Sukses

Gelombang Panas Landa AS: Lembah Kematian di California Catat Suhu 53,33 Derajat Celsius

Lembah Kematian di California, Amerika Serikat, telah lama dinobatkan sebagai tempat terpanas di Bumi.

Liputan6.com, Washington - Suhu ekstrem di Furnace Creek, Death Valley (Lembah Kematian), California, tercatat 53,33 derajat Celsius pada Minggu (16/7/2023). Hal tersebut disampaikan oleh Badan Cuaca Nasional Amerika Serikat (AS).

Menurut Randy Ceverny dari Badan Meteorologi PBB (WMO), suhu terpanas yang pernah tercatat di Furnace Creek adalah 56,67 derajat Celsius, tepatnya pada Juli 1913. Suhu pada atau di atas 54,44 derajat Celsius hanya tercatat beberapa kali di Bumi dan kebanyakan di Death Valley, yang membentang di sepanjang bagian perbatasan California tengah dan Nevada.

Lembah Kematian telah lama dinobatkan sebagai tempat terpanas di Bumi.

"Dengan pemanasan global, suhu semacam itu semakin mungkin terjadi," ungkap Ceverny, seperti dilansir AP, Senin (17/7). "Jangka panjang, pemanasan global menyebabkan suhu ekstrem lebih tinggi dan lebih sering."

Gelombang panas hanyalah satu dari sejumlah isu terkait cuaca ekstrem yang melanda AS selama akhir pekan. Lima orang tewas di Pennsylvania pada Sabtu (15/7), ketika hujan lebat menyebabkan banjir bandang. Seorang anak laki-laki usia sembilan bulan dan seorang bocah perempuan usia dua tahun dilaporkan masih hilang.

Di Vermont, pihak berwenang mengkhawatirkan tanah longsor karena hujan terus berlanjut setelah banjir berhari-hari.

Gelombang panas secara visual memang tidak sedramatis bencana alam lainnya, namun para ahli mengatakan bahwa gelombang panas lebih mematikan. Bulan lalu, gelombang panas di beberapa bagian selatan dan barat tengah menewaskan lebih dari selusin orang.

Penduduk di AS barat disebut telah lama terbiasa dengan suhu ekstrem, dan cuaca panas selama akhir pekan dinilai memicu gangguan minimal di California. Pemerintah daerah membuka pusat pendingin bagi masyarakat yang tidak memiliki akses AC agar tetap dapat merasa sejuk.

Di Las Vegas, suhu mencapai 46,11 derajat Celsius pada Minggu sore, mendekati suhu tertinggi sepanjang masa di kota gurun itu sebesar 47,2 derajat Celsius. Suhu di Phoenix mencapai 44,4 Celsius pada Minggu sore, hari ke-17 berturut-turut 43,3 derajat atau lebih tinggi.

Pada Juni 1974, Phoenix mencatat rekor 18 hari mengalami suhu 43,3 derajat Celsius. Dan menurut ahli meteorologi Gabriel Lojero, Phoenix berpotensi mencatat rekor baru pada Selasa (18/7).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Panas yang Brutal di Death Valley

Lembah Kematian mendominasi catatan panas global. Di lembah itu, tidak hanya panas, namun panasnya digambarkan brutal.

Pada Agustus 2020 dan Juli 2021, Death Valley mencatat suhu 54,4 derajat Celsius, namun keduanya masih menunggu konfirmasi. Menurut kepala analisis iklim Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) Russ Vose, para ilmuwan sejauh ini tidak menemukan masalah, namun mereka belum menyelesaikan analisisnya.

Di Iran, ada tempat lain yang panasnya disebut mungkin mirip dengan Death Valley, yaitu Gurun Lut. Kedua wilayah ini sama-sama tidak berpenghuni.

"Perbedaannya (antara Death Valley dan Gurun Lut), seseorang memutuskan menempatkan stasiun cuaca resmi di Death Valley pada 1911," ujar sejarawan cuaca Christopher Burt.

Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam membuat dunia semakin panas. Kondisi tersebut diperparah dengan siklus alami El Nino.

Gelombang panas dilaporkan tidak hanya sedang melanda AS, melainkan juga Eropa, China, Jepang, dan India. Sebelumnya, bulan lalu telah tercatat sebagai Juni terpanas dalam sejarah dan para ilmuwan memprediksi bahwa 2023 juga akan mencatat rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini