Sukses

Warga Rusia Harus Naik Mobil China karena Brand Barat Hengkang

Invasi terhadap Ukraina ternyata ikut berdampak pada mobil warga Rusia.

Liputan6.com, Moskow - Dampak invasi Rusia ke Ukraina turut memberikan dampak pada kendaraan warga Rusia. Kini, mau tak mau, mereka harus transisi ke mobil China. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Sabtu (25/3/2023), warga Rusia harus berdamai dengan keengganan mereka untuk membeli mobil merek China dengan harga yang lebih mahal.

Merek-merek mobil China seperti Haval, Chery dan Geely saat ini menyumbang hampir 40 persen dari penjualan mobil baru Rusia, melahap pangsa pasar yang ditinggalkan oleh perusahaan automotif barat, seperti Renault, Nissan dan Mercedes.

Padahal, porsi mobil merek-merek China masih berkisar kurang dari 10 persen pada Januari-Februari 2022.

Namun ternyata mobil-mobil China tersebut membawa masalah baru. Reuters berbicara dengan beberapa pembeli mobil Rusia , baik individu dan dealer, yang menganggap kualitas beberapa mobil China lebih rendah daripada mobil-mobil dari Barat.

Pakar industri otomotif mengatakan pabrikan China perlu meningkatkan reputasi mereka bahkan ketika pangsa pasar mereka melonjak.

Stepan, 28 tahun, yang semakin sering mengendarai mobil China saat menggunakan layanan carsharing, mengeluhkan kelancaran berkendara dengan mobil China.

"Saya membeli Skoda pada 2022. Jika Anda tanya pendapat jujur saya, perbedaannya (dengan mobil China) sangat besar," katanya kepada Reuters di dealer Favorit Motors Moskow.

Produsen mobil Ceko Skoda Auto, anak perusahaan Volkswagen Group sedang dalam kesepakatan tahap akhir untuk menjual aset Rusia sebagai sanksi Barat setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022. Skoda juga salah satu dari beberapa produsen automotif arat yang memproduksi mobil secara lokal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mobil China Tak Kalah dari Mercedes?

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada Jumat (24/3) setelah kunjungan ke China pada Desember bahwa kerja sama dengan pabrikan China berjalan sangat baik dan persepsi konsumen tentang mobil China sudah ketinggalan zaman.

"Kami biasa menertawakan beberapa desain mereka, tetapi saya pergi dengan mobil lokal dan melihat yang lain," katanya. "Saya akan mengatakan terus terang: mobil yang saya kendarai pasti tidak lebih buruk dari Mercedes,” tukasnya. 

Sebagian besar produsen otomotif Barat, yang telah bersaing dengan pembuat mobil domestik untuk mendapatkan pangsa pasar sejak mereka mulai membangun pabrik di Rusia pada awal 2000-an, menghentikan operasinya musim semi lalu.

"Seumur hidup kami berfokus pada merek-merek Eropa, Jepang, Amerika dan tidak secara khusus memperhitungkan pasar China, yang telah berkembang dengan kecepatan luar biasa," kata Vladimir Shestak, Direktur Umum Altair-Auto di Vladivostok, yang mempunyai dealer khusus menjual mobil-mobil merek Mercedes-Benz dan Geely.

Meskipun sebagian besar perusahaan asing telah dan dalam proses hengkang dari Rusia tetapi beberapa perusahaan tetap menjual stok mobil tersisa.

3 dari 4 halaman

Mobil China Kurang Reputasi di Rusia

Merek Lada produsen domestik Avtovaz adalah yang paling populer di Rusia. Renault, melalui kepemilikan saham mayoritas di Avtovaz, memiliki pangsa pasar tertinggi di antara produsen asing sebelum Rusia memulai apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina.

Mobil China semakin mengisi kekosongan pasokan mobil di Rusia, tetapi kurangnya reputasi mobil-mobil tersebut tetap menjadi masalah, kata pakar industri otomotif Sergey Aslanyan.

"Ya, mereka hampir tidak memiliki pesaing lagi di sini," katanya. "Tapi itu tidak berarti orang akan mengubah pendapat mereka dengan cepat."

Pangsa pasar merek China mencapai 37,15 persen pada Januari-Februari, naik dari 9,48 persen dari tahun sebelumnya, menurut data Autostat dan PPK. Penjualan merek Eropa, Jepang dan Korea yang hengkang, turun menjadi 22,6 persen dari 70 persen.

Sebagai tanda kerja sama yang berkembang, Haval China saat ini memproduksi mobil secara lokal, sementara di Moskow, Moskvich era Soviet yang dihidupkan kembali dengan menggunakan suku cadang mesin, desain dan teknik dari JAC China.

Namun konsumen juga mengeluhkan masalah harga. Bahkan Medvedev mengatakan harga Moskvich terlihat agak tinggi. Model 3 berharga sekitar 2 juta rubel atau setara dengan Rp397 miliar. Harga Lada Granta, mobil yang paling banyak terjual di Rusia, mulai dari sekitar 680.000 rubel.

"(Orang Cina) mendatangkan banyak mobil, tetapi jika kita berbicara tentang harga, bukan kualitas, tidak ada mobil murah sama sekali," kata Maxim Kadakov, pemimpin redaksi majalah "Behind the Wheel.”

4 dari 4 halaman

Pertemuan Xi Jinping dan Vladimir Putin

Sebelumnya dilaporkan, Presiden China Xi Jinping bertandang ke Rusia pada Senin 20 Maret 2023. Banyak yang menyebut pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bukan pertemuan biasa, di mana bisa jadi juru damai dari perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung setahun lebih.

Hal ini pun diamini oleh Ketua Umum Bada Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jabodetabeka-Banten dan luar negeri, M Adhiya Muzakki. Menurut dia, kehadiran Xi Jinping membawa misi perdamaian sebagaimana yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi beberapa waktu silam.

"Kami melihat ada misi perdamaian dibalik datangnya Presiden Xi Jinping ke Rusia," kata Adhiya seperti dikutip dalam keterangannya, Kamis (23/3/2023).

Dia menganalisis bahwa akan ada beragam macam pandangan dari hasil pertemuan tersebut. Mengingat, kedua negara tersebut sangar erat kaitannya sebagai negara yang melawan negara barat.

"Tentunya akan banyak perspektif dari pertemuan tersebut. Mengingat keduanya identik dengan simbol perlawanan negara barat," kata Adhiya.

Meski demikian, dia meyakini Xi Jinping hadir untuk terlibat aktif dalam menjaga tatanan dunia yang aman dan damai. "Tanpa pertentangan, dan tanpa peperangan," jelasnya.

Sebelumnya, kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Rusia pada Senin 20 Maret 2023 untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin diyakini bisa menghasilkan dua skenario signifikan.

Terutama bagi perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung setahun lebih; menyatakan dukungan penuhnya atas Moskow atau menjadi juru damai untuk Kyiv.

 

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.