Sukses

Mengenal Palmyra, Pulau Termahal Sedunia yang Tak Bisa Dikunjungi Tanpa Izin

Dalam upaya melestarikan salah satu tempat paling murni yang tersisa di Pasifik tropis, The Nature Conservancy membeli atol Palmyra dengan harga yang sangat mahal.

Liputan6.com, Honolulu - Dalam upaya melestarikan salah satu tempat paling murni yang tersisa di Pasifik tropis, The Nature Conservancy membeli atol Palmyra 23 tahun lalu dengan harga yang sangat mahal. 

Atol Palmyra adalah gugusan pulau karang tak berpenghuni yang megah, 1.450 km barat daya Honolulu, Hawaii. Atol itu dibeli seharga $30 juta setara Rp442 miliar, dari keluarga Fullard-Leos, keluarga Honolulu yang telah memilikinya selama 80 tahun.

Akuisisi tersebut menjadikan Palmyra pulau termahal yang pernah dijual.

Palmyra penuh dengan banyak harta karun. Mengutip dari Guinness World Records, Sabtu (13/5/2023), pulau ini terdiri dari 26 pulau kecil, berisi beberapa atol, terumbu karang, dan pulau yang paling terisolasi, tertua, dan tersehat serta merupakan rumah bagi dunia bawah laut dan terestrial yang bercahaya.

Palmyra memiliki spesies karang lima kali lebih banyak daripada Florida Keys dan tiga kali lebih banyak dari Hawaii.  Di sini adalah rumah bagi invertebrata darat terbesar di dunia, kepiting kelapa, dan populasi burung booby berkaki merah yang hanya dapat ditemukan di Kepulauan Galapagos.

Vegetasi yang subur mendukung lebih dari satu juta burung dari 29 spesies, dan atol ini adalah satu-satunya habitat bersarang bagi burung laut dan burung pantai yang bermigrasi dalam 450.000 mil persegi (1.165.494 kilometer persegi) dari lautan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hutan Hujan Tropis Palmyra

Hutan hujan tropis Palmyra juga menyediakan habitat penting bagi native gecko, serangga, dan spesies langka lainnya. 

Terdiri dari sekitar 680 hektar hutan di atas air dan 515.232 hektar tanah terendam dan perairan terbuka. Selain itu juga memiliki terumbu karang yang luas, tiga laguna dangkal, dan sejumlah pulau pasir dan batu karang serta batang yang ditutupi dengan vegetasi.

Palmyra Atoll tidak memiliki penduduk asli tetapi menampung sekelompok kecil staf dan ilmuwan sementara dari pemerintah AS danThe Nature Conservancy.

The Nature Conservancy dan US Fish and Wildlife Service telah bermitra dalam pengelolaan Palmyra sejak tahun 2000 untuk melindungi hutan belantara laut yang terancam punah, dan untuk mendirikan tempat bagi para ilmuwan konservasi untuk melakukan pekerjaan mereka. 

3 dari 4 halaman

Penemuan Kapal yang Menjadi Cikal Bakal Nama Pulau Palmyra

Palmyra dinamai oleh kapten kapal Amerika Cornelius Sowle, yang kapalnya bernama The Palmyra, terdampar saat badai pada tahun 1802. 

Menurut The Naval Chronicle tahun 1805, pada saat penemuannya, Kapten Sowle menulis: 

"Tidak ada penduduk di pulau itu, juga tidak ada air tawar yang ditemukan, tetapi ada kelapa berukuran sangat besar, sangat melimpah dan ikan dari berbagai jenis dan beting besar mengelilingi daratan."

Di tahun 1816, sebuah kapal bajak laut Spanyol bernama Esperanza, sarat dengan jarahan dari kuil-kuil Inca, karam di terumbu karang atol dan muatannya hilang selamanya. 

Pada 1862, dua orang asal Selandia Baru yang menikah dengan wanita Hawaii, memperoleh akta atol dari Raja Kamehameha V, dan ketika Hawaii dianeksasi ke AS pada tahun 1898, Palmyra dikeluarkan.

Pulau ini akhirnya diserahkan kepada Fullard-Leos bersaudara, sebuah keluarga kontraktor atap, yang membeli atol seharga $70.000 (Rp1 miliar) sebelum kemudian diakuisisi oleh The Nature Conservancy.

Mengunjungi Palmyra membutuhkan izin dari US Fish and Wildlife Service.

4 dari 4 halaman

4 Cara untuk Mengunjungi Pulau Palmyra

Situs web mereka menyatakan: "Akses publik ke Palmyra Atoll bersifat terbatas karena biaya perjalanan yang sangat tinggi ke tujuan yang begitu jauh. The Nature Conservancy memiliki dan mengoperasikan satu-satunya landasan pacu pesawat di Palmyra, dan dengan kapal memakan waktu 5–7 hari perjalanan berlayar dari Honolulu". 

Ada empat cara masyarakat untuk dapat memperoleh akses ke tempat perlindungan ini yaitu:  

1. Bekerja, dipekerjakan, atau menjadi sukarelawan untuk The Nature Conservancy atau Fish and Wildlife Service

2. Melakukan penelitian ilmiah melalui Fish and Wildlife Service Special Use Permits

3. Undangan melalui perjalanan donor yang disponsori The Nature Conservancy

4. Kunjungan dengan perahu layar rekreasi pribadi atau perahu motor.

Sampai hari ini, Palmyra Atoll adalah satu-satunya wilayah yang tergabung di Amerika dan mereka yang berkunjung harus membekukan dan mendisinfeksi barang-barang mereka untuk menghindari masuknya spesies invasif baru.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini