Sukses

Rusia Tutup Bandara Akibat Ada UFO

Unidentified Flying Object (UFO) terlihat dekat bandara Rusia. Pihak berwenang langsung bertindak.

Liputan6.com, Pulkovo - Ruang udara dengan radius 120 mil (193 kilometer) dari Bandara Pulkovo, Rusia, sempat ditutup akibat adanya unidentified flying object (UFO). Obyek tak dikenal itu muncul di area bandara.

Dilaporkan Daily Star, Selasa (28/2/2023), sejumlah media Rusia melaporkan bahwa "UFO" tersebut kemungkinan adalah "drone yang sangat besar".

Saluran TV Rusia, REN TV, menyebut ada pesawat militer yang ikut mencari penyusup tersebut.

Lokasi Bandara Pulkovo berada di dekat St. Petersburg. Situs Flight Radar mengungkap sejumlah pesawat domestik yang menuju kota tersebut dialihkan atau dipulangkan kembali ke lokasi lepas landasnya.

Ruang udara di kawasan tersebut ditutup sekitar setengah jam saja, namun masalah delay dikhawatirkan terjadi sepanjang hari akibat UFO tersebut.

Lokasi bandara itu berada sekitar 750 mil (1.207 kilometer) dari perbatasan Ukraina.

"Bandara Pulkovo sementara tidak menerima atau memberangkatkan pesawat," tulis keterangan pemerintah kota.

Media Rusia, Basa, menyebut otoritas penerbangan menerapkan rencana "Karpet" yang meminta semua pesawat agar mendarat, kecuali pesawat militer atau pesawat bantuan. Rencana itu biasanya dilakukan ketika ada obyek tak dikenal di ruang udara Rusia.

Sebelumnya, Amerika Serikat juga baru saja menghadapi masalah di ruang udara mereka. Pasalnya, balon milik China tampak terbang di langit. Pihak China menyebut balon itu hanya balon cuaca dan tersasar ke AS. Mereka pun mengkritik AS yang menembak jatuh balon tersebut dan menilai langkah itu sebagai hal berlebihan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Setahun Perang Ukraina: Bantuan Tank dari Polandia Tiba, Rusia Digempur Sanksi Barat

Tank Leopard dari Polandia telah tiba di Ukraina, bersamaan dengan pengumuman serangkaian sanksi ekonomi, militer, dan keuangan oleh sekutu Barat termasuk G7 dan Uni Eropa dalam upaya terbaru untuk melemahkan Rusia.

Berbicara pada peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengonfirmasi empat tank Leopard telah dikirim ke Ukraina. 

"Polandia dan Eropa mendukung Anda. Kami pasti tidak akan meninggalkan Anda, kami akan mendukung Ukraina sampai kemenangan penuh atas Rusia," kata PM Morawiecki, yang berdiri di samping Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy selama kunjungannya ke Kyiv pada Jumat (24/2/2023), seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (25/2/2023).

Barat memanfaatkan peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina sebagai momentum untuk kembali menunjukkan sokongan mereka.

Warna biru dan kuning yang lekat dengan Ukraina dimunculkan di Menara Eiffel, Gerbang Brandenburg, Gedung Empire State, dan markas Uni Eropa. Sementara itu, di luar Kedutaan Besar Rusia di London, sejumlah aktivis melukis bendera Ukraina.

Selain itu, G7 mengumumkan tekadnya untuk memperkuat sanksi dan mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melemahkan Rusia; menjanjikan tindakan terhadap ekspor berlian negara itu.

"Kami menyerukan kepada negara ketiga atau aktor internasional lainnya yang berusaha menghindari atau merusak tindakan kami untuk berhenti memberikan dukungan material untuk perang Rusia atau menghadapi kerugian besar," ungkap pernyataan bersama para pemimpin G7.

3 dari 4 halaman

Bos CIA: Putin Terlalu Percaya Diri Bisa Menaklukkan Ukraina

Ketika perang Ukraina memasuki tahun kedua, Direktur CIA William Burns mengatakan pada Minggu (26/2/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin terlalu percaya diri pada kemampuan militernya untuk menaklukkan Ukraina.

Burns, dalam sebuah wawancara televisi, mengungkapkan bahwa kepala dinas intelijen Rusia telah menunjukkan keangkuhan dan kelewat percaya diri selama pertemuan mereka pada November 2022. Sikap itu menurutnya mencerminkan keyakinan Putin bahwa dia percaya dapat menghancurkan Ukraina, melemahkan sekutu Amerika Serikat (AS), hingga akhirnya kelelahan politik akan muncul.

Putin, sebut Burns, cukup bertekad untuk terus melanjutkan perang. Meskipun terdapat korban jiwa, kekurangan taktis, serta kerusakan pada ekonomi dan reputasi Rusia.

"Saya rasa Putin, saat ini, sepenuhnya terlalu percaya diri dengan kemampuannya ... untuk melemahkan Ukraina," kata Burns dalam wawancara dengan CBS seperti dikutip AP, Selasa (28/2/2023).

Burns juga mengatakan Putin meremehkan tekad AS untuk mendukung Ukraina. Wawancara Burns ini muncul pada saat kritis perang Ukraina karena AS yakin bahwa China sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan peralatan militer mematikan ke Rusia.

"Itu akan menjadi taruhan yang sangat berisiko dan tidak bijaksana," kata Burns, seraya menambahkan bahwa langkah seperti itu hanya akan semakin memperkeruh hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia itu. "Itulah mengapa saya sangat berharap mereka tidak melakukannya."

Burns melanjutkan, Presiden China Xi Jinping, telah mengamati dengan cermat bagaimana perang telah berkembang.

4 dari 4 halaman

AS Terpecah Soal Bantuan Militer ke Ukraina

Sementara itu, pertanyaan tentang bantuan militer dan laju perang Ukraina telah menjadi sumber ketidakpastian di AS.

Sebagian anggota parlemen dari Partai Republik mengkritik pemerintah karena tidak mengirimkan jet tempur F-16 ke Ukraina dan sebagian lainnya meyakini bahwa pemerintah harus lebih fokus pada kebutuhan di dalam negeri.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan menggarisbawahi, AS memberi Ukraina bantuan militer yang diperlukan untuk merebut kembali wilayah yang direbut Rusia.

Ketua Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS Michael McCaul mengungkapkan, pesawat dan artileri jarak jauh dapat membantu mengakhiri perang dalam waktu yang lebih cepat.

"Semua ini memakan waktu terlalu lama," kata McCaul. "Dan itu tidak harus terjadi seperti ini."

Ukraina mendapat dukungan bulan lalu dari negara-negara Baltik dan Polandia dalam usahanya untuk mendapatkan jet tempur Barat, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa negara-negara seperti AS dan Inggris akan mengubah pendirian mereka untuk menolak memberikan pesawat tempur ke Kyiv.

Dalam wawancaranya dengan ABC News pada Jumat (24/2), Presiden Joe Biden menegaskan bahwa dia mengesampingkannya untuk saat ini, dengan mengatakan bahwa itu bukanlah persenjataan yang dibutuhkan Ukraina dalam waktu dekat.

Senator Republikan Dan Sullivan melihatnya berbeda. Dia menilai Gedung Putih lamban dalam memberikan apa yang dicari Ukraina, termasuk jet.

"Itu sudah menjadi pola pemerintahan ini sejak awal," katanya.

Di lain sisi, Sullivan mengklaim AS sudah menyediakan suku cadang untuk menjaga armada jet era Soviet Ukraina tetap terbang, tetapi memasok F-16 dinilai sebagian pihak benar-benar pertanyaan untuk fase lain perang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.