Sukses

Turki Tak Sanggup Terima Pengungsi Afghanistan

Kementerian Luar Negeri Turki berkata tak bisa menerima pengungsi dari Afghanistan. Ini alasan selengkapnya.

Liputan6.com, Ankara - Turki enggan membuka pintu terhadap potensi gelombang pengungsi dari Afghanistan. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusolgu menyebut negaranya sudah tak bisa lagi menerima pengungsi.

Sebelum Afghanistan, Turki adalah negara yang menerima banyak pengungsi dari Suriah. Ada 3,7 juta pengungsi Suriah di negara itu.

"Kami telah secara mumpuni melaksanakan tanggung jawab moral dan kemanusiaan kami terkait migrasi," ujar Menlu Cavusoglu, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (31/8/2021).

"Tak mungkin bagi kami untuk menerima beban pengungsi tambahan," ujarnya.

Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban membuat negara-negara Uni Eropa khawatir akan terulangnya krisis pengungsi 2015, ketika hampir satu juta orang dari Timur Tengah pergi menuju negara-negara yang lebih kaya.

Pada 2016, Uni Eropa meraih kesepakatan dengan Turki untuk menjadi tuan rumah rakyat Suriah yang lari dari perang. Sebagai gantinya, Turki mendapatkan miliaran euro untuk proyek pengungsi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masa Evakuasi di Afghanistan di Perpanjang

Kelompok Taliban dan pemerintah Amerika Serikat (AS) serta 97 negara mitra sepakat untuk memperpanjang masa evakuasi di Afghanistan. Sebelumnya, tanggal deadline adalah 31 Agustus 2021.

Kementerian Luar Negeri AS memberikan pernyataan bahwa telah mendapat kepastian dari Taliban agar semua warga asing bisa keluar dari Afghanistan dengan aman menuju negara tujuan masing-masing. 

"Kami telah mendapatkan kepastian dari Taliban bahwa semua warga asing dan warga Afghanistan dengan izin travel dari negara-negara kami akan diizinkan untuk berangkat dengan cara yang aman dan tertib menuju titik keberangkatan dan travel keluar negara," tulis pernyataan di situs Kemlu AS, dikutip Senin (30/8).

"Kami" yang dimaksud adalah negara-negara dari penjuru dunia, mulai dari AS, Prancis, Belgia, Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, Swiss, Norwegia, Gambia, Sudan, Togo, Suriname, hingga Papua Nugini dan banyak lainnya.

Sekjen NATO dan perwakilan Uni Eropa juga ikut terlibat. Indonesia tidak ikut termasuk. 

AS pun menegaskan bahwa Taliban telah mengkonfirmasi perpanjangan evakuasi ini melalui pernyataan publik mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.