansara Tony Pua dan pelapor Xavier Andre Justo.

Najib juga diwawancarai untuk film dokumenter tersebut sebelum penahanannya.

Pada konferensi pers, Muhammad Shafee menyatakan bahwa apa yang dikatakan Najib dalam program tersebut "100 persen benar. Saya mengamati (wawancara) dan apa yang dia katakan itu benar," kata pengacara itu.

 

3 dari 4 halaman

Dianggap Tak Masuk Akal

Muhammad Shafee mengatakan dia memberi tahu pengadilan tentang film dokumenter tersebut sehingga penuntut dapat membawa masalah tersebut ke Jaksa Agung.

"Mereka (Kamar Kejaksaan Agung) bisa membawa ini ke MCMC," ujarnya.

Ketika ditanya apakah Najib pernah menonton film dokumenter tersebut, Muhammad Shafee berkata: "Dia berada di penjara. Bagaimana dia bisa menontonnya? Dia tidak memiliki hak istimewa itu."

Sementara menurut laporan The Guardian, Muhammad Shafee mengatakan kepada pengadilan tinggi Kuala Lumpur bahwa film dokumenter tersebut merugikan kasus 1MDB, dan menggambarkannya sebagai "sangat tidak masuk akal dan menghina."

Muhammad Shafee Abdullah, penasihat utama Najib, yang menjalani hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan korupsi, mengatakan Man on the Run adalah tindakan yang "tidak bijaksana dan menghina", menurut laporan media lokal.

Dia meminta wakil jaksa penuntut umum, Ahmad Akram Gharib, untuk menonton film dokumenter tersebut dan mendiskusikannya dengan pejabat lain agar film tersebut dapat dihapus, dan menambahkan bahwa jaksa agung "terikat oleh tugas untuk mengambil tindakan", menurut situs berita Malaysiakini.

4 dari 4 halaman

Moon on the Run

Najib juga dikabarkan ingin mengajukan gugatan penghinaan terhadap pengadilan dan pencemaran nama baik terhadap mantan jaksa agung Malaysia Tommy Thomas dan jurnalis Inggris Clare Rewcastle Brown atas komentar mereka dalam film dokumenter tersebut. Rewcastle Brown berada di garis depan dalam mengungkap skandal tersebut.

Sejauh ini pihak Netflix kabarnya belum menanggapi permintaan komentar.​

Mengutip The Guardian, film dokumenter Man on the Run, yang dirilis di Netflix pada Januari 2024, menceritakan kisah dana negara 1MDB, yang dibentuk untuk mendorong pembangunan namun terjebak dalam salah satu penipuan keuangan terbesar di dunia.

Diceritakan bahwa Departemen Kehakiman AS menuduh miliaran dolar telah diselewengkan dari dana tersebut oleh individu dan perusahaan, yang digunakan untuk membeli hotel, kapal pesiar mewah, karya seni dan perhiasan, serta untuk membiayai film-film Hollywood.

Judul film dokumenter tersebut mengacu pada pengusaha Malaysia-Tiongkok Low Taek Jho, yang dikenal sebagai Jho Low, yang dituduh mendalangi penipuan tersebut dan tidak diketahui keberadaannya. Di mana Jho Low membantah melakukan kesalahan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.