Sukses

Pertumbuhan Ekonomi China Diprediksi Menurun Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

Kebijakan nol-COVID China telah menghancurkan perekonomian negaranya.

Liputan6.com, Beijing - Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah “sangat mungkin” dialami China tahun ini dan tahun depan, di mana pelonggaran aturan COVID-19 diprediksi akan meningkatkan jumlah infeksi dan menimbulkan kesulitan sementara, kata Kepala IMF Kristalina Georgieva kepada AFP pada Selasa (13/12).

Pernyataan yang disampaikan di sela-sela pertemuan tentang dana IMF baru itu disampaikan ketika China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu, tengah bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19 menyusul pelonggaran pembatasan setelah hampir tiga tahun.

Meskipun kebijakan nol-COVID China telah menghancurkan perekonomian, “pelonggaran pembatasan juga akan menciptakan sejumlah kesulitan selama beberapa bulan ke depan,” kata Georgieva.

Hal ini karena peningkatan kasus infeksi tidak akan terhindarkan, dengan semakin banyaknya orang yang sementara waktu tidak bisa bekerja, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (14/12/2022).

“Tapi mungkin dengan China mengatasi masalah ini pada paruh kedua tahun ini, mungkin akan terjadi peningkatan prospek pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Kebijakan nol-COVID, yang ditandai dengan pemberlakuan lockdown secara mendadak, pembatasan perjalanan ke luar negeri dan tes COVID massal, sangat merugikan konsumen dan pengusaha, sehingga menimbulkan gelombang demonstrasi di kota-kota besar China untuk menentang kebijakan tersebut.

IMF sebelumnya memperingatkan bahwa pembatasan COVID yang ketat sangat memberatkan penduduk China.

Pejabat pemerintahan China mengatakan pada hari Senin (12/12) bahwa kasus COVID melonjak di Beijing, dengan peningkatan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit terjadi di kota itu. Peningkatan kasus di kota-kota yang lebih kecil juga diperbincangkan di media sosial.

IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi China tahun ini pada Oktober lalu menjadi 3,2 persen – angka terendah setelah puluhan tahun, sebelum meningkat menjadi 4,4 persen tahun depan.

Tapi, “kemungkinan besar, kami akan menurunkan proyeksi pertumbuhan China, baik untuk tahun 2022 maupun 2023,” kata Georgieva.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

China Tambah RS dan ICU Akibat Lonjakan COVID-19

Pemerintah Republik Rakyat China menyiapkan lebih banyak fasilitas perawatan intensif untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Persiapan ini diambil setelah pemerintah melonggarkan aturan zero-COVID yang kontroversial.

Dilaporkan CNBC, Selasa (13/12/2022), pekan lalu pemerintah China telah mengadakan pertemuan untuk "mobilisasi penuh" kepada rumah sakit, serta meminta agar staf memastikan efektif dalam beroperasional. Pemerintah juga menambah persediaan obat-obatan.

Para pejabat diberi pesan agar memantau kesehatan warga berusia 65 tahun ke atas.

Provinsi Shaanxi telah menyiapkan 22 ribu kasus rumah sakit untuk COVID-19 dan kapasitas perawatan intensif ditambah 20 persen.

Beijing masih terus melaksanakan tes COVID-19. Masih belum jelas berapa pertambahan kasus, namun berbagai wawancara dan netizen menyebut ada penularan di tempat-tempat bisnis dan sekolah. Sejumlah restoran juga harus tutup.

Salah satu lokasi tes virus di Beijing bahkan tutup karena semua pegawainya terinfeksi.

Secara resmi, angka penularan dilaporkan menurun, namun testing sudah tidak mencakup banyak area karena tes wajib dihentikan di berbagai tempat. Perubahan ini menunjukkan China mulai mengikuti Amerika Serikat dan negara-negara lain yang mengakhiri berbagai pembatasan dan mencoba hidup bersama COVID-19.

Pada hari Minggu (11/12), pemerintah melaporkan 10.815 kasus baru di China, termasuk 8.477 kasus tanpa gejala. Jumlah itu turun dari pekan sebelumnya yang mencapai 40 ribu kasus. Selain itu, Angka 10 ribu kasus terkini hanya mewakili orang-orang yang dites setelah masuk rumah sakit atau saat bekerja di sekolah dan lokasi risiko tinggi lainnya.

3 dari 4 halaman

Update COVID-19 12 Desember 2022: Kasus Baru Tambah 1.225

Kasus baru COVID-19 di Indonesia hari ini, Senin, 12 Desember 2022 mengalami penambahan 1.225. Tambahan hari ini membuat sudah ada 6.700.015 kasus COVID-19 selama lebih dari 2,5 tahun pandemi melanda.

Bila merujuk data Kementerian Kesehatan hingga pukul 12.00 WIB, penambahan kasus COVID-19 hari ini, DKI Jakarta menyumbangkan kasus terbanyak yakni 438. Provinsi tetangga yakni Jawa Barat menambahkan 290 sebagai terbanyak kedua. 

Kasus aktif saat ini ada 37.155. Mereka tengah menjalani isolasi mandiri dan ada juga yang berad di rumah sakit karena sakit COVID-19.

Kasus sembuh hari ini dua kali lipat lebih banyak dari kasus baru COVID-19. Tercatat ada 3.848 orang sembuh dari infeksi virus SARS-CoV-2. Total sudah ada 6.502.605 kasus kesembuhan selama pandemi mendera.

Meski terjadi penurunan kasus baru COVID-19, jumlah rang yang eninggal masih di angka puluhan. Tercatat hari ini ada 31 orang meninggal akibat COVID-10. Sehingga sudah ada 160.255 orang meninggal karena SARS-CoV-2.

4 dari 4 halaman

Capaian Vaksinasi

Indonesia memiliki target sasaran vaksinasi COVID-10 sebesnar 234,6 juta. Vaksinasi pertama hingga hari ini, 12 Desember 2022 sudah mencapai 203,8 juta orang. Sisanya teurs digenjot demi meningkatkan imunitas terhadap COVID-19.

Berikut rincian penambahan vaksinasi hari ini:

Vaksinasi 1Tambah 6.031, Akumulasi 203.833.159

Vaksinasi 2

Tambah 10.064, Akumulasi 174.449.231

Vaksinasi 3

Tambah 16.959, Akumulasi 67.522.970

Vaksinasi 4

Tambah 1.377, Akumulasi 1.018.280

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.