Sukses

Taliban Minta Organisasi Kerja Sama Islam Tak Campuri Urusan Afghanistan

OKI sebelumnya menyuarakan kekhawatiran mereka atas pembatasan terhadap perempuan Afghanistan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Taliban di Afghanistan menyambut baik pertemuan dan deklarasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tentang negara itu baru-baru ini, tetapi meminta komunitas internasional untuk tidak "mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan".

OKI sebelumnya menyuarakan kekhawatiran mereka atas pembatasan terhadap perempuan Afghanistan, Anadolu Ajansi mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (14/1/2023).

Lewat pernyataan pada Kamis (12/1), juru bicara kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan: "Komunitas internasional harus melanjutkan kerja sama mereka dengan Afghanistan dan tidak boleh ada yang mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan."

"Kekhawatiran organisasi tersebut mengenai pendidikan perempuan dapat dipahami, namun kepemimpinan Islam (Iran) mengambil langkah sementara untuk hal ini dan kekhawatiran itu akan teratasi setelah adanya lingkungan yang kondusif," katanya.

Taliban juga meminta organisasi-organisasi internasional, terutama OKI, agar memiliki "pemahaman yang erat" dengan Kabul, ucapnya.

Menyusul pertemuan luar biasa yang digagas oleh Turki itu, organisasi yang berbasis di Jeddah itu menyuarakan keprihatinan mereka terhadap pembatasan yang diberlakukan pemerintah Taliban bagi perempuan Afghanistan.

OKI juga memutuskan untuk mengutus delegasi ke Afghanistan guna membicarakan hak-hak perempuan atas pendidikan dan pekerjaan dengan Taliban.

Desember lalu, Taliban melarang perempuan berkuliah dan bekerja pada organisasi di dalam dan luar negeri serta melarang mereka terjun ke dunia politik.

Sebelumnya, anak perempuan telah dilarang untuk mengenyam pendidikan di sekolah menengah.

Sejumlah pemimpin dunia seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik larangan oleh Taliban itu.

Menurut dia, menghalangi akses pendidikan bagi anak perempuan "tidak manusiawi dan bertentangan dengan Islam."

Sebelum pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menelepon beberapa mitranya dari Arab Saudi, Indonesia, Uni Emirat Arab (UAE) dan Qatar mengenai perkembangan terkini Afghanistan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

20 Orang Tewas Akibat Bom Bunuh Diri di Luar Kemlu Afghanistan

Pada kabar lain, serangan bom bunuh diri terjadi di luar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Afghanistan di Kabul pada Rabu (11/1/2023), sekitar pukul 18.30 waktu setempat. Sejumlah korban tewas berjatuhan.

Seorang pejabat Taliban menyebutkan, 20 orang tewas dan beberapa lainnya terluka. Sementara polisi mengumumkan korban tewas lima orang. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/1).

Pelaku disebut gagal memasuki gedung kementerian luar negeri sebelum akhirnya meledakkan diri.

Di wilayah yang sama dengan lokasi kejadian terdapat kedutaan besar sejumlah negara, termasuk China dan Turki.

Kelompok ISIS lokal atau yang dikenal dengan ISIS-K atau ISIS-Provinsi Khorasan mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Pengecut

Laporan menyebutkan bahwa delegasi China dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan pejabat Afghanistan di gedung kementerian luar negeri pada saat serangan bom bunuh diri terjadi. Namun, pejabat senior di kantor perdana menteri Ahmadullah Muttaqi mengonfirmasi tidak ada orang asing yang hadir di kementerian saat ledakan.

Badan kemanusiaan Italia, Emergency NGO di Kabul mengatakan, mereka merawat lebih dari 40 orang terluka. Jumlah korban pun terus meningkat.

Polisi Kabul menggambarkan serangan bom bunuh diri sebagai tindakan pengecut.

Afghanistan telah diguncang puluhan ledakan sejak Taliban merebut kekuasaan tahun lalu. Sebagian besar serangan diklaim oleh ISIS.

Para koresponden mengatakan bahwa Taliban cenderung meremehkan jumlah korban dalam insiden semacam itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.