Sukses

Bos Pentagon Siap Dukung Taiwan Kembangkan Pertahanan Diri dari Invasi China

Selain mempertimbangkan sanksi untuk Tiongkok, AS melalui Pentagon memberikan dukungannya pada Taiwan dalam pengembangan pertahanan diri dari Beijing

Liputan6.com, Washington- Amerika Serikat akan membantu Taiwan “mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan diri” terhadap invasi Beijing, kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat Llyod Austin pada Minggu 2 Oktober 2022. 

“Kami berkomitmen untuk membantu Taiwan mengembangkan kemampuan pertahanan diri,” kata Austin dalam wawancaranya dengan CNN. Washington secara historis mempertahankan kebijakan “strategic ambiguity” mengenai apakah akan melakukan intervensi militer jika Taiwan diserang Beijing. 

Saat ditanya dalam sebuah wawancara dengan CBS September lalu apakah pasukan AS akan membela Taiwan, Biden menjawab “ya”, jika itu adalah “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Sejalan dengan komentar Biden, Austin juga ditanya oleh pembawa acara CNN, Fareed Zakaria, apakah militer AS sedang bersiap untuk mengirim pasukan ke Taiwan, tetapi dia menolak untuk menjawab secara langsung, seperti dikutip dari laman South China Morning Post, Senin (3/10/2022).

"Militer Amerika selalu siap untuk melindungi kepentingan negara dan memenuhi komitmen negara. Saya pikir presiden sudah memberikan jawabannya dengan jelas saat dia menanggapi pertanyaan hipotetis," kata Austin.

"Tapi, sekali lagi, kami terus berupaya memastikan bahwa kami memiliki kemampuan yang tepat di tempat yang tepat, dan untuk memastikan bahwa kami membantu sekutu kami mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ungkap Austin.

"Ambiguitas strategis" Washington dirancang untuk menangkal invasi Tiongkok dan untuk mencegah Taiwan memprovokasi Beijing dengan mendeklarasikan kemerdekaan secara resmi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kebijakan Terhadap Taiwan Tidak Berubah

Ketika ditanya apakah komentar Biden berarti perubahan dalam kebijakan itu, juru bicara Gedung Putih mengatakan pada saat itu: "Presiden telah mengatakan hal ini sebelumnya, termasuk di Tokyo awal tahun ini. Dia juga menjelaskan bahwa kebijakan kami terhadap Taiwan itu tidak berubah. Itu tetap benar.”

Selama kunjungan ke Jepang Mei lalu, Biden ditanya apakah dia akan menempatkan pasukan AS di Taiwan dan dia menjawab "ya".

"Itulah komitmen yang kami buat," tambah Austin.

Austin mengatakan kepada CNN bahwa dia tidak melihat "adanya ancaman yang akan segera terjadi" dari invasi Tiongkok ke Taiwan.

Tetapi peningkatan aktivitas militer di Selat Taiwan menunjukkan bahwa Beijing tengah bergerak untuk membangun " keadaan normal baru", katanya.

Washington memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan pada 1979, mengubah pengakuan ke Beijing sebagai satu-satunya perwakilan Tiongkok. Tetapi pada saat yang sama, AS mempertahankan peran yang menentukan dalam mendukung Taiwan.

Di bawah undang-undang yang disahkan oleh Kongres, AS diharuskan untuk menjual pasokan militer Taiwan untuk memastikan pertahanan dirinya terhadap angkatan bersenjata Beijing yang jauh lebih besar.

3 dari 4 halaman

Amerika Serikat Rencanakan Sanksi Militer untuk China Agar Tak Serang Taiwan

Sementara itu, upaya lain AS adalah pertimbangan mereka untuk menerapkan sepaket sanksi terhadap China, untuk mencegah China menyerang Taiwan. Selain China, Uni Eropa juga berada di bawah tekanan diplomatik dari Taipei untuk melakukan hal yang sama.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (14/9/2022), menurut beberapa sumber, pertimbangan Washington dan lobi terpisah Taipei terhadap Uni Eropa masih berada dalam tahap awal. Hal tersebut dilakukan sebagai kekhawatiran atas invasi Tiongkok yang tumbuh ketika ketegangan militer di Selat Taiwan meningkat.

Dalam kedua kasus tersebut, gagasannya adalah untuk menjatuhkan sanksi di luar langkah-langkah yang telah diambil di Barat untuk membatasi beberapa perdagangan dan investasi dengan Tiongkok dalam teknologi yang sensitif seperti chip komputer dan peralatan telekomunikasi.

Sumber-sumber tersebut tidak memberikan rincian detal terkait hal-hal apa saja yang sedang dipertimbangkan. Akan tetapi, munculnya gagasan terkait pemberian sanksi terhadap negara dengan ekonomi terbesar di dunia menimbulkan banyak pertanyaan.

"Potensi pengenaan sanksi terhadap Tiongkok adalah tindakan yang jauh lebih kompleks daripada sanksi terhadap Rusia, mengingat keterikatan erat AS dan sekutunya dengan ekonomi Tiongkok," kata Nazak Nikakhtar, mantan pejabat senior Departemen Perdagangan AS.

Sebenarnya, Amerika Serikat, yang didukung oleh NATO, memberikan pendekatan yang serupa terhadap Rusia pada bulan Januari dengan ancaman sanksi yang tidak ditentukan, tetapi hal tersebut gagal menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak menginvasi Ukraina.

4 dari 4 halaman

Taiwan Menolak Keras Kedaulatan Tiongkok

Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan bulan lalu menembakkan rudal di atas pulau itu dan kapal perang berlayar melintasi perbatasan laut tidak resmi mereka, setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taipei. China melihat hal tersebut sebagai provokasi.

Presiden China Xi Jinping bersumpah untuk menyatukan kembali Taiwan yang telah dikelola secara demokratis dan ia tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekuatan militer untuk merebutnya. Karena pemerintah Taiwan menolak keras klaim kedaulatan Tiongkok.

Menurut seorang pejabat AS yang berkoordinasi erat dengan Washington, para pejabat kabarnya sedang mempertimbangkan beberapa opsi-opsi sanksi untuk dijatuhkan pada China dengan tujuan untuk mencegah Xi menyerang Taiwan.

Pembicaraan Amerika Serikat terkait dengan sanksi ini dimulai sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari. Mereka kemudian memiliki urgensi baru setelah Tiongkok bereaksi terhadap kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan.

Gedung Putih berfokus untuk membuat negara-negara yang lain berada di tempat yang sama, termasuk adanya koordinasi antara Eropa dan Asia, dan menghindari provokasi terhadap Beijing, kata pejabat non-AS tersebut.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.