Sukses

Kim Jong Un Nyatakan Lebih Bersiap Berperang, Jika Musuh Konfrontasi Maka Korea Utara Beri Pukulan Mematikan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan sekarang adalah waktunya untuk lebih bersiap menghadapi perang dibandingkan sebelumnya. Demikian lapor KCNA.

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan situasi geopolitik tidak stabil di sekitar negaranya, itu berarti sekarang adalah waktunya untuk lebih bersiap menghadapi perang dibandingkan sebelumnya. Hal itu disampaikan saat ia meninjau universitas militer utama negara itu, demikian kata kantor berita KCNA pada Kamis, 11 April 2024.

Kim memberikan bimbingan lapangan pada Rabu (10/4) di Kim Jong Il University of Military and Politics (Universitas Militer dan Politik Kim Jong Il), yang namanya diambil dari nama mendiang sang ayah yang meninggal tahun 2011, yang menurut KCNA adalah "kursi pendidikan militer tertinggi" di Korea Utara (Korut).

Kim mengatakan kepada staf universitas dan mahasiswa bahwa "jika musuh memilih untuk melakukan konfrontasi militer dengan DPRK, DPRK akan memberikan pukulan mematikan kepada musuh tanpa ragu-ragu dengan mengerahkan segala cara yang dimilikinya", lapor KCNA seperti dikutip juga dari Channel News Asia (CNA), Sabtu (13/4/2024).

DPRK adalah kependekan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara.

"Menguraikan situasi internasional yang rumit...dan situasi militer dan politik yang tidak menentu dan tidak stabil di sekitar DPRK, dia mengatakan bahwa sekarang adalah waktu untuk lebih bersiap menghadapi perang dibandingkan sebelumnya," kata KCNA mengutip Kim Jong Un.

Korea Utara telah meningkatkan pengembangan senjata dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Kim Jong Un dan telah menjalin hubungan militer dan politik yang lebih erat dengan Rusia, yang diduga membantu Moskow dalam perangnya dengan Ukraina dengan imbalan bantuan dalam proyek-proyek militer strategis.

Awal bulan ini, Kim Jong Un terpantau mengawasi uji peluncuran rudal balistik jarak menengah hipersonik baru yang menggunakan bahan bakar padat, yang menurut para analis akan meningkatkan kemampuan Korea Utara untuk mengerahkan rudal dengan lebih efektif dibandingkan varian bahan bakar cair.

Adapun Korut menuduh Amerika Serikat dan Korea Selatan memprovokasi ketegangan militer dengan melakukan apa yang mereka sebut sebagai "manuver perang" ketika sekutu mereka melakukan latihan militer dengan intensitas dan skala yang lebih besar dalam beberapa bulan terakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korea Utara: PM Jepang Fumio Kishida Minta Bertemu Kim Jong Un Sesegera Mungkin

Di sisi lain, Korea Utara mengatakan pada hari Senin (25/3/2024) bahwa Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menawarkan untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sesegera mungkin. Pyongyang pun menekankan bahwa prospek pertemuan puncak pertama kedua negara dalam waktu sekitar 20 tahun akan bergantung pada toleransi Tokyo terhadap program senjatanya dan mengabaikan penculikan warga negara Jepang di masa lalu.

Jepang mengakui pihaknya telah berusaha untuk menyelenggarakan pertemuan puncak bilateral, namun menolak persyaratan Korea Utara yang tidak dapat diterima, sehingga mengurangi kemungkinan terwujudnya pertemuan Kishida-Kim Jong Un dengan cepat. Demikian seperti dilansir AP, Selasa (26/3).

Sementara itu, Jepang yakin beberapa dari mereka masih hidup.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, saudara perempuan Kim Jong Un sekaligus pejabat senior Korea Utara, Kim Yo Jong, mengatakan bahwa Kishida baru-baru ini menggunakan saluran yang tidak disebutkan namanya untuk menyampaikan posisinya bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Kim Jong Un sesegera mungkin.

