Sukses

Adolf Xitler hingga Winnie the Pooh, Ada 564 Nama yang Disensor China karena Xi Jinping

Adolf Xitler, Winnie the Pooh dan CoronaXi adalah di antara ratusan nama panggilan pemimpin China Xi Jinping yang dilarang dari aplikasi media sosial China.

Liputan6.com, Beijing - Adolf Xitler, Winnie the Pooh dan CoronaXi adalah di antara ratusan nama panggilan pemimpin China Xi Jinping yang dilarang dari aplikasi media sosial China.

Jangan harap bisa menemukan nama-nama ini lagi saat menjelajahi internet untuk mencari meme, video satir, dan komentar negatif tentang presiden China.

Diidentifikasi ada sekitar 564 nama panggilan dan istilah sensitif yang terkait dengan Xi Jinping selama periode dua bulan pada tahun 2020 dan ini kini telah disensor.

Ratusan nama terlarang ini diungkap dalam data sensor milik pemerintah yang bocor. Aplikasi media sosial China -- mirip Instagram -- bernama Xiaohongshu mengidentifikasi hal ini.

Dokumen setebal 143 halaman menunjukkan bahwa aplikasi tidak hanya mengawasi konten yang dibagikan di platformnya sendiri, tetapi juga secara aktif memantau berita dan mengembangkan strategi untuk mencegah topik yang berpotensi sensitif menyebar di platform mereka.

Disebutkan bahwa ada upaya ekstrem yang dilakukan oleh media sosial China untuk mengendalikan opini publik.

File tersebut mencakup lebih dari dua minggu "log sentimen publik" dari Mei 2020, di mana moderator konten menandai berita yang berpotensi mendapatkan daya tarik dan mengidentifikasi kata kunci secara manual untuk dilarang diperbicarakan, sehingga sensor aplikasi perangkat dapat memfilter konten terkait secara lebih efektif.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Ada Tanggapan Lebih Lanjut

“Saya belum pernah mendengar hal seperti itu ketika saya bekerja di Weibo pada tahun 2011. Kami hanya menerima pesanan dan menghapus hal-hal yang sesuai, alih-alih membuat prediksi berdasarkan topik sensitif,” kata Eric Liu, mantan moderator konten.

Liu sekarang menjadi analis untuk situs berita Amerika-China Digital Times, yang memperoleh dokumen dari grup Telegram.

Xiaohongshu tidak segera menanggapi permintaan komentar, tulis VICE World News.

Meskipun Xiaohongshu menampilkan konten gaya hidup dan perjalanan, moderatornya harus memantau peristiwa terkini, termasuk bencana alam, insiden kesehatan dan keselamatan masyarakat, protes dan pemogokan, skandal pemasaran, serta peristiwa politik.

Dalam laporannya itu, Xiaohongshu mencatat rata-rata ada sekitar 30 peristiwa yang terkena sensor setiap harinya dan menerima instruksi khusus tentang cara menangani hal-hal tertentu.

 

3 dari 3 halaman

Pengawasan Pemberitaan Publik

Misalnya, dalam berita pelecehan seksual. Pihak berwenang diminta berhati-hati mengawasi pemberitaan setelah laporan pelecehan yang dialami 20 siswa laki-laki oleh seorang guru pria selama satu dekade tersebar ke publik.

Petugas sensor diminta memantau ketat aliran informasi dan forum diskusi di media sosial terkait kasus itu, terutama soal potensi penyebaran konsep homoseksual di media sosial.

Contoh kasus lain yakni saat protes terjadi di pusat perbelanjaan di Hong Kong. Pihak berwenang China meminta para pengawas konten memeriksa setiap latar video-video demonstrasi yang beredar jangan sampai graffiti atau slogan protes terhadap pemerintah China terlihat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.