Sukses

Tokoh Hiroshima Minta Vladimir Putin Tak Gunakan Senjata Nuklir

Mantan wali kota Hiroshima meminta agar Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menggunakan bom nuklir.

Liputan6.com, Kyiv - Tokoh dari kota Hiroshima, Jepang, menyampaikan pesan kepada Rusia agar tidak macam-macam dengan senjata nuklir. Diiingatkan bahwa korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di masa perang dunia II mengalami kehidupan bagaikan neraka. 

Pesan itu disampaikan oleh mantan wali kota Hiroshima, Tadatoshi Akiba.

Ia angkat bicara usai mendengar kebijakan soal nuklir dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Akiba lantas mengumpulkan petisi yang sudah ditandatangani 90 ribu orang agar pemimpin dunia tidak memakai senjata nuklir.

Menurut laporan Kyodo, Kamis (17/3/2022), Akiba juga meminta agar Perdana Menteri Fumio Kishida berbicara kepada Presiden Putin dan kepala negara lain untuk menyampaikan pandangan dari para survivor bom nuklir (hibakusha).

Hiroshima juga dulunya merupakan konstituen dari Fumio Kishida ketika terpilih jadi pejabat. Akiba yakin bahwa PM Kishida "punya kekuatan" untuk menyampaikan pandangan para hibakusha yang bertekad menyetop penggunaan senjata nuklir.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

90 Juta Orang Tewas Jika Perang Nuklir Terjadi

Sejak Perang Dingin, ancaman perang nuklir habis-habisan telah terasa seperti ancama samar yang entah bagaimana tidak pernah hilang.

Setelah invasi Rusia ke Ukraina, percakapan seputar kemungkinan negara adidaya dunia masuk ke dalam pemboman nuklir telah menjadi sangat relevan sekali lagi.

Sementara, semua tahu betapa dahsyatnya satu nuklir (seperti di Hiroshima dan Nagasaki), kebanyakan dari kita mungkin masih gagal memahami betapa dahsyatnya jika keadaan perang nuklir dimulai.

Bagi mereka di antara kita yang cukup berani bahkan ingin memahami efek dari skenario seperti itu, Universitas Princeton di AS telah memberikan pandangan tentang hasil yang paling mungkin berkat simulasi yang dilakukan oleh program Sains dan Keamanan Global (SGS) universitas.

Simulasi yang dilakukan pada tahun 2019 dan berjudul "PLAN A" berusaha memprediksi bagaimana perang akan dimulai, bagaimana dan dari mana nuklir dunia akan dikerahkan, dan seberapa tinggi jumlah korban tewas bisa naik saat perang berlangsung.

Simulasi memperkirakan bahwa hanya dalam beberapa jam setelah konflik dimulai, 90 juta orang akan tewas atau terluka parah, Princeton memperkirakan sebagaimana dikutip dari Mashable Asia, Sabtu (4/3).

3 dari 3 halaman

Infografis Invasi Rusia:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.