Kim Yo Jong menegaskan tidak akan ada terobosan dalam hubungan Korea Utara-Jepang selama pemerintahan Kishida sibuk dengan masalah penculikan dan ikut campur dalam pelaksanaan hak kedaulatan Korea Utara, yang diyakini merujuk pada aktivitas pengujian senjata di Korea Utara.

"Sejarah hubungan DPRK-Jepang memberikan pelajaran bahwa tidak mungkin memperbaiki hubungan bilateral yang penuh ketidakpercayaan dan kesalahpahaman, hanya dengan gagasan pertemuan puncak," kata Kim Yo Jong, menggunakan singkatan dari the nama resmi Korea Utara, yakni Republik Demokratik Rakyat Korea.

"Jika Jepang benar-benar ingin meningkatkan hubungan bilateral dan berkontribusi untuk memastikan perdamaian dan stabilitas regional sebagai tetangga dekat DPRK maka Jepang perlu mengambil keputusan politik mengenai opsi strategis yang sesuai dengan kepentingan keseluruhannya."   

3 dari 4 halaman

Kim Jong Un Acungkan Senjata hingga Awasi Langsung Uji Tembak Pasukan Korea Utara, Bikin Korsel Jiper?

Pada kesempatan lain, pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengacungkan senjata saat memeriksa pangkalan pelatihan operasional utama, mendesak militernya untuk mengintensifkan "latihan perang yang sebenarnya", demikian media pemerintah melaporkan pada hari Kamis (7/3/2024).

Menurut gambar yang dipublikasikan Korean Central News Agency (KCNA), seperti dikutip dari AFP, Kim Jong Un yang mengenakan jaket kulit hitam terlihat berbicara dengan barisan tentara bersenjata lengkap dalam kamuflase, mengawasi latihan uji tembak dan memeriksa persenjataan.

Selama kunjungannya pada hari Rabu (6/3) ke pangkalan di wilayah barat negara itu, Kim Jong Un mengatakan kepada tentara Korea Utara untuk "terus mengintensifkan latihan perang yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka dengan cepat demi kesiapan perang yang sempurna," lapor KCNA.

Kunjungannya terjadi saat Seoul dan Washington melakukan latihan militer musim semi tahunan, yang dikenal sebagai "Freedom Shield" yang mencakup latihan lapangan, intersepsi rudal, dan beberapa penembakan langsung.

Pyongyang menyebut latihan itu "sembrono" dan memperingatkan sekutunya bahwa mereka akan membayar "harga yang mahal".

Foto-foto KCNA juga menunjukkan Kim Jong Un mendapat tepuk tangan dari tentara, yang "menjanjikan kesetiaan mereka kepadanya dalam perjuangan suci demi keamanan negara".

Korea Utara telah lama mengutuk latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, dan menyebutnya sebagai latihan invasi.

Adapun Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir di masa lalu telah melakukan uji coba senjata sebagai respons terhadap latihan gabungan tersebut.

Sementara itu, Seoul mengatakan pada hari Selasa (5/3) bahwa militernya benar-benar siap menghadapi kemungkinan provokasi Korea Utara.

 

4 dari 4 halaman

Korea Utara Nyatakan Korea Selatan Musuh Utama

Sepanjang tahun ini, Pyongyang telah menyatakan Korea Selatan sebagai "musuh utama", membuang lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan penjangkauan, dan mengancam perang atas "bahkan 0,001 mm" pelanggaran teritorial.

Pemimpin Kim bulan Februari lalu mengulangi bahwa Pyongyang tidak akan ragu untuk "mengakhiri" Korea Selatan jika diserang.

Sementara pada bulan Januari, Korea Utara melepaskan serangan artileri di dekat dua pulau perbatasan Korea Selatan, yang memicu latihan penembakan oleh Korea Selatan dan perintah evakuasi bagi penduduk.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.