Sukses

Selandia Baru Perketat Aturan Visa Kerja, Terapkan Standar Minimal Kemampuan Bahasa Inggris

Selandia Baru ingin melindungi warganya dari persaingan ketenagakerjaan dengan memperketat aturan visa kerja yang berlaku mulai Minggu, 7 April 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Selandia Baru menyatakan telah memperketat aturan visanya dengan memperkenalkan standar minimum kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan. Mereka juga memperpendek jangka waktu izin kerja sebagai respons terhadap 'migrasi yang tidak berkelanjutan'.

Perubahan pada skema Accredited Employer Worker Visa (AEWV), semacam visa kerja, mulai berlaku pada Minggu, 7 April 2024. Menteri Imigrasi Selandia Baru Erica Stanford menyatakan negaranya 'sedang menguji pasar tenaga lokal dengan lebih baik dan mengurangi risiko hilangnya pekerjaan bagi warga Selandia Baru'.

Pada 2023, 173.000 warga negara non-Selandia Baru bermigrasi ke negara tersebut, kata pernyataan itu. Meski mereka kekurangan tenaga terampil di berbagai bidang, seperti pendidikan, Stanford mengatakan bahwa pada saat yang sama, pemerintah perlu memastikan bahwa warga Selandia Baru 'berada di garis depan untuk mendapatkan pekerjaan di bidang yang tidak kekurangan tenaga terampil'.

Perubahan pada skema AEWV termasuk memperkenalkan standar minimum bahasa Inggris, persyaratan keterampilan minimum baru dalam bentuk pengalaman kerja atau kualifikasi, dan memperpendek masa tinggal maksimum berkelanjutan di AEWV menjadi tiga tahun. Perekrut diminta memastikan bahwa para migran memenuhi persyaratan tersebut sebelum mempekerjakan mereka.

Para pemberi kerja juga akan diminta untuk membuat pernyataan bahwa tidak ada 'warga Selandia Baru yang cocok dan tersedia' yang melamar pekerjaan itu sebelum ditawarkan kepada seorang migran. Mereka juga harus mengiklankan lowongan pekerjaan setidaknya selama 21 hari dan menyatakan 'mengapa warga Selandia Baru yang melamar tidak dipekerjakan', menurut Kementerian Bisnis, Inovasi, dan Ketenagakerjaan Selandia Baru.

Beberapa peran di sektor transportasi dan perawatan akan dikecualikan dari persyaratan ini, menurut situs web Kementerian Bisnis, Inovasi, dan Ketenagakerjaan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rencana Kunjungan Raja Charles III

Sementara itu, Raja Charles III dilaporkan akan tetap melakukan perjalanan ke sejumlah negara Persemakmuran meski masih menjalankan pengobatan kanker yang dialaminya. Salah satu sumber Kerajaan Inggris menyebut bahwa raja berusia 75 tahun itu "bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya".

Dilansir Mirror, Minggu, 7 April 2024, Raja Charles III dan Ratu Camilla dijadwalkan akan mengunjungi Australia, Selandia Baru dan Samoa pada Oktober 2024. Lawatan itu akan memakan perjalanan udara selama 21 jam.

Sumber kerajaan juga menyebut bahwa dokter dan raja optimistis mengenai perjalanan tersebut, setelah ayah dari Pangeran William dan Pangeran Harry itu berhasil muncul saat Minggu Paskah tanpa hambatan. "Raja sangat ingin melakukan perjalanan setelah cuti panjang usai didiagnosis kanker," kata sumber tersebut.

"Meski dokter mengawasi kesehatannya, dia sangat ingin mengambil kendali dan kembali ke tugas publiknya. Dia sangat gembira dengan kemajuan yang dialaminya dan perjalanan ke Australia, Selandia Baru dan Samoa," lanjut sumber tersebut, dikutip dari kanal Global Liputan6.com.

3 dari 4 halaman

Perjalanan Kenegaraan Luar Negeri ke-3

Perjalanan ke ketiga negara tersebut akan menjadi tugas besar raja dan ratu selama menjabat, sejak keduanya menggantikan mendiang ibunya Ratu Elizabeth II. Ratu Elizabeth adalah satu-satunya pejabat negara yang menginjakkan kaki di Australia, berkunjung sebanyak 16 kali selama masa pemerintahannya.

Sementara itu, kunjungan terakhir Charles dan Camilla ke Australia adalah pada 2018. Ia pertama kali mengunjungi negara tersebut setelah menikah dengan Putri Diana dan memiliki Pangeran William pada 1983.

Berita bahwa Raja Charles III menderita sejenis kanker telah memicu banyak pertanyaan bagaimana jika hal terburuk terjadi padanya. Salah satu skenario yang muncul adalah raja yang sedang sakit memutuskan untuk turun takhta dan menjaga kesehatannya, dan dengan segera menyoroti putra sulungnya dan pewaris takhta pertama, Pangeran William.

Proses itu akan semakin cepat jika Raja Charles III meninggal, sehingga membawa pemerintahan Raja William V, kecuali dia memilih nama lain. Di sisi lain muncul pertanyaan soal nasib Camilla, apakah ia akan tetap menjadi ratu Inggris?

Jawabannya berbeda-beda, menurut para ahli kerajaan.

4 dari 4 halaman

Nasib Ratu Camilla

Situs USA Today yang dikutip Senin, 19 Februari 2024, menggambarkan kenyataan rumit bahwa meskipun Raja Charles III pasti akan mengutarakan keinginannya untuk istrinya dengan sangat rinci. Raja yang berkuasa, dalam hal ini William, pada akhirnya mengontrol seberapa besar atau kecil peran Camilla di tahun-tahun berikutnya.

Terlebih lagi, setelah William naik takhta, istrinya, Putri Kate, akan menjadi ratu. Sebagai ibu dari Pangeran George --calon raja selanjutnya, Kate berpengaruh besar, baik dalam kedudukan kerajaan maupun kasih sayang publik.

Namun, hal itu tidak berarti Ratu Camilla akan cepat dilupakan. Terlepas dari skandal yang dibuat untuk TV sebelum pernikahannya dengan Charles, Camilla, yang bisa dibilang cinta pertama Charles, juga mendapat dukungan banyak warga Inggris ketika dia dinobatkan bersama suaminya pada Mei 2023 lalu dalam upacara penobatan yang rumit di Westminster Abbey.

"Permaisuri Camilla akan tetap mempertahankan gelar tersebut, sama seperti Ibu Suri (mendiang ibunda Ratu Elizabeth II) yang mempertahankan gelar tersebut hingga ia meninggal pada usia 101 tahun," kata Joe Little, redaktur pelaksana majalah "Majesty".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.