Sukses

Baidu Kembangkan Apollo Go Robotaxi, Mobil dengan Kemampuan Auto Pilot

Baidu mengumumkan akan mengintegrasikan layanan AIGC Ernie Bot di seluruh operasinya untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Liputan6.com, Beijing - Baidu mengumumkan akan mengintegrasikan layanan AIGC Ernie Bot di seluruh operasinya untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Ada juga rencana penggunaan Ernie Bot (generasi chatbot kedua) untuk diintegrasikan ke dalam Apollo Smart Cabin dan perangkat layanan pintar Xiaodu, demikian pernyataan pihak perusahaan tersebut.

Baidu melaporkan total pendapatan tahunan sebesar CNY123,7 miliar (US$ 17,9 miliar) untuk tahun 2022 dengan pertumbuhan 1% yoy.

Perusahaan tersebut juga mengatakan akan terus berinvestasi dalam memperluas layanan Apollo Go Robotaxi, dan layanan konten generatif AI (AIGC), Ernie Bot, dikutip dari laman digitimes.com, Senin (6/3/3023).

Perusahaan menerima lisensi pertama untuk menguji kendaraan tanpa pengemudi di Beijing pada akhir tahun lalu.

Layanan full driver robotaxi sudah tersedia di Chongqing dan Wuhan, sedangkan di Wuhan sudah menjangkau lebih dari 100 pelanggan.

Pada akhir Januari 2023, Apollo Go telah menerima volume pesanan kumulatif lebih dari 200 juta. Menurut Li Zhen-yu, SVP dan GM dari kelompok mengemudi cerdas Baidu, setiap kendaraan Apollo Go rata-rata mampu melakukan 15 perjalanan sehari di kota-kota besar seperti Beijing, kota dengan volume penduduk yang cukup bersaing ketat dengan taksi.

Perusahaan akan terus berupaya mendapatkan 'lampu hijau' di lebih banyak kota di China untuk mengoperasikan armada robotaxi dan mengurangi biaya kendaraan.

Baidu telah meluncurkan kendaraan penggerak otonom siap produksi yaitu RT6, pada Juli tahun lalu dengan perkiraan biaya produksi US36.290.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Raksasa Teknologi Tiongkok Baidu Mau Luncurkan Pesaing ChatGPT

Di sisi lain, perusahaan teknologi Tiongkok Baidu, dilaporkan sedang menggarap sebuah bot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ala ChatGPT besutan OpenAI.

Kabarnya, perusahaan mesin pencari terbesar di Tiongkok itu sudah merencanakan untuk merilis layanan chatbot AI tersebut pada bulan Maret mendatang.

Bloomberg melaporkan, layanan ini nantinya bakal berfungsi mirip dengan ChatGPT, di mana pengguna bisa memakainya untuk mencari jawaban dari hasil percakapan.

Dikutip dari Engadget, Selasa (31/1/2023), Chatbot AI Baidu ini akan dibuat berdasarkan sistem Ernie dari perusahaan.

Baidu menyebut di 2021, sistem tersebut sebuah model pembelajaran mesin (machine-learning) berskala besar, yang dilatih selama beberapa tahun yang "unggul dalam pemahaman dan pembuatan bahasa alami."

Mengutip The Straits Times, menurut narasumber anonim, alat yang belum diketahui namanya ini, akan terlebih dulu disematkan ke mesin pencari utama Baidu.

Baidu sendiri diketahui sudah menghabiskan miliaran dolar untuk melakukan penelitian terhadap AI, sebagai upaya bertahun-tahun, untuk beralih dari pemasaran online ke teknologi yang lebih dalam.

Perwakilan Baidu menolak berkomentar soal kabar chatbot AI ala ChatGPT itu.

Meski masih dalam pengembangan, ChatGPT sendiri tampaknya sudah cukup untuk membuat sejumlah perusahaan raksasa seperti Facebook dan Google merasa terancam.

Baru-baru ini, Microsoft memperpanjang kemitraan mereka dengan perusahaan pembuat layanan chatbot berbasis kecerdasan buatan ChatGPT, OpenAI.

3 dari 4 halaman

ChatGPT Picu Tekanan di Google dan Meta

Menurut wawancara dengan enam mantan dan karyawan Google dan Meta saat ini, lonjakan perhatian ke ChatGPT memicu gelombang tekanan di dalam perusahaan.

Di Meta, staf baru-baru ini membagikan memo internal yang mendesak perusahaan untuk mempercepat proses persetujuan proyek AI untuk memanfaatkan teknologi terbaru.

Google juga baru-baru ini mengeluarkan "kode merah" seputar peluncuran produk AI dan mengusulkan apa yang disebutnya "jalur hijau" untuk mempersingkat proses penilaian dan mengurangi potensi bahaya AI.

Bahkan kabarnya,  CEO Google Sundar Pichai memanggil dua pendiri perusahaan mesin pencari tersebut, yakni Larry Page dan Sergey Brin, dilansir The New York Times, Senin (23/1/2023).

Adapun pertemuan Sundar dengan duo pendiri Google ini untuk membahas tentang strategi kecerdasan buatan (AI) buatan Google, setelah ChatGPT menjadi sorotan pada Desember tahun lalu.

4 dari 4 halaman

Amazon Ikut Waspada Kemunculan ChatGPT

Di sisi lain, mengutip Gizchina, Minggu (29/1/2023), Amazon juga sangat waspada dan dengan tegas memperingatkan seluruh staf dan karyawannya untuk tidak berinteraksi dengan ChatGPT.

Amazon belum lama ini memperingatkan para sfat untuk tidak menggunakan ChatGPT untuk menulis kode atau membagikan kode yang sudah ditulis dengan ChatGPT untuk penyelesaian.

Kanal internal Slack milik Amazon disebut-sebut banyak mendapat pertanyaan dari staf mengenai penggunaan ChatGPT. Sejumlah staf bertanya pada Amazon, apakah ada petunjuk resmi penggunaan ChatGPT pada perangkat kerja.

Sementara sejumlah staf lainnya bertanya-tanya apakah mereka diizinkan untuk bekerja menggunakan tool berbasis AI.

Seorang karyawan bahkan meminta divisi cloud computing Amazon Web Service (AWS) untuk mengklarifikasi pendiriannya tentang penggunaan alat AI generatif (AIGC).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.