Sukses

Anggota Parlemen Selandia Baru Resign Akibat Tudingan Mengutil Tas di Toko Ternama

Golriz Ghahraman, anggota parlemen Partai Hijau Selandia Baru mengundurkan diri jabatannya setelah tuduhan mengutil dari dua toko pakaian kelas atas.

Liputan6.com, Wellington - Golriz Ghahraman, anggota parlemen Partai Hijau Selandia Baru dan juru bicara kehakiman, resign atau mengundurkan diri jabatannya. Ia mengatakan "bertanggung jawab penuh" atas tindakannya, menyusul tuduhan mengutil dari dua toko pakaian kelas atas.

Dalam komentar publik pertamanya sejak tuduhan tersebut muncul, Golriz Ghahraman berkata: "Jelas bagi saya bahwa kesehatan mental saya sangat terpengaruh oleh tekanan yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Hal ini membuat saya bertindak dengan cara yang benar-benar di luar karakter. Saya tidak mencoba memaafkan tindakan saya, namun saya ingin menjelaskannya.

"Masyarakat seharusnya mengharapkan standar perilaku tertinggi dari wakil-wakil mereka yang terpilih. Saya gagal. Saya minta maaf," katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Ghahraman mengatakan dia sekarang akan fokus pada pemulihannya dan "menemukan cara lain untuk melakukan perubahan positif di dunia".

Tuduhan tersebut pertama kali diterbitkan pada 10 Januari oleh Newstalk ZB Plus, yang melaporkan bahwa Ghahraman dituduh mengutil selama musim perayaan dari Scotties Boutique, sebuah toko yang mengkhususkan diri pada merek-merek mewah di Ponsonby, pinggiran Kota Auckland.

Polisi mengkonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki tuduhan tersebut tetapi tidak dapat mengkonfirmasi identitas individu.

Ghahraman mengatakan dalam pernyataannya pada Selasa (16/1/2024), bahwa dia memahami kondisinya yang tidak sehat, setelah menjalani evaluasi medis dan berdiskusi dengan ahli kesehatan mental.

"Perilaku saya baru-baru ini konsisten dengan kejadian baru-baru ini yang menimbulkan respons stres ekstrem, dan berkaitan dengan trauma yang sebelumnya tidak saya sadari," katanya. "Dengan mengingat hal itu, saya tidak ingin bersembunyi di balik masalah kesehatan mental saya, dan saya bertanggung jawab penuh atas tindakan saya yang sangat saya sesali."

Ghahraman berterima kasih kepada Scotties Boutique "atas kebaikan dan empati" yang telah ditunjukkannya selama ini. Dia menambahkan bahwa dirinya bangga dengan apa yang telah dia capai di parlemen, termasuk kerja advokasinya mengenai hak asasi manusia dan urusan luar negeri, dan kampanye seputar undang-undang pemilu yang mengatur donasi dan pemungutan suara di luar negeri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Klaim CCTV Rekam Ghahraman Ambil Handbag di Butik

Laporan BBC menyebut pengunduran diri Golriz Ghahraman pada hari Selasa terjadi setelah rekaman CCTV menunjukkan dia diduga mengambil handbag atau tas tangan desainer dari butik di Auckland.

Ghahraman, perempuan berusia 42 tahun, yang belum didakwa melakukan kejahatan apa pun, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakannya "tidak memenuhi" standar perilaku tinggi yang diharapkan masyarakat dari wakil-wakil terpilih.

Baru-baru ini, dia dikritik karena ikut serta dalam protes pro-Palestina dan kritis terhadap tindakan militer Israel dalam perang melawan Hamas di Gaza dalam perannya sebagai juru bicara urusan luar negeri dan hak asasi manusia Partai Hijau.

Rekan ketua Partai Hijau, Marama Davidson, mengatakan bahwa memang benar bahwa Ghahraman telah mengundurkan diri, namun jelas bahwa dia berada dalam kesulitan dan akan terus menerima dukungan mereka.

"Kami telah melihat perbincangan selama beberapa tahun terakhir, terutama mengenai perlakuan khusus terhadap perempuan yang memiliki profil publik, dan sebagai tambahan, perlakuan khusus terhadap perempuan kulit berwarna yang memiliki profil publik," kata Davidson.​

3 dari 4 halaman

Sosok Berprestasi di Dunia Politik

Juga pada hari Selasa (16/1), ketua Partai Hijau Marama Davidson dan James Shaw mengatakan Ghahraman telah menjadi suara utama di parlemen untuk hak asasi manusia, kebijakan luar negeri yang independen, dan reformasi pemilu.

"Prestasi politiknya signifikan," kata mereka. "Ibu Ghahraman telah bekerja tanpa kenal lelah demi komunitasnya. Tidak ada yang mengurangi upayanya dan kami tahu dia akan terus mendukung komunitas tersebut di masa depan."

Shaw mencatat bahwa sejak Ghahraman memasuki parlemen, dia telah menjadi sasaran pelecehan dari masyarakat, termasuk ancaman kekerasan seksual dan fisik serta ancaman pembunuhan – lebih dari yang dialami banyak anggota parlemen lainnya.

Pada tahun 2019, Ghahraman ditugaskan dengan pengawal keamanan menyusul serangkaian ancaman pembunuhan. "Jika Anda hidup dengan tingkat ancaman seperti itu, dalam situasi yang sudah cukup menegangkan, maka akan ada konsekuensinya," kata Shaw.

Perempuan yang menduduki jabatan publik – khususnya perempuan kulit berwarna – sedang berjuang melawan gelombang pelecehan misoginis, mulai dari pemerkosaan dan ancaman pembunuhan, hingga komentar yang merendahkan penampilan dan mempertanyakan kualifikasi mereka.

Namun para pemimpin Partai Hijau mengatakan para anggota parlemen diharapkan menjaga standar perilaku publik yang tinggi dan mereka mendukung keputusannya untuk mengundurkan diri. "Jelas bagi kami bahwa Ghahraman berada dalam kondisi yang sangat tertekan. Dia telah bertanggungjawab dan meminta maaf.

"Kami sangat menyesal melihat Nona Ghahraman pergi dalam keadaan seperti ini dan kami mendoakan yang terbaik untuknya di masa depan," kata mereka.

4 dari 4 halaman

Pengungsi Pertama yang Terpilih Jadi Anggota Parlemen

Golriz Ghahraman melarikan diri dari Iran saat masih kecil bersama keluarganya, yang semuanya diberikan suaka politik di Selandia Baru.​

Pada tahun 2017, Ghahraman membuat sejarah dengan menjadi pengungsi pertama yang terpilih menjadi anggota parlemen di Selandia Baru, setelah mencari suaka dari Iran setelah perang Iran-Irak.

Pengacara hak asasi manusia ini antara lain menjabat sebagai juru bicara Partai Hijau untuk bidang keadilan, perdagangan, dan urusan luar negeri.

Sebelum terjun ke dunia politik, Ghahraman bekerja sebagai pengacara kriminal dan hak asasi manusia, termasuk di pengadilan PBB di Rwanda, Kamboja, dan Den Haag.

Pada tahun 2020, Ghahraman mengungkapkan bahwa dia menderita multiple sclerosis, setelah didiagnosis menderita kondisi tersebut saat menjadi anggota parlemen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.