Sukses

Pesta Halloween Kini Halal di Arab Saudi, Warga Antusias Merayakan

Kerajaan Arab Saudi terus bergerak ke arah yang lebih moderat.

Liputan6.com, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi semakin moderat. Setelah sebelumnya Hari Natal dan Hari Valentine semakin meraih, kini giliran festival Halloween

Acara ini digelar di Boulevard dan direstui otoritas hiburan Arab Saudi. Anak-anak juga antusias berpartisipasi mengenakan kostum-kostum bertema horror atau tokoh serial televisi, seperti topeng Scream dan Hatsune Miku. 

Penasihat Kerajaan Arab Saudi dan Ketua Otoritas Hiburan Umum Arab Saudi, Turki Alalshikh, membagikan video-video kemeriahan festival Halloween di Arab Saudi. Setting terlihat cukup teratur, dan sejumlah sarana publik juga dihias dengan ornamen horor. Acara ini berhasil menarik kehadiran warga.

Selain Halloween, Turki Alalshikh turut membagikan kabar konser grup K-Pop Blackpink yang akan digelar di Arab Saudi. Blackpink akan tampil di Mrsool Park, Riyadh, pada Januari 2023. Tiket mulai dijual pada 2 November 2022. 

Arab Saudi ternyata juga suka dengan anime. Terbukti Anime Expo yang meraih juga digelar. Setting Jejepangan pun dimunculkan di Boulevard.

Sejak Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) berkuasa, pemerintahan Arab Saudi terus bergerak ke arah moderasi sosial dan budaya. Pangeran MbS juga diketahui aktif berinvestasi di luar negeri, serta mendukung Visi 2030 agar negaranya bisa berkembang tanpat terus bergantung pada sumber daya alam saja.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korea Selatan Berkabung Nasional

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengumumkan masa berkabung nasional pada Minggu (30 Oktober) setelah pesta Halloween menewaskan lebih dari 150 orang di kawasan hiburan malam yang padat di Seoul.

Dilansir Channel News Asia, Senin (31/10), Yoon menyatakan belasungkawa kepada para korban, kebanyakan remaja dan orang-orang berusia 20-an, dan keinginannya untuk pemulihan yang cepat bagi banyak orang yang terluka dalam salah satu bencana terburuk di Korea Selatan dan aksi desak-desakan terburuk di dunia dalam beberapa dekade. 

"Ini benar-benar tragis," katanya dalam sebuah pernyataan. 

"Tragedi dan bencana yang seharusnya tidak terjadi terjadi di jantung kota Seoul tadi malam."

Kerumunan besar yang merayakan di distrik Itaewon yang populer melonjak ke sebuah gang pada Sabtu malam, kata pejabat darurat, menambahkan jumlah korban tewas bisa meningkat.

Choi Sung-beom, kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Yongsan, mengatakan lebih dari 150 kematian telah dikonfirmasi, termasuk 22 orang asing. Dia mengatakan kepada pengarahan di tempat kejadian bahwa 82 orang terluka, 19 di antaranya serius.

Keluarga dan teman-teman dari korban pun putus asa mencari kabar dari orang-orang terkasih di pusat-pusat komunitas yang telah menjadi fasilitas darurat bagi orang hilang.

 

3 dari 4 halaman

Tragedi Itaewon: Amankah Pergi ke Korea Selatan? Serta Pelajaran Bagi Event Lokal

Tragedi Itaewon di Korea Selatan dinilai bisa dicegah apabila ada pengamanan yang mumpuni, termasuk dalam segi rekayasa lalu lintas. Akibat tragedi pada 29 Oktober 2022, lebih dari 150 orang meninggal di Itaewon. 

Para korban meninggal karena berdesak-desakan. Para korban lantas sesak nafas hingga henti jantung. 

Menurut The Korea Herald, festival Halloween Itaewon merupakan event tahunan yang memang jor-joran dipromosikan di area tersebut. Ini adalah festival Halloween Itaewon pertama yang digelar tanpa pembatasan COVID-19. 

Pemerintah Korea Selatan turut berkata kehadiran lebih banyak polisi kemungkinan tak bisa mencegah tragedi Itaewon. Yonhap melaporkan pihak kepolisian mengakui sulit menangani acara tanpa organizer yang jelas ini.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno berkata yang seharusnya dilakukan adalah menyediakan link pendaftaran agar mengetahui berapa yang akan hadir serta untuk memahami kapasitas area.

"Sangat disayangkan sebetulnya, apalagi acaranya gak jelas waktu itu kapasitasnya berapa orang, kemudian tak terinformasikan dengan baik apakah tidak ada penutupan jalan atau pengamanan yang beroperasi di sana untuk membatasi orang atau pengunjung untuk masuk ke situ," ujar Pauline Suharno kepada Liputan6.com, Senin (31/10).

Pauline berkata meski tidak ada tiket yang dijual, seharusnya ada pendaftaran agar otoritas setempat bisa mengetahui animo masyarakat.

Ia menyebut masyarakat Korea Selatan sedang euforia karena pelonggaran aturan COVID-19, sehingga sedang jor-joran ingin pesta. Namun, ia menyayangkan tragedi ini tak bisa dicegah pihak berwenang.

"At least kalau misalnya memang tidak ada tiket yang dibeli pun tak apa, tapi paling tidak ada pendaftaran supaya bisa ketahuan kapasitasnya berapa, dan animonya seperti apa. Sangat disayangkan hal itu tidak dilakukan," jelas Pauline. 

4 dari 4 halaman

Masih Aman ke Korsel

Lebih lanjut, Pauline berkata semestinya untuk acara besar ada personel keamanan dan medis yang bersiaga di area. Hal ini disebut penting juga untuk dipelajari bagi Indonesia. 

Panitia lokal pun diharapkan menyiapkan anggaran untuk memastikan keamanan acara dan pengunjung. Namun, Pauline berkata kadang-kadang panitia malah cuek karena merasa sudah punya izin keramaian. 

"Kalau tidak kita membayar keamanannya sendiri, kan enggak ada yang ngurusin kita. Jadi kita mau enggak mau sebagai organizer harus membayar, harus mau membayar untuk biaya pengamanan, sehingga akan ada orang-orang profesional yang membantu kita mengatasi hal-hal tersebut," jelas Pauline. 

"Seperti sisi medis, harus ada ambulans standby. Harus ada ini. Harus ada itu. Lalu pengamanan bukan cuman dengan izin keramaian sudah cukup," tegasnya.

Terkait kunjungan ke Korea Selatan, Pauline berkata kunjungan ke negara tersebut masih aman, meski ia menyayangkan tragedi Itaewon.

Pauline lantas menyarankan agar warga yang ingin wisata ke luar negeri agar mendaftar ke travel agent supaya bisa didampingi travel guide yang tersertifikasi untuk menjaga keamanan.

"Kami selalu menyarankan pengunjung itu untuk membeli paket travel agent," ujar Pauline.

"Ada guide, ada transportasi, ada orang lokal yang mendampingi. Dengan adanya orang lokal yang mendampingi paling enggak orang itu bisa memberikan informasi do's and don'ts, dan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.