Sukses

Dikira Senjata Api Padahal Mainan, Remaja 13 Tahun Dikepung Polisi London

Seorang remaja laki-laki dikepung oleh sekumpulan petugas polisi bersenjata karena diduga memiliki senjata api padahal mainan. Aksi polisi tersebut dinilai berlebihan dan tuai kritik.

Liputan6.com, London - Sebuah insiden salah paham terjadi di Hackney, London timur, ketika seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dikepung oleh sekumpulan petugas polisi bersenjata. Kejadian ini berawal dari salah paham petugas yang menduga bahwa pistol air yang dimiliki anak tersebut merupakan senjata asli.

Aliansi untuk Akuntabilitas Polisi (APA) mengungkapkan bahwa anak laki-laki tersebut -- dengan inisial X -- ditabrak sepedanya oleh mobil polisi dan diborgol.

APA menegaskan bahwa pistol yang dimiliki anak itu sebenarnya adalah mainan. Lantas, aksi polisi menuai kritik tajam.

Menurut laporan, X sedang terlibat dalam 'pertarungan air' dengan saudaranya pada tanggal 19 Juli 2023.

Kala itu, petugas polisi tengah melakukan patrol melaporkan potensi insiden senjata api. 

Meskipun senjata tersebut berwarna-warni seperti biru dan putih, serta merah muda dan putih, anggota patroli dari Kepolisian Metropolitan London tetap memaksa untuk memeriksa. 

Menurut laporan APA, para polisi menangkap X karena dicurigai memiliki senjata api.

Perlakuan terhadap X dikecam oleh APA sebagai aksi yang "mengerikan." Mereka menggambarkan bagaimana perlakuan petugas kepada anak tersebut.

"Perlakuan terhadap X dan kejadian tersebut sungguh mengerikan," katanya dalam sebuah pernyataan dilansir BBC, Minggu (22/10/2023)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perlakuan Petugas Polisi

"Di tempat kejadian, anak tersebut dikelilingi oleh petugas polisi bersenjata yang menodongkan senjata api ke arahnya."

Tak hanya informasi bagaimana perlakuan petugas kepada X, selanjutnya juga dijelaskan perlakuan mereka terhadap ibu dari anak tersebut.

APA mengatakan, ibu anak laki-laki tersebut "diperlakukan dengan hina oleh petugas" ketika dia datang dan menantang para polisi.

Setelah kejadian salah paham ini terungkap, X dikabarkan telah dibebaskan di tempat kejadian.

Det Ch Supt James Conway dari Polisi Metropolitan mengatakan, dia telah meminta maaf atas "trauma" yang ditimbulkan pada bocah itu.

Investigasi internal yang dilakukan oleh Polsek Metropolitan menyatakan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh petugas terkait, tetapi keluhan lebih lanjut yang menuduh bias rasial masih dalam penyelidikan oleh Departemen Standar Kepolisian. 

3 dari 4 halaman

Polisi Klaim Tindakannya Sudah Sesuai Aturan

Det Ch Supt James Conway dari Polisi Metropolitan telah meminta maaf kepada keluarga X.

Conway menjelaskan bahwa petugas harus memperlakukan semua senjata api sebagai senjata asli hingga terbukti sebaliknya, sesuai dengan pedoman dari College of Policing.

"Kami tahu hal ini mungkin menimbulkan kekhawatiran masyarakat dan kami ingin membantu masyarakat memahami mengapa kami merespons dengan cara yang kami lakukan," katanya.

Selanjutnya Conway menambahkan, "Hal ini sama sekali tidak mengurangi pengakuan kami atas trauma yang dialami anak tersebut, dan saya segera meminta maaf kepada keluarganya."

Keluarga Anak X dijadwalkan untuk membuat pernyataan keesokan harinya setelah melihat video kejadian dan bertemu dengan Conway. 

Sementara itu, Kepolisian Kota London menegaskan bahwa mereka mendukung Polisi Metropolitan dalam menangani insiden tersebut dan menyebut tindakan Polisi Metropolitan sebagai praktik yang umum.

4 dari 4 halaman

Geger Dikira Pembunuhan Massal Padahal Lagi Meditasi Yoga, Polisi Inggris Sampai Datang

Kasus salah kira lain juga pernah terjadi di Inggris. Kasus salah kira ini terjadi di Chapel St. Leonards, Inggris. Polisi dipanggil untuk memeriksa sebuah ruang komunitas ketika "dog walkers" atau para penuntun anjing setempat melaporkan terdapat ritual pembunuhan massal yang ternyata adalah latihan meditasi kelompok kelas yoga.

 The Seascape Cafe di North Sea Observatory memberikan penjelasan kejadian tersebut melalui sebuah unggahan Facebook. Mereka menuturkan bahwa sekitar pukul 21.30 malam, sirene polisi menggema di Chapel St. Leonards setelah laporan tentang 'pembunuhan massal' di gedung mereka.

Beberapa orang dilaporkan tergeletak di lantai. Namun, apa yang sebenarnya terjadi adalah kelas yoga yang tengah mendalami meditasi.

"Masyarakat umum yang terhormat, harap diingat bahwa North Sea Observatory memiliki banyak kelas yoga yang diselenggarakan di malam hari. Kami bukan bagian dari sekte gila atau klub gila mana pun," penjelasan lanjutan dari unggahan tersebut.

Baca selengkapnya klik disini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini