Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

AS Bersama Korea Selatan dan Jepang Gelar Latihan Pertahanan Rudal, Korea Utara Peringatkan Ancaman Krisis Keamanan

Tujuan dari latihan bersama AS, Korea Selatan, dan Jepang adalah untuk memperkuat kemampuan mereka melakukan operasi gabungan menyusul ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang terus meningkat.

Liputan6.com, Seoul - Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang melakukan latihan pertahanan rudal bersama pada Senin (17/4/2023), yang bertujuan untuk melawan persenjataan nuklir Korea Utara yang berkembang.

Angkatan Laut Korea Selatan mengatakan latihan tiga arah pada Senin berlangsung di perairan internasional di lepas pantai timur negara itu dan berfokus pada penguasaan prosedur untuk mendeteksi, melacak, dan berbagi informasi tentang rudal balistik Korea Utara yang masuk. Latihan satu hari itu melibatkan kapal perusak Aegis dari masing-masing negara.

"Tujuan latihan ini adalah meningkatkan kemampuan respons kami terhadap rudal balistik dan memperkuat kemampuan kami untuk melakukan operasi gabungan karena ancaman nuklir dan rudal Korea Utara terus meningkat," kata juru bicara angkatan laut Korea Selatan Jang Do-young seperti dilansir AP, Selasa (18/4/2023).

AS dan Korea Selatan juga meluncurkan latihan bilateral terpisah pada Senin yang melibatkan sekitar 110 pesawat tempur, termasuk jet tempur F-35 canggih. Latihan akan berlanjut hingga 28 April.

Dua rangkaian latihan tersebut dapat memicu tanggapan agresif dari Korea Utara, yang memandang latihan militer AS dengan sekutu Asianya sebagai latihan invasi. Korea Utara telah menggunakan latihan seperti itu sebagai dalih untuk mempercepat pengembangan senjatanya sendiri, menciptakan siklus tit-for-tat yang telah meningkatkan ketegangan dalam beberapa bulan terakhir.

Senin malam, panglima tentara Korea Utara dan orang dekat Kim Jong Un, Ri Pyong Chol, memperingatkan bahwa AS harus segera menghentikan provokasi politik dan militernya yang membuat Korea Utara gelisah.

"Jika AS tetap melakukan tindakan yang membahayakan lingkungan keamanan di Semenanjung Korea dengan mengabaikan peringatan berulang kali oleh (Korea Utara), Korea Utara akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengekspos krisis keamanan yang lebih jelas dan ancaman yang tidak dapat diatasi," tegas Ri Pyong Chol dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Korea Utara.

Tanpa menyebutkan latihan yang dimulai Senin, Ri Pyong Chol menuduh AS dan Korea Selatan telah melakukan serangkaian latihan militer gabungan skala besar yang menyimulasikan serangan nuklir pendahuluan dan perang habis-habisan melawan Korea Utara. Dia juga mengkritik AS karena menyerukan pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB untuk membahas peluncuran ICBM berbahan bakar padat oleh Korea Utara, mengatakan negaranya menggunakan haknya untuk membela diri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peningkatan Kerja Sama Trilateral AS, Korsel, dan Jepang

Resolusi DK PBB melarang Korea Utara terlibat dalam kegiatan balistik apa pun. Namun, DK PBB telah gagal menjatuhkan sanksi baru terhadap Korea Utara karena ditentang oleh China dan Rusia, meskipun negara itu telah melakukan serangkaian uji coba rudal balistik sejak awal tahun lalu.

Uji coba senjata Korea Utara yang belum pernah terjadi sebelumnya sejauh ini telah melibatkan lebih dari 100 rudal dari berbagai jangkauan yang ditembakkan ke laut sejak awal tahun 2022, saat negara itu berupaya membangun persenjataan nuklir yang dapat mengancam Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Para ahli mengatakan Kim Jong Un ingin menekan AS agar menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir yang sah dan berharap dapat merundingkan pelonggaran sanksi dari posisi yang kuat.

Sebelumnya, AS dan Korea Selatan juga melakukan latihan lapangan terbesar mereka dalam beberapa tahun pada Maret dan juga mengadakan latihan angkatan laut dan udara terpisah yang melibatkan kelompok tempur kapal induk AS dan pengebom B-52 berkemampuan nuklir.

Ancaman nuklir Korea Utara yang meningkat turut mendorong Korea Selatan dan Jepang meningkatkan kerja sama keamanan mereka dan memperbaiki hubungan yang sempat tegang akibat perselisihan perdagangan dan sejarah. Pada Senin, Korea Selatan dan Jepang mengadakan pertemuan keamanan pertama para diplomat senior dan pejabat pertahanan setelah jeda lima tahun.

Menurut Kementerian Pertahanan Seoul, dalam pertemuan tersebut, Seoul dan Tokyo membahas program nuklir Korea Utara dan kerja sama trilateral dengan AS.

Staf Gabungan Jepang dalam pernyataannya menekankan perlunya memperkuat kerja sama trilateral karena lingkungan keamanan di sekitar Jepang semakin parah menyusul aktivitas rudal Korea Utara.

Selama 11 hari berturut-turut pada Senin, Korea Utara tidak menanggapi panggilan pemeriksaan Korea Selatan, kata pejabat Korea Selatan, meningkatkan kekhawatiran tentang potensi insiden. Komunikasi tersebut dimaksudkan untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja di sepanjang perbatasan laut lawan atau untuk mengatur pembicaraan.

Pada Sabtu, sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir kapal patroli Korea Utara yang untuk sementara melintasi perbatasan laut barat yang disengketakan negara-negara tersebut sambil mengejar kapal penangkap ikan China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini