Sukses

Krisis Ukraina: Kemlu Sorot Nasib 131 WNI di Kiev

Kemlu RI berkata telah menyiapkan rencana di Ukraina jika situasi makin parah.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut telah siap pada skenario terburuk pada krisis Ukraina. Negara-negara barat sedang menyorot Ukraina karena potensi invasi dari Rusia. 

Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, menyebut ada 131 WNI yang berarti di ibu kota Ukraina, Kyiv. 

"Mayoritas bertempat tinggal di kota Kyiv sekitar 78 orang," jelas Judha dalam konferensi pers virtual, Kamis (3/2/2022). 

Judha berkata setiap KBRI memiliki contingency plan. Pihak KBRI Kyiv juga telah membuat rencana untuk skenario terburuk. 

"Jika ada eskalasi, khusus untuk Ukraina, tentunya teman-teman KBRI Kyiv telah melakukan update dan asesmen," jelas Judha. "Rencana contingency itu ada penetapan beberapa status: darurat III, darurat II, dan darurat I."

Judha berkata penetapan status tersebut akan mengikuti perkembangan situasi, dan selanjutnya status itu akan menuntun langkah-langkah apa yang akan diambil perwakilan RI. 

Sebelumnya, Amerika Serikat telah meminta agar staf diplomasi dan keluarga mereka evakuasi dari Ukraina. Menurut laporan Japan Times, Jepang juga mulai memindahkan sejumlah staf kedutaan dari Kyiv.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Grup WA

Lebih lanjut, Judha menyebut para WNI di Kyiv telah terhubung di grup WhatsApp. 

Judha pun berharap agar para WNI selalu melapor diri kepada KBRI Kyiv. Dengan demikian, KBRI bisa punya data terbaru mengenai lokasi para WNI. 

Selain itu, pihak Kemlu juga telah berkoordinasi dengan beberapa perwakilan RI di sekitar Ukraina. Hal itu termasuk dalam contingency plan jika ada eskalasi di kemudian hari.

Gedung Putih telah memberikan peringatan akan mengambil tindakan tegas apabila Rusia melewati batas Ukraina.

Hingga kini, Presiden Rusisa Vladimir Putin membantah adanya kabar invasi, dan menuduh Amerika Serikat hanya ingin memberikan sanksi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.