Sukses

Putri Eks Diktator Uzbekistan Dituduh Belanja Properti Rp3,8 Triliun dengan Uang Korupsi

Gulnara Karimova sendiri semula diprediksi akan menggantikan ayahnya, Islam Karimov, yang memerintah Uzbekistan dari tahun 1989 hingga kematiannya pada tahun 2016.

Liputan6.com, London - Laporan Freedom For Eurasia menyebutkan bahwa Gulnara Islamovna Karimova, putri mantan diktator Uzbekistan Islam Karimov, yang berprofesi sebagai mantan pebisnis, bintang pop, sekaligus diplomat menghabiskan US$ 250 juta atau sekitar Rp3,8 triliun untuk membeli properti di London hingga Hong Kong.

Gulnara Karimova dilaporkan menggunakan perusahaan Inggris untuk membeli sejumlah rumah dan sebuah jet dengan dana yang diperoleh melalui suap dan korupsi. Dalam laporannya, Freedom for Eurasia menambahkan bahwa firma akuntansi di London dan British Virgin Islands bertindak untuk perusahaan Inggris yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.

Laporan ini disebut telah menimbulkan keraguan baru tentang upaya Inggris mengatasi kekayaan ilegal. Otoritas Inggris telah lama dituduh tidak berbuat cukup dalam mencegah penjahat dari luar negeri menggunakan properti Inggris untuk pencucian uang.

Gulnara Karimova sendiri semula diprediksi akan menggantikan ayahnya, yang memerintah Uzbekistan dari tahun 1989 hingga kematiannya pada tahun 2016. Gulnara Karimova memiliki nama panggung "Googoosha", dia menjalankan perusahaan perhiasan, dan sempat menjabat sebagai duta besar Uzbekistan untuk Spanyol.

Pada tahun 2014, Gulnara Karimova menghilang dari pandangan publik. Belakangan, diketahui bahwa dia telah ditahan atas tuduhan korupsi.

Gulnara Karimova dijatuhi hukuman pada Desember tahun 2017. Pada tahun 2019, dia dikirim ke penjara karena melanggar ketentuan tahanan rumahnya.

Jaksa menuduh Gulnara Karimova adalah bagian dari kelompok kriminal yang menguasai aset lebih dari US$ 1 miliar di 12 negara, termasuk Inggris, Rusia, dan Uni Emirat Arab.

"Kasus Gulnara Karimova adalah salah satu kasus suap dan korupsi terbesar sepanjang masa," kata salah satu penyusun laporan Freedom For Eurasia yang juga peneliti di University of Oxford, Tom Mayne, seperti dilansir BBC, Senin (13/3/2023).

Namun, Gulnara Karimova dan rekan-rekannya, disebut telah menjual sebagian properti tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pacar Gulnara Karimova Diduga Terlibat

Freedom For Eurasia meneliti catatan pendaftaran properti dan tanah untuk mengidentifikasi setidaknya 14 properti di berbagai negara, termasuk Inggris, Swiss, Prancis, Dubai, dan Hong Kong, yang dikabarkan dibeli dengan dana diduga mencurigakan sebelum Gulnara Karimova ditangkap.

Laporan Freedom For Eurasia yang akan diterbitkan pada Selasa (14/3/2023), berjudul "Who Enabled the Uzbek Princess?", berfokus pada lima properti yang dibeli di dalam dan sekitar London, yang sekarang bernilai sekitar 50 juta pound sterling - termasuk tiga flat di Belgravia, tepat di sebelah barat Istana Buckingham, sebuah rumah di Mayfair, dan sebuah rumah senilai 18 juta pound sterling dengan danau berperahu pribadi di Surrey.

Dua flat di Belgravia dijual pada tahun 2013 sebelum Gulnara Karimova ditahan. Pada tahun 2017, rumah di Mayfair, rumah di Surrey, dan flat ketiga di Belgravia dibekukan oleh Serious Fraud Office.

Laporan Freedom For Eurasia juga menyebut nama sejumlah perusahaan di London dan British Virgin Islands yang diklaim digunakan oleh Gulnara Karimova atau rekannya untuk memungkinkan mereka membelanjakan hasil kejahatan di sektor properti dan jet pribadi.

Pacar Gulnara Karimova, Rustam Madumarov, dan orang lain yang diduga rekan Gulnara Karimova terdaftar dalam dokumen resmi sebagai "pemilik manfaat", tetapi laporan Freedom For Eurasia menggarisbawahi bahwa mereka hanya proksi bagi Gulnara Karimova, yang menggunakan perusahaan-perusahaan itu untuk mencuci ratusan juta dolar.

Karena transaksi yang dilakukan bernilai tinggi dan terkait dengan yurisdiksi berisiko tinggi, Freedom For Eurasia berpendapat bahwa perusahaan Inggris yang terlibat sudah sepatutnya melakukan pemeriksaan latar belakang menyeluruh untuk memastikan sumber dana sah dan tidak berasal dari kegiatan kriminal.

Mayne mengatakan, betapa mudahnya Gulnara Karimova membeli begitu banyak properti di Inggris sangat memprihatinkan.

"Otoritas membutuhkan waktu hingga 2017 untuk bertindak, bertahun-tahun setelah negara lain membekukan rekening bank dan properti miliknya (Gulnara Karimova)," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.