Sukses

Kemlu Sudah Komunikasi dengan Taliban untuk Jamin Keamanan KBRI di Kabul

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengatakan sudah membuka komunikasi dengan Taliban, yang secara de facto kini menguasai Afghanistan.

Liputan6.com, Jakarta - Taliban kini telah menduduki istana presiden Afghanistan. Sebelumnya, kelompok militan itu merambah Kabul. Di tengah ketegangan atas kekuasaan mereka, sejumlah diplomat asing dan warga negara tersebut berbondong-bondong melarikan diri keluar dengan menumpang pesawat.

Tak terkecuali sang presiden, Ashraf Ghani, yang dikabarkan telah keluar dari Afghanistan ke Tajikistan.

Sementara itu, misi diplomatik Indonesia justru masih aktif dan belum ada upaya evakuasi seperti perwakilan asing lainnya. Apa langkah selanjutnya?

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengatakan sudah membuka komunikasi dengan Taliban, yang secara de facto kini menguasai Afghanistan, dan bahkan sudah mendapat jaminan bagi keamanan kompleks kedutaan dan staf diplomatik Indonesia.

"Komunikasi dengan Taliban merupakan suatu keniscayaan," dan memastikan bahwa Indonesia memang telah membuka komunikasi dengan kelompok gerilyawan itu," kata juru bicara Kemlu T. Faizasyah kepada VOA Senin malam 16 Agustus 2021.

Ditambahkannya, "sudah ada jaminan dari Taliban untuk pengamanan kompleks gedung KBRI dan wisma."

Sebelumnya dalam pernyataan tertulisnya, Kemlu menyatakan "memantau secara dekat perkembangan yang sangat cepat yang terjadi di Afghanistan" dan berharap segera dicapainya penyelesaian politik yang "Afghan-owned, Afghan-led" atau yang dipimpin dan dilakukan sendiri oleh Afghanistan.

Kemlu juga menyatakan terus melakukan komunikasi dengan semua pihak di Afghanistan dan perwakilan PBB, serta perwakilan asing di negara itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Taliban Kuasai Ibu Kota Kabul

Seiring finalisasi penarikan pasukan Amerika dan NATO menjelang tenggat 31 Agustus, Taliban dengan cepat menguasai sejumlah ibu kota propinsi; dan hari Minggu lalu (15/8) mulai memasuki Kabul. Beberapa petikan video menunjukkan pejabat-pejabat tinggi Taliban masuk ke Istana Kepresidenan di Kabul, sementara gerilyawan lain mengambil posisi di sejumlah lokasi strategis di kota itu.

Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Minggu sore mengukuhkan bahwa para gerilyawan diarahkan untuk menjaga pos keamanan dan instalasi lain di Kabul guna “mencegah kekacauan dan penjarahan setelah pasukan Afghanistan meninggalkan lokasi itu.” Ia juga mendesak warga untuk tetap tenang, dan mengatakan langkah-langkah itu justru untuk menjamin keamanan masyarakat.

Presiden Ashraf Ghani yang sehari sebelumnya sempat merilis video untuk berusaha menenangkan warga, dikabarkan telah terbang ke luar negara itu.

Indonesia Tetap Operasikan Misi Diplomatik

Kemlu RI dalam pernyataan tertulisnya mengatakan bahwa “misi KBRI Kabul akan tetap dijalankan dengan tim esensial terbatas.”

Seorang diplomat di KBRI Kabul, yang identitasnya dirahasiakan karena tidak berwenang memberi penjelasan kepada pers, mengatakan hingga saat ini masih ada empat diplomat dan sekitar 14 staf, termasuk staf lokal yang bertahan di kompleks kedutaan.

Ia mengatakan pada hari Senin ini (16/8) situasi di Kabul mulai sepi karena warga lebih memilih tinggal di dalam rumah. "Ada perasaan tidak aman karena khawatir dengan keberadaan kelompok-kelompok kriminal yang memanfaatkan situasi. Kita tidak bisa membedakan mana yang Taliban, mana yang bukan. Khawatir dirampok atau dijarah, jadi warga memilih tinggal di rumah," ujarnya. Ditambahkannya, "Taliban menetapkan waktu tiga hari untuk tidak melakukan aktivitas."

Keselamatan WNI Jadi Prioritas

Sementara terkait warga negara Indonesia (WNI) di Afghanistan, dalam pertemuan virtual 14 Agustus lalu diketahui ada 15 WNI yang melaporkan masih berada dalam “kondisi baik dan aman.” Mereka umumnya bekerja di badan PBB dan menikah dengan warga setempat.

Menurut sumber VOA di Kabul, sebagian besar warga Indonesia yang bekerja di misi-misi internasional itu telah ikut dievakuasi oleh misi atau organisasi di mana mereka bekerja. Namun mengingat keselamatan WNI, termasuk staf KBRI Kabul, merupakan prioritas utama pemerintah Indonesia maka "persiapan evakuasi terus dimatangkan."

"Kami terus menjalin komunikasi dengan WNI kita untuk memastikan kondisi mereka," ujar Faizasyah menutup pembicaraan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.