Sukses

Presiden Brasil Tunjuk Aktivis Hutan Amazon sebagai Menteri Lingkungan Hidup

Aktivis hutan Amazon Marina Silva mengumumkan bahwa dirinya telah ditunjuk sebagai Menteri Lingkungan Hidup Brasil oleh Presiden-terpilih Luiz Inácio Lula da Silva.

Liputan6.com, Brasilia - Aktivis hutan Amazon Marina Silva mengumumkan bahwa dirinya telah ditunjuk sebagai Menteri Lingkungan Hidup Brasil oleh Presiden-terpilih Luiz Inácio Lula da Silva.

Lula mengonfirmasi pengumuman Marina Silva hari Kamis (29/12) melalui sebuah konferensi pers.

Pengumuman itu mengindikasikan bahwa pemerintahan Brasil yang baru akan memprioritaskan upaya menumpas penggundulan hutan ilegal, meskipun itu berarti melanggar kepentingan agrobisnis yang kuat.

Keduanya sama-sama menghadiri konferensi iklim PBB baru-baru ini di Mesir, di mana Lula menjanjikan “nol deforestasi” di Amazon di hadapan hadirin yang bersorak sorai.

Amazon adalah hutan tropis terbesar di dunia, yang menjadi kunci perjuangan melawan perubahan iklim sampai 2030. “Tidak akan ada ketahanan iklim kalau Amazon tidak dilindungi,” ujar Lula saat itu, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (31/12/2022).

Ditunjuknya Marina Silva menegaskan komitmen tersebut, meski juga akan mempersulit prospek kekuasan Lula, mengingat banyak pengusaha pertanian dan anggota parlemen yang terkait bidang itu yang tidak menyukainya.

Ketidaksukaan mereka berawal dari jabatan Marina Silva sebagai menteri lingkungan hidup pada sebagian besar masa kepresidenan Lula sebelumnya, dari tahun 2003 sampai 2010.

Silva lahir di Amazon dan bekerja sebagai seorang penyadap karet ketika masih remaja.

Sebagai menteri lingkungan hidup dulu, ia memimpin pembukaan puluhan kawasan konservasi dan sebuah strategi canggih melawan deforestasi dengan meluncurkan operasi besar-besaran untuk melawan para pelanggar aturan lingkungan dan menggunakan sistem pengawasan satelit yang baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelestarian Hutan Amazon

Ia juga membantu merancang upaya terbesar dunia untuk melestarikan hutan tropis itu, yaitu Dana Amazon, yang sebagian besar disokong oleh Norwegia. Angka penggundulan hutan pun merosot tajam.

Namun Lula dan Silva berpisah jalan ketika Lula mulai meladeni para petani pada masa kepresidenannya yang kedua. Silva mengundurkan diri dari posisinya sebagai menteri tahun 2008.

Lula tampaknya telah meyakinkan Silva bahwa ia telah mengubah taktiknya, dan Silva pun akhirnya bergabung dengan kampanye Lula, setelah ia menyetujui proposal pelestarian lingkungan Silva. Ketika tampil dalam KTT Iklim PBB, Silva mengatakan bahwa pemerintahan Lula akan melindungi hutan dan memimpin perjuangan memerangi perubahan iklim.

Itu bertolak belakang dengan kebijakan presiden sebelumnya, Jair Bolsonaro, yang mendorong pembangunan di hutan Amazon dan menteri lingkungan hidupnya mundur setelah kepolisian nasional Brasil mulai menyelidiki apakah ia membantu ekspor kayu hasil pembalakan.

Bolsonaro juga membekukan pembentukan kawasan lindung, melemahkan badan-badan lingkungan dan menempatkan manajemen kehutanan di bawah kendali kementerian pertanian. Ia juga mengedepankan bisnis pertanian, yang bertentangan dengan penetapan kawasan lindung seperti wilayah adat dan mendorong legalisasi ‘perampasan tanah.

3 dari 4 halaman

Penelitian: Hutan Amazon Mengeluarkan Lebih Banyak Karbon Daripada yang Diserap

Menurut sebuah studi baru, deforestasi dan perubahan iklim mengubah kemampuan hutan hujan Amazon untuk menyerap karbon.

Dikutip dari BBC, hutan tropis terbesar di dunia telah mulai mengeluarkan lebih banyak CO2 daripada yang mereka serap.

Bagian tenggara hutan tersebut terkena dampak terberuk dengan tingkat kehilangan pohon yang lebih tinggi dan peningkatan jumlah kebakaran, jelas para ilmuwan.

Suhu di sana juga telah meningkat tiga kali lipat rata-rata global selama bulan-bulan terpanas.

Area di planet kita menyerap lebih banyak karbon dari atmosfer -- misalnya, dalam bentuk gas rumah kaca CO2 -- daripada yang mereka simpan dikenal dengan sesuatu yang disebut 'sink'.

Peran yang dimainkan oleh tanah dan hutan di Bumi dala menyerap karbon telah menjadi faktor penting dalam mencegah laju perubahan iklim yang lebih cepat.

Sejak 1960-an, sink ini telah mengambil sektar 25% emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil.

Amazon adalah rumah bagi hutan tropis terbesar di dunia yang telah memainkan peran kunci dalam menyerap dan menyimpan sebagian besar karbon tersebut.

Namun, dampak dari perubahan iklim dan penggundulan hutan yang semakin meningkat berdampak pada penyumbang CO2 yang penting ini.

Pada awal 2021, sebuah penelitian menunjukan bahwa hutan hujan di Brasil melepaskan sekitar 20% lebih banyak CO2 ke atmosfer daripada yang diserap selama periode 2010-2019.

Makalah baru ini menggarisbawahi peruabahan itu dan menemukan bahwa beberapa wilayah hutan hujan adalah "sumber karbon yang terus meningkat" antara 2010 dan 2018.

4 dari 4 halaman

Penemuan yang Tidak Mengejutkan

Sumber karbon adalah area Bumi yang melepaskan lebih banyak karbon daripada yang disimpannya. Para peneliti menggunakan pesawat untuk mengambil sekitar 600 sampel udara di atas bagian-bagian tertentu dari hutan hujan selama bertahun-tahun penelitian.

"Di bagian timur Amazon, yang sekitar 30% mengalami deforestasi, wilayah ini mengeluarkan 10 kali lebih banyak karbon daripada di barat, yaitu sekitar 11% terdeforestasi," kata penulis utama Luciana Gatti dari Institus Nasional Penelitian Luar Angkasa Brasil.

"Ini adalah dampak yang sangat besar, Anda tahu secara langsung karena kita mengeluarkan CO2 ke atmosfer, yang mempercepat perubahan iklim tetapi juga karena mendorong perubahan kondisi musim kemarau dan tekanan pada pohon yang akan menghasilkan lebih banyak emisi."

"Ini adalah umpan balik negatif yang mengerikan yang meningkatkan emisi lebih dari yang kita tahu."

Para peneliti mengatakan bahwa hutan di bagian tenggara Amazon telah sangat terpukul oleh deforestasi dan perubahan iklim.

Di daerah ini, suhu telah meningkat dalam dua bulan terpanas tahun ini sebesar 3,07 celcius, ini kira-kira peningkatan sama yang terlihat di Kutub Utara dan sekitar tiga kali rata-rata global.

"Ini luar biasa," kata Gatti. "Ini benar-benar kejutan untuk lapisan khatulistiwa dunia."

"Ini adalah berita yang sangat buruk bagi semua orang, tetapi terutama untuk Brasil," tambahnya. "Kami memiliki banyak masalah dengan kurangnya curah hujan, seperti listrik dari tenaga air menjadi lebih mahal."

"Kita perlu menghubungkan ini dengan deforestasi Amazon dan mengubah perilaku."

Ilmuwan lain yang bekerja di bidang ini mengatakan bahwa temuan terbaru konsisten dengan perubahan yang telah ditunjukkan oleh berbagai penelitian.

"Deforestasi dan degradasi meningkat, sementara penyerap karbon hutan utuh stabil atau sedikit meningkat," kata Jean-Pierre Wigneron dari Institut Nasional de Recherche Agronominiques Prancis.

"Jadi, menemukan anggaran karbon negatif tidak begitu mengejutkan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.