Sukses

AS Tolak Klaim Rusia yang Tuduh Ukraina Sebarkan Radioaktif

Amerika Serikat mengatakan pihaknya menolak klaim bahwa Ukraina bersiap meledakkan radio aktif.

Liputan6.com, Washington D.C - Amerika Serikat mengatakan pihaknya menolak klaim bahwa Ukraina bersiap meledakkan sebuah bom kotor.

Rusia berkukuh atas tuduhannya bahwa Ukraina mungkin tengah bersiap meledakkan apa yang disebut sebagai bom kotor, yang menyebarkan bahan radioaktif, meskipun Ukraina, AS, Inggris dan Prancis telah membantah klaim tersebut.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Senin (24/10) mengatakan AS “khawatir tuduhan palsu ini dapat digunakan sebagai dalih Rusia untuk eskalasi lebih lanjut. Dan kami telah dengan jelas mengutarakan kekhawatiran tersebut.”

Lebih lanjut, militer Rusia mengatakan pihaknya telah menyiapkan pasukan untuk menghadapi kemungkinan penggunaan bom kotor oleh Ukraina dalam sebuah serangan yang nantinya akan mengambinghitamkan Rusia. Klaim itu juga telah ditolak keras oleh AS dan sekutunya, dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (26/10/2022).

Ukraina telah menolak klaim Moskow sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari rencana Rusia sendiri untuk meledakkan bom kotor. Sekutu-sekutu Ukraina juga menolak klaim Rusia yang dianggap “terang-terangan keliru.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

AS: Iran Ikut Bantu Rusia Kirim Serangan ke Ukraina

Gedung Putih telah menuduh Iran terlibat langsung di Krimea yang diduduki Rusia, dengan membantu melatih pasukan negara itu menggunakan drone buatan Iran yang telah digunakan dalam serangan di Ukraina. 

Dilansir Al Jazeera, Jumat (21/10/2022), Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada hari Kamis bahwa “sejumlah kecil” personel Iran beroperasi di wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.

“Teheran sekarang terlibat langsung di lapangan dan melalui penyediaan senjata yang berdampak pada warga sipil dan infrastruktur sipil di Ukraina,” kata Kirby.

“Amerika Serikat akan melakukan segala cara untuk mengungkap, menghalangi, dan menghadapi penyediaan amunisi ini oleh Iran terhadap rakyat Ukraina.”

Sementara itu, Teheran telah membantah memasok Moskow dengan drone atau membantu meluncurkannya.

Rusia telah melakukan serangan pesawat tak berawak mematikan di seluruh Ukraina, tetapi Kremlin telah menolak laporan bahwa mereka menggunakan senjata Iran.

Berbicara setelah pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Rabu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy bersikeras bahwa senjata itu dibuat di Rusia dan mengutuk "tuduhan tak berdasar dan teori konspirasi".

Kirby mengatakan pada hari Kamis, bagaimanapun, bahwa sistem pesawat tak berawak Iran “mengalami kegagalan dan tidak berkinerja sesuai standar yang tampaknya diharapkan pelanggan”, yang mendorong intervensi di lapangan.

3 dari 4 halaman

AS Tetap Tegas Soal Sanksi

Kirby menambahkan bahwa Washington akan “terus dengan penuh semangat menegakkan semua sanksi AS terhadap perdagangan senjata Rusia dan Iran”.

Inggris dan Uni Eropa mengumumkan sanksi mereka sendiri terhadap Iran pada hari sebelumnya atas aksi drone.

Tuduhan drone terhadap Iran datang ketika AS dan sekutunya terus menjatuhkan sanksi terhadap berbagai pejabat Iran dan lembaga negara atas tindakan keras terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah di negara itu.

4 dari 4 halaman

Uni Eropa Jatuhkan Sanksi ke Entitas Iran

Uni Eropa pada Kamis (20/10) setuju untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap beberapa entitas yang memasok drone Iran untuk Rusia yang digunakan dalam menyerang Ukraina.

Ceko, yang menjabat presiden Uni Eropa, mengumumkan kesepakatan itu dalam cuitan Kamis. Kesepakatan itu muncul setelah pembicaraan tiga hari dengan para duta besar Uni Eropa dan dijadwalkan mulai berlaku pada Kamis siang.

Disebutkan bahwa Uni Eropa membekukan aset tiga individu dan satu entitas “yang bertanggung jawab atas pengiriman drone.”

Ditambahkan pula bahwa Uni Eropa siap memperpanjang sanksi-sanksi terhadap empat entitas Iran yang telah dikenai sanksi sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.