Sukses

WHO Pecat Ilmuwan Senior Buntut Kasus Pelecehan Seksual

WHO telah memecat ilmuwannya dengan alasan kasus pelecehan seksual.

Liputan6.com, Jenewa - World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan telah memecat ilmuwan yang memimpin delegasi Amerika Serikat (AS) ke China pada 2021 untuk bersama-sama menyelidiki asal-usul pandemi virus COVID-19, dengan alasan pelanggaran seksual.

Peter Ben Embarek, yang memimpin tim gabungan WHO dengan para ilmuwan di China, diberhentikan tahun lalu, kata badan kesehatan itu. WHO mengatakan, telah meningkatkan upaya untuk membasmi eksploitasi dan pelecehan seksual dalam beberapa bulan terakhir setelah serangkaian kasus dan insiden dilaporkan di media.

"Peter Ben Embarek diberhentikan menyusul temuan pelanggaran seksual terhadapnya dan proses disipliner yang sesuai," kata juru bicara Marcia Poole, demikian dikutip dari AP, Kamis (4/5/2023).

"Temuan terkait dugaan terkait tahun 2015 dan 2017 yang pertama kali diterima oleh tim investigasi WHO pada 2018."

Poole mengatakan, tuduhan lain tidak dapat diselidiki sepenuhnya karena "korban tidak ingin terlibat dalam proses penyelidikan."

Ben Embarek mengunjungi pasar Huanan di Wuhan, kota tempat kasus manusia pertama kali muncul, pada awal 2021. Ia bekerja sama dengan ilmuwan China untuk mencoba mengidentifikasi bagaimana virus pertama kali mulai membuat orang sakit.

Tim mengeluarkan laporan pada Maret 2021 yang mengatakan, skenario yang paling mungkin adalah bahwa COVID-19 berpindah dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain, menolak kebocoran laboratorium sebagai "sangat tidak mungkin".

Pejabat WHO, termasuk Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa asal-usulnya masih belum jelas dan teori kebocoran laboratorium tidak dapat dikesampingkan.

Ben Embarek, seorang ahli dari Denmark yang memfokuskan penelitiannya pada penularan penyakit dari hewan ke manusia, mengatakan kepada sebuah program TV di Denmark pada 2021 bahwa ia mengkhawatirkan laboratorium China di dekat pasar pada 2021.

Dampak pemecatan Ben Embarek terhadap upaya memecahkan teka-teki yang tersisa itu masih belum jelas. Tim gabungan WHO dan China telah dibubarkan, dan panel ahli terpisah yang disusun oleh WHO telah mengambil peran untuk mencoba menemukan asal-usul virus COVID-19.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Pelecehan Seksual di WHO

WHO mengatakan telah bekerja untuk membasmi pelecehan, eksploitasi, dan pelecehan seksual di jajarannya setelah laporan pers pertama kali muncul pada 2020 tentang pelecehan sistemik terhadap lusinan perempuan selama tanggapan badan tersebut terhadap wabah Ebola di Kongo.

Lebih dari 80 staf di bawah arahan WHO dan mitranya diduga telah memperkosa perempuan, menuntut seks sebagai imbalan atas pekerjaan dan memaksa beberapa korban melakukan aborsi, dalam skandal pelecehan seks terbesar yang diketahui dalam sejarah badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.

Tidak ada satu pun manajer senior yang terkait dengan pelecehan di Kongo yang diberhentikan, meskipun ada dokumen yang menunjukkan bahwa para pemimpin WHO mengetahui hal itu. Laporan internal PBB yang diserahkan ke WHO pada awal 2021 menemukan bahwa meskipun manajer senior diberitahu tentang pelecehan seksual, tidak ada pelanggaran yang dilakukan.

Bulan lalu, WHO mengatakan telah memecat dokter Fiji Temo Waqanivalu, yang menghadapi tuduhan yang pertama kali dilaporkan oleh AP, bahwa ia berulang kali terlibat dalam pelecehan seksual.

3 dari 4 halaman

Direktur Regional Pasifik Barat Juga Dipecat oleh WHO Karena Rasis dan Kasar

Tidak hanya Peter Ben Embarek, WHO juga tak lama ini memecat pejabat utamanya di Pasifik Barat setelah laporan tahun lalu menyebutkan lusinan anggota staf menuduhnya melakukan perilaku rasis, kasar, dan tidak etis.

Dalam surel yang dikirim ke karyawan pada Rabu (9/3/2023), Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengangkatan direktur regional telah "dihentikan" setelah penyelidikan internal menghasilkan temuan pelanggaran.

Ghebreyesus tidak menyebut nama Takeshi Kasai, hanya merujuk gelarnya sebagai direktur regional di Pasifik Barat. Itu adalah pertama kalinya dalam sejarah WHO seorang direktur regional diberhentikan.

"Ini merupakan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menantang bagi kita semua," tulis Ghebreyesus, dilansir dari AP, Kamis (9/3/2023).

Ia mengatakan proses penunjukan direktur regional baru untuk Pasifik Barat akan dimulai bulan depan, dengan pemilihan akan diadakan pada Oktober.

Pemerintah Jepang, yang mendukung pencalonan Kasai untuk peran tersebut, menolak berkomentar. Kasai sebelumnya membantah telah bertindak rasis atau kasar.

Baca selebihnya di sini...

4 dari 4 halaman

AS Klaim Asal-Usul COVID-19 dari Lab China Tapi Dibantah, WHO Desak Dunia Berbagi Info

Bicara soal WHO, organisasi itu telah mendesak semua negara untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang asal-usul COVID-19. Hal itu terjadi setelah klaim dari beberapa lembaga pemerintah AS bahwa kebocoran laboratorium China di balik penyakit itu dibantah keras oleh Beijing.

"Jika ada negara yang memiliki informasi tentang asal-usul pandemi, informasi tersebut harus dibagikan kepada WHO dan komunitas ilmiah internasional," kata Ghebreyesus pada Jumat, 2 Maret 2023, dikutip dari The Guardian.

Sebelumnya Direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada Fox News pada Selasa, 28 Februari 2023 bahwa agensinya sekarang menilai sumber pandemi COVID-19 adalah "kemungkinan besar potensi insiden laboratorium di Wuhan".

Infeksi pertama dari COVID-19 tercatat pada akhir 2019 di salah satu kota di China, yang menampung laboratorium penelitian virus. Pejabat China membantah klaim FBI, menyebutnya sebagai kampanye kotor terhadap Beijing.

Sementara Tedros menekankan bahwa WHO tidak ingin menyalahkan, tetapi ingin "memajukan pemahaman kita tentang bagaimana pandemi ini dimulai sehingga kita dapat mencegah, mempersiapkan, dan menanggapi epidemi dan pandemi di masa depan".

Ia mengatakan politisasi penelitian asal-usul virus membuat karya ilmiah lebih sulit dan akibatnya dunia menjadi kurang aman.

Baca selebihnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini