Sukses

HEADLINE: Hasil Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Misi Perdamaian Sukses?

Liputan6.com, Jakarta - Membawa misi perdamaian, Presiden Jokowi menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dengan pengawalan ketat, Jokowi megunjungi dua negara bertikai itu melalui Polandia.

Saat pertemuan di Kiev pada Rabu 29 Juni, Jokowi menawarkan untuk menyampaikan pesan dari Zelensky kepada Putin untuk mencoba meningkatkan harapan perdamaian. "Saya menawarkan diri untuk membawa pesan dari Presiden Zelensky untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera."

Jokowi juga menyampaikan kepeduliannya terhadap dampak perang bagi kemanusiaan. Dengan kemampuan yang ada, rakyat dan pemerintah Indonesia berusaha memberikan kontribusi bantuan termasuk obat-obatan dan komitmen rekonstruksi rumah sakit di sekitar Keiv, Ukraina.

"Penting bagi semua pihak untuk memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan laut. Saya mendukung upaya PBB dalam hal ini," ucap Jokowi.

Volodymyr Zelensky pun mengucapkan terima kasih kepada Jokowi yang telah datang ke Ukraina, dan mencatat bahwa ini adalah kunjungan pertama Presiden Indonesia ke Ukraina dalam sejarah hubungan diplomatik.

"Dan ini, omong-omong, adalah kunjungan pertama pemimpin negara Asia ke Kiev sejak awal perang Rusia skala penuh. Kami sangat menghargainya dan berterima kasih kepada Anda," kata Zelensky saat pidato pernyataan pers bersama dengan Jokowi.

Menurut Zelensky, pertemuan dengan Jokowi merupakan langkah penguatan koalisi negara-negara anti-perang global yang dapat memulihkan dan menjamin stabilitas dunia.

Usai dari Kiev, Jokowi langsung bertolak ke Moskow menemui Putin. Ia mengakui, walaupun situasi antara Rusia dan Ukraina saat ini masih sangat sulit namun penyelesaian damai penting untuk terus di kedepankan dan juga ruang-ruang dialog terus bisa dibuka.

"Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelensky untuk Presiden Putin, dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin tersebut," kata Jokowi dalam konferensi pers bersama dengan Vladimir Putin pada Kamis 30 Juni. 

Menurut Jokowi, isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia. "Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, saya melakukan kunjungan ke Kiev dan ke Moskow."

Usai melakukan pertemuan, Putin mengaku senang atas kunjungan Jokowi ke negaranya. "Kami sangat senang menyambut Presiden Republik Indonesia di Kremlin. Ini adalah kunjungan pertama Jokowi ke Moskow sebagai Presiden. Kami senang Anda ada di sini," ungkap Putin. 

"Izinkan saya menekankan bahwa Indonesia adalah salah satu mitra utama kami di Asia-Pasifik. Hubungan Rusia-Indonesia bersifat konstruktif dan saling menguntungkan dan terus berkembang atas dasar tradisi persahabatan dan bantuan timbal balik yang telah berlangsung lama."

"Mari saya ingatkan bahwa negara kita membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi republik muda di kancah internasional," Putin memungkasi

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengucap syukur atas sukses dan kelancaran perjalanan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia. "Alhamdulillah, perjalanan mendampingi presiden Jokowi dan ibu negara ke Kiev, Ukraina (29/6) berjalan lancar dan selamat," tulis Retno Marsudi dalam akun Instagramnya.

Setelah selesai membawa misi perdamaian ke kedua negara yang tengah berkonflik, Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Iriana Jokowi tiba di Bandar Udara Internasional Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab (PEA) Jumat (1/7/2022) sekitar pukul 02.15 waktu setempat.

Pengamat Hubungan Internasional Anton Aliabbas menilai misi yang dibawa Presiden Jokowi sebenarnya tak lepas dari agenda Presidensi G-20 yang akan digelar di Bali pada November 2022 mendatang. Sebagai pemegang Presidensi G-20, ancaman walkout negara lain atau ketidakhadiran Rusia saat gelaran G-20 dapat berpengaruh terhadap kredibilitas Indonesia maupun keputusan yang akan dihasilkan. 

"Jadi kunjungan (misi perdamaian) ini juga tidak bisa dilepaskan dari upaya melancarkan perhelatan G-20," kata Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) ini.

Selain itu, lanjut Anton, Jokowi juga ingin meninggalkan warisan yang baik dalam sejarah kepresidenan Indonesia. Jokowi ingin menorehkan sejarah sebagai pemimpin bangsa yang ikut andil dalam mendamaikan konflik antar negara. 

Menurut Anton, selama 5 tahun periode awal pemerintahan, Jokowi lebih banyak menghabiskan kepemimpinannya dalam penguatan diplomasi bilateral. Akan tetapi, pola tersebut dikembangkan pada periode kedua dengan meningkatkan aktivitas pelaksanaan politik luar negeri dalam forum multilateral. 

"Kunjungan ke Ukraina dan Rusia ini merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan amanat pembukaan UUD 1945 yakni ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia," jelas dia.

Anton meyakini, Jokowi tentu sadar jika langkah yang dilakukannya dengan mendatangi Kyiv dan bertemu Presiden Ukraina Zelensky cukup berisiko. Sebab, perang masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Apalagi, Rusia masih aktif melakukan serangan ke sejumlah tempat.

"Jadi apa yang dilakukan Jokowi mendatangi dua negara bertikai tentu saja merupakan rangkaian dari upaya untuk menengahi konflik tersebut. Sikap imparsialitas yang ditunjukkan Jokowi dengan aktif menemui dua pemimpin bertikai memang dibutuhkan oleh pihak yang menawari diri sebagai potensial mediator," beber Anton.

Meski misi perdamaian Jokowi sudah selesai, namun menurut Anton, sebenarnya saat ini bukan momentum yang tepat untuk mendorong adanya perundingan damai. Hal itu dikarenakan, Rusia dan Ukraina belum berada pada posisi hurting stalemate atau titik lelah eskalasi konflik bersenjata. 

"Di sisi lain, ripe moment atau masa yang 'matang' untuk memaksa kedua belah pihak duduk di meja perundingan juga belum terbentuk. Meski demikian, peluang untuk terjadinya perundingan damai tetap dapat terjadi," urai Anton.

Salah satunya adalah melalui pendekatan yang intensif kepada para pihak bertikai untuk mau duduk berunding.

"Jokowi punya kans untuk memainkan peranan itu. Tinggal sejauh mana kesiapan dan keseriusan Indonesia untuk menawarkan diri sebagai mediator perundingan damai," Anton menutup.

Menurut Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana, Zelensky dan Putin tampak antusias atas kehadiran Jokowi. Hal itu karena dua negara tersebut sudah lelah dalam perang.

Dan bagi Rusia, lanjutnya, mereka butuh Presiden Jokowi agar mereka memiliki alasan untuk menghentikan serangan. "Rusia tidak ingin mengulangi kebodohan AS yang keluar secara tiba-tiba dari Afghanistan."

Hikmahanto mengatakan, diplomasi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia diharapkan dapat menghasilkan gencatan senjata, utamanya pengakhiran serangan oleh Rusia. "Perjalanan Presiden sangat positif dan mudah-mudahan menghasilkan genjatan senjata, utamanya pengakhiran serangan oleh Rusia," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Ia menilai, kunjungan Jokowi sangat berpotensi menghadirkan gencatan senjata dengan gambaran besar akan terjadi krisis pangan di negara-negara berkembang, karena perang berdampak pada rantai pasokan gandum dan pupuk.

"Ini yang Bapak Presiden sampaikan dalam pertemuan G7, pertemuan dengan Presiden Zelensky dan Presiden Putin," kata Hikmahanto.

Pertemuan Jokowi dengan Zelensky dan Putin, sambung dia, terlepas dari alasan pihak-pihak yang terlibat dalam perang termasuk AS dan sekutunya, esensinya ingin menyampaikan bahwa perang akan membawa penderitaan pada rakyat banyak di negara berkembang dan karenanya perang harus dihentikan.

Tentu gencatan senjata tidak akan dirasakan langsung tetapi perlahan-lahan intensitas serangan akan berkurang. "Nanti kita akan lihat Ukraina bisa lakukan ekspor gandum dan Rusia juga bisa ekspor pupuk ke negara-negara berkembang," imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Misi Perdamaian Jokowi Sukses?

Keuksesan misi perdamaian yang dibawa Presiden RI Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia menuai perdebatan. Menurut Pengamat hubungan international sekaligus pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, misi Jokowi sukses saat dilihat dari bagaimana Presiden Jokowi diterima oleh Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin.

"Ya, sukses dilihat dari penerimaan dari Zelensky dan Vladimir Putin yang aman, sangat positif dan penuh gesture hormat pada Presiden Jokowi, kata Dinna saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (1/7/2022).

"Pesan damai tersampaikan, permintaan Indonesia soal pangan dan energi diterima. Kemungkinan besar kecuali ada dinamika lain dari G7, Ukraina dan Rusia akan hadir di G20 summit."

Dinna turut menyebut bahwa tugas Indonesia setelah pertemuan dengan pemimpin Ukraina dan Rusia adalah upaya untuk menciptkan kembali perdamaian dengan negara-negara di kawasan.

"Joko Widodo merapatkan barisan pendukung perdamaian dan multilateral approach to war di kawasan dan di tingkat global, termasuk dengan negara-negara nonblok."

Dalam pernyataan pers-nya usai bertemu dengan Zelensky maupun Putin, Jokowi tidak menyebutkan permintaan soal gencatan senjata. Apakah gencatan senjata masih dari kata jauh?

Dinna Prapto Raharja menjawab bahwa tidak disebutnya pada media bukan berarti tidak diangkat.

"Dalam situasi saat ini, penuh ketegangan dan ketidakpastian, Presiden Joko Widodo kemungkinan besar menghindar dari megaphone diplomacy (diplomasi yang mengungkap segala detil ke media demi menekan negara-negara lain) agar hasilnya lebih positif dan dialog damai dibuka dahulu."

"Lagipula sumber masalahnya bukan Rusia vs Ukraina, ada masalah NATO, EU, US-NATO juga."

Sementara itu, Dosen HI dan Kajian Eropa Timur dari Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra menilai kesuksean kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia bisa dilihat dari dua sisi.

"Ada aspek suksesnya, tapi juga ada aspek gagalnya. Suksesnya terkait aktivisme Indonesia dan pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif. Selama ini kan hanya "bebas-nya" saja yang didorong, tapi sekarang juga telah mencoba berkontribusi aktif," ujar Radityo yang saat ini sedang menjadi peneliti doktoral di University of Tartu, Estonia saat dihubungi Liputan6.com.

"Juga bagus untuk image pak Jokowi secara domestik maupun di antara negara-negara berkembang, karena sudah membawa isu pangan."

"Gagalnya lebih karena harapan yang terlalu tinggi dari masyarakat dan dari narasi pemerintah kita sendiri sebagai 'juru damai.' Belum ada arah pada perdamaian. Malah, ada banyak miskom yang terjadi kalau Indonesia mau memainkan peran sebagai juru damai."

Radityo memberi contoh misalnya, ucapan pak Jokowi soal dia membawa pesan dari Zelensky itu dikritik Jubir Zelensky, yang mengatakan bahwa semua pernyataan Zelensky akan disampaikan secara publik.

"Bahkan, ucapan Jokowi soal Putin yang memberi jaminan soal pangan dan pupuk itu juga tidak ada di pernyataan resmi Putin."

Terpisah, Ketua Foreign Policy of Indonesia Dino Patti Djalal menyatakan, kalau ukurannya adalah misi perdamaian, maka harus jujur diakui kunjungan ke Ukraina dan Rusia ini belum mencapai terobosan.

"Mengapa? karena nampaknya dari pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Zelensky dan Presiden Putin hanya presiden Zelensky yang menyambut baik dan merespons misi perdamaian ini ya. Dalam arti Presiden Zelensky menyampaikan pesan kepada Presiden Putin melalui Presiden Jokowi, dan juga menyatakan menghargai posisi dan sikap dan upaya Presiden Jokowi," kata Dino kepada Liputan6.com.

Tetapi sewaktu di Moskow, sambungnya, Presiden Putin dalam Konferensi pers sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian dan yang dirujuk hanya adalah mengenai hubungan ekonomi Indonesia Rusia dan juga mengenai ekspor gandum Ukraina. "Jadi tidak sama sekali merujuk pada misi perdamaian Presiden Jokowi."

"Sementara itu presiden Putin terus melanjutkan aksi militer dan perang di Ukraina. Jadi dari segi misi perdamaian saya tidak melihat adanya terobosan, karena kalau misi perdamaian itu berarti konsep perdamaian diterima oleh kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia," ungkap Dino.

Ia menilai, yang responsif dalam misi Jokowi hanya Ukraina, sementara Putin sama sekali tidak merespons gagasan atau upaya perdamaian dari Indonesia ini. "Jadi itu realitanya itu faktanya, tentu kita tidak perlu kecil hati karena sekjen PBB pun juga macet, tidak ada terobosan yang signifikan dan juga Presiden Turki Erdogan pun yang melakukan upaya fasilitasi atau mediasi antara Rusia dan Ukraina dan juga belum mencapai terobosan."

Menurut Dino, kalau memang Pemerintah Indonesia serius dan misi perdamaian mau berlanjut terus maka harus ada langkah-langkah berikutnya. Karena proses perdamaian di manapun di dunia ini memerlukan sikap yang konsisten dan persisten yang gigih.

"Tidak ada perdamaian yang tercapai hanya dalam satu kunjungan atau dalam satu hari dua hari ya. Upaya Indonesia mendamaikan konflik di Kamboja misalnya memakan waktu bertahun-tahun yang dengan kegigihan yang luar biasa gitu," ujarnya.

"Menurut saya tetap perlu ditunjuk suatu special envoy yang bisa fokus melakukan follow up terhadap hal-hal yang digarap oleh kunjungan ke Rusia dan Ukraina dan juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak lain di dunia internasional yang ikut terlibat dalam hal ini," Dino memungkasi.

3 dari 4 halaman

Pertemuan Jokowi dengan Volodymyr Zelensky

Rampung sudah kunjungan Jokowi ke Ukraina pada Rabu 29 Juni 2022. Presiden Republik Indonesia itu kini tengah menuju Rusia untuk misi menjembatani perdamaian antar kedua negara yang tengah berperang tersebut.

Berikut ini rangkuman fakta kunjungan Jokowi ke Ukraina, mengutip sejumlah sumber pada Kamis (30/6/2022):

1. Berangkat dari Polandia ke Ukraina dengan Kereta

Berdasarkan siaran pers Sekretariat Presiden, Jokowi dan Ibu Negara Iriana beserta delegasi tiba di Bandar Udara Internasional Rzeszow-Jasionka, Polandia sekitar pukul 11.50 waktu setempat.

Cuaca cerah menyambut kedatangan Jokowi dan rombongan di kota Rzeszow yang berjarak sekitar 80 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Tampak di tangga pesawat, Jokowi dan Ibu Iriana disambut Wakil Gubernur Provinsi Rzeszow, Rodoslaw Wiatr, Duta Besar RI untuk Polandia Anita Luhulima, dan Atase Pertahanan RI Kolonel Adi Triadi beserta istri.

Dari Bandara, Jokowi dan rombongan kemudian akan menuju hotel tempat transit. Selanjutnya, dia akan menggunakan kereta api, Kereta Luar Biasa (KLB), untuk mencapai ibu kota Ukraina, Kiev pada Selasa 28 Juni malam.

2. Tempuh Perjalanan Sekitar 12 Jam

Jokowi ke Ukraina menggunakan Kereta Luar Biasa (KLB) dari Polandia, berangkat pada Selasa 28 Juni malam waktu setempat dan tiba pada Rabu 29 Juni pagi setelah menempuh perjalanan sekitar 12 jam.

3. Awali Kunjungan di Irpin

Presiden Jokowi dan Ibu Iriana beserta rombongan terbatas tiba di Kiev, Ukraina, pada pukul 08.50 waktu setempat. Sejam kemudian, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana melakukan kunjungan di Kota Irpin, sekitar 30 kilometer dari Kiev.

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana mengawali kunjungan di Ukraina dengan meninjau Kompleks Apartemen Lipku di Kota Irpin, Rabu 29 Juni. Dia melihat puing-puing bangunan apartemen yang rusak akibat perang.

Jokowi tampak didampingi didampingi oleh Wali Kota Irpin Alexander Grigorovich Markushin. Jokowi mengaku prihatin banyak rumah-rumah serta infrastruktur yang rusak akibat perang.

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Iriana saat meninjau Kota Irpin yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

"Saya didampingi oleh Wali Kota Irpin dan Deputi Wali Kota Irpin melihat kerusakan yang terjadi di Kota Irpin akibat perang dan sangat menyedihkan sekali banyak rumah-rumah yang rusak kemudian juga infrastruktur yang rusak," kata Jokowi usai peninjauan dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Rabu (29/6/2022).

Dia ingin agar perang bisa segera dihentikan. Jokowi juga berharap tidak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak akibat perang.

"Kita harapkan tidak ada lagi kota-kota yang rusak di Ukraina akibat perang," ujar Presiden Jokowi.

4. Serahkan Bantuan Kemanusisaan

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana mengunjungi Kota Kiev, Ukraina, Rabu 29 Juni. Dalam kunjungan ini, Iriana menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan kepada Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ dan Jaringan Endokrin Ukraina di Kota Kiev.

Adapun bantuan diserahkan secara simbolis. Hal tersebut dilakukan saat Jokowi dan Iriana mengunjungi rumah sakit yang berada di pusat kota Kiev tersebut usai meninjau Apartemen Lipky di Kota Irpin.

"Tadi saya sama Bapak Jokowi sedikit membantu untuk rumah sakit yang korban dari peperangan," kata Iriana usai menyerahkan bantuan sebagaimana dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Rabu.

Saat ditanya bagaimana kesan mendampingi Jokowi dalam kunjungannya ke Ukraina, Iriana mengatakan harapannya agar perang segera berakhir.

"Dengan bismillah saya mendampingi Bapak, moga-moga peperangan ini segera berakhir karena sangat merinding saya melihat," ujarnya.

Pemerintah Indonesia juga memberikan bantuan melalui Palang Merah Ukraina. Selain itu, Indonesia berkomitmen membantu rekonstruksi rumah sakit yang rusak akibat perang.

5. Disambut Presiden Ukraina di Istana

Presiden Jokowi akhirnya bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Istana Maryinsky, Kiev, Rabu 29 Juni pukul 15.00 waktu setempat. Jokowi disambut langsung oleh Presiden Zelensky di pintu masuk Istana.

6. Sesi Foto dan Pertemuan Tete-a-Tete

Berdasarkan siaran pers Sekretariat Presiden, setelah penyambutan, kedua pemimpin negara tersebut masuk ke dalam Istana untuk melakukan sesi foto bersama. Jokowi dan Presiden Zelensky kemudian melakukan pertemuan tete-a-tete.

7. Tawarkan Titipkan Pesan

Presiden Indonesia Jokowi pada Rabu 29 Juni menawarkan untuk menyampaikan pesan dari Presiden Ukraina Volodymr Zelensky kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk mencoba meningkatkan harapan perdamaian.

Tidak segera jelas bagaimana Zelensky menanggapi tawaran yang dibuat oleh Jokowi selama pembicaraan di Kiev atau apakah pemimpin Ukraina itu memiliki pesan yang ingin dia sampaikan kepada Putin, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (30/6/2022). 

8. Disorot Media Asing

Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan pertemuannya dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy pun menjadi sorotan media asing. 

Salah satunya media Reuters mengangkat isu ini dalam artikelnya yang berjudul: "Indonesian president offers to take message from Ukraine's leader to Putin."

"Presiden Indonesia Joko Widodo menawarkan pada hari Rabu untuk menyampaikan pesan dari Presiden Ukraina Volodymr Zelenskiy kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk mencoba meningkatkan harapan perdamaian.

4 dari 4 halaman

Hasil Pertemuan Jokowi dengan Vladimir Putin

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kini menjadi pemimpin negara Asia pertama yang mengunjungi Ukraina dan Rusia di tengah konflik. Lawatannya untuk bertemu Volodymyr Zelensky pada 29 Juni rampung, pertemuan dengan Vladimir Putin pada 30 Juni 2022 pun tak terkendala.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengucap syukur atas sukses dan kelancaran perjalanan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia.

Sejumlah hal dibahas dalam kunjungan Jokowi ke Rusia dengan misi menjembatani perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang tengah berperang tersebut.

Berikut ini rangkuman enam hasil kunjungan Jokowi ke Rusiamengutip sejumlah sumber, Jumat (1/7/2022):

1. Isu Perdamaian dan Kemanusiaan Jadi Prioritas

Sejumlah hal dibahas dalam kunjungan Jokowi ke Rusia dengan misi menjembatani perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang tengah berperang tersebut.

"Yang pertama, bahwa isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia. Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, saya melakukan kunjungan ke Kiev dan ke Moskow," jelas Jokowi dalam konferensi pers bersama dengan Vladimir Putin pada hari Kamis.

2. Terus Mengupayakan Ruang Dialog untuk Damai Rusia-Ukraina

Yang kedua, sambung Jokowi, sebagaimana yang saya sampaikan di Kiev, walaupun situasi saat ini masih sangat sulit namun saya tetap menyampaikan bahwa penyelesaian damai penting untuk terus di kedepankan dan juga ruang-ruang dialog terus bisa dibuka.

"Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelensky untuk Presiden Putin, dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin tersebut."

3. Putin Jamin Pasokan Pangan dan Pupuk dari Rusia dan Ukraina

"Yang ketiga, saya tadi banyak berdiskusi dan menekankan bahwa pangan dan pupuk adalah masalah kemanusiaan, merupakan kepentingan masyarakat dunia, dan ratusan juta orang terdampak dengan terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk terutama di negara-negara berkembang," ucap Jokowi.

"Saya sangat menghargai Presiden Putin yang tadi menyampaikan bahwa memberikan jaminan keamanan untuk pasokan pangan dan pupuk baik dari Rusia maupun dari Ukraina. Ini sebuah berita yang baik."

4. Dukung PBB Reintegrasi Komodito Pangan dan Pupuk

Kemudian yang keempat, Jokowi menyatakan dukungan langkah PBB untuk reintegrasi komoditi pangan dan pupuk Rusia dan Ukraina.

"Demi kemanusiaan, saya juga mendukung upaya PBB untuk reintegrasi komoditi pangan dan pupuk Rusia dan komoditi pangan Ukraina untuk masuk lagi dalam rantai pasok dunia. Dan khusus untuk jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama melalui jalur laut, tadi sekali lagi Presiden Putin sudah memberikan jaminannya," jelas Jokowi.

5. Investasi Perdagangan dan Turisme

Selain itu, Jokowi juga mengatakan telah membahas sejumlah investasi dengan Putin.

"Dan yang kelima, tadi kami berdiskusi panjang mengenai kerja sama antara Rusia dan Indonesia baik di bidang investasi, di bidang perdagangan, maupun di bidang turisme, yang akan kita tindaklanjuti dengan membentuk tim agar bisa membahasnya secara detail."

6. Menyangkut Kehidupan Ratusan Juta Orang, Indonesia Tegaskan Ingin Perang Rusia Ukraina Segera Selesai

Pada penutup, Jokowi pun menyampaikan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun, kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk, energi dapat segera diperbaiki karena ini menyangkut kehidupan ratusan juta orang bahkan miliaran manusia.

"Saya mengajak seluruh pemimpin dunia untuk bekerja sama kembali menghidupkan semangat multilateralisme, semangat damai, dan semangat kerja sama. Hanya dengan spirit itulah perdamaian dapat dicapai," pungkas Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